Selasa, 07 November 2023

[Book Review] : Februari Malam – Diary Bulan Februari

 

Review
Hai, BESTie. Siapa, nih, yang lahir di bulan Februari? Cung!

Menurutku, Februari itu bulan yang unik karena hanya punya 28 hari di tahun biasa dan 29 hari di tahun Kabisat. Sampai-sampai ada candaan, kalau ada orang yang lahir di tanggal 29 Februari itu awet muda karena ulang tahunnya 4 tahun sekali.

Pun demikian dengan Februari Malam. Buku ini adalah kumpulan cerita pendek yang ditulis dan disusun berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi di bulan Februari. Menurutku, itu adalah salah satu keunikan buku ini.

Keunikan berikutnya adalah saat aku membacanya, aku seperti membaca sebuah diary. Setiap di dalamnya selalu diawali dengan angka yang menunjukkan tanggal, dan bulan yang tentu saja merujuk ke bulan Februari. Ditambah lagi, penggunaan POV 1 tunggal “aku” yang membuat seolah-olah pembaca sebagai tokoh utama dalam cerita yang sedang dibacanya. Ini juga memberiku kesan aku sebagai pembaca terlibat dalam konflik dan adegan dalam cerita.

Keunikan lainnya adalah, adanya keterkaitan antara cerita satu dengan cerita yang lain, Lebih tepatnya, antara cerita sebelumnya dan cerita sesudahnya secara berurutan. Setiap perpindahan tanggal, yang itu berarti juga perpindahan cerita, akan ada narasi yang ditulis dengan POV 3 tunggal, yang memberi kesan seakan-akan cerita berikutnya masih menjadi bagian dari cerita sebelumnya meski dengan tokoh, setting, dan permasalahan yang berbeda.

Mungkin sebagian di antara kita, setiap mendengar bulan Februari selalu ingat dengan bulan kasih sayang. Tentunya ini merujuk ke tanggal 14 Februari yang biasa diperingati sebagai hari kasih sayang atau Valentine Day. Dan sebenarnya, selain Valentine Day, banyak peristiwa lain yang terjadi di sepanjang bulan Februari. Ada World Hijab Day yang diperingati setiap tanggal 1 Februari. Ada juga World Cancer Day di tanggal 4 Februari. Tanggal 28 Februari sebagai Hari Gizi Nasional, dan masih banyak peristiwa penting lainnya baik nasional maupun internasional.

Jujur, beberapa peristiwa di bulan Februari ini juga baru kuketahui, saat membaca pada bagian akhir buku ini. Di bagian ini, penulis merangkum beberapa peristiwa yang terjadi sepanjang bulan Februari. Dan sepertinya kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini pun terinspirasi dari peristiwa-peristiwa tersebut. Inilah yang membuat cerpen-cerpen di buku ini memiliki tema beragam. Mulai dari percintaan, persahabatan, self love, dll. Kisah percintaanya pun bukan tipikal yang lebay gitu. Beberapa kisah bahkan bisa menyentuh hati hingga membuat dadaku menghangat saat membacanya.

Karena cerpen-cerpen ini ditulis terinspirasi dari kejadian sepanjang bulan Februari, bisa ditebak dong berapa jumlah cerpen yang bisa dibaca di buku ini. Yup! Ada 29 cerpen. Banyak banget, kan. Inilah yang membuat buku ini sedikit tebal dari buku kumpulan cerpen biasanya. Temanya yang beragam membuat buku ini tidak membosankan saat dibaca. Sampai-sampai, aku tidak merasa saat membacanya. Tahu-tahu sudah selesai aja. Awalnya hanya ingin membaca 2-3 cerpen saja dulu, tahu-tahu sudah sampai akhir. Sepertinya aku terhanyut dalam kisah-kisah yang ditulis di dalamnya.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Mission D'amour

 

Ada beberapa cerita favoritku dalam buku Februari Malam ini. Aku spill ebberapa di antaranya, ya :

4 Februari ada kisah tentang pria yang menyemangati pasangannya. Sang wanita tengah berjuang melawan kanker. Uniknya, kisah ini diawali dengan  kisah lain tentang mawar dan rumput liar. Rumput liar yang tumbuh di sekitar mawar membuatnya  perlahan kering lalu mati. Karenanya mawar meminta para rumput untuk segera pergi. Aku mengasumsikan mawar sebagai sel sehat sedangkan rumput liar adalah sel kanker. Kalau sel kanker tidak segera diangkat, dia akan mempengaruhi sel sehat.

11 Februari, berkisah tentang perempuan yang berusaha mempertahankan hubungannya dengan lelaki yang dicintai. Meski telah banyak berkorban, tapi perempuan itu tidak dihargai. Bahkan si lelaki terus memintanya melupakan mimpi-mimpinya jika mau menikah dengannya. Aku suka bagaimana perempuan ini bersikap. Dia memilih meninggalkan lelaki toxic itu dan terus melangkah menggapai impian dan citanya. Percayalah, suatu hari kau akan menemukan lelaki lain yang lebih menghargai dan menyemangatimu menggapai semua itu.

16 Februari menceritakan tentang Mina yang mendapat kejutan ulang tahun dari sahabatnya Ima. Dia membawakan biscuit cokelat TimTam. Sayangnya, Mina sedang diet dan enggan memakan pemberian Ima. Dengan berat hati Mina menolak dan meminta Ima memakan biscuit Timtam nya. Namun siapa sangka Ima malah akan mengembalikan biscuit itu ke warung dan membatalkan bon-bonannya. Yup! Ternyata Ima membeli biscuit itu secara ngebon alias ngutang dulu. Plot twist nya, bon bonan itu masuk ke tagihan Mina sendiri. Serius! Ini kocak, sih. Ada ya sahabat segila Ima. Meski begitu, ini adalah hal sederhana yang bisa bikin ketawa.

Aku suka cara penulis bercerita, bukan sekedar narasi tapi juga pemilihan diksi yang membuatnya indah. Saat membacanya, terkadang aku lupa kalau ini cerpen, bukan puisi. Aku suka tampilan buku ini. Warena kombinasi dark blue dengan semburat pink dan bertabur titik-titik putih seumpama suasana malam penuh bintang di langit. Penggunaan hard cover juga membuat buku ini tampak elegan. Apalagi ditambah pemilihan kertas dan font huruf yang nyaman di mata membuatku menikmati membaca buku ini.



Baca juga >>> [Book Review] - Acc, Pak!

 

Tidak seperti kisah-kisah yang pernah kubaca sebelumnya, aku tidak punya tokoh favorit di kisah ini. Aku juga hanya punya sedikit dialog yang kusuka di novel ini :

“Selalu ada celah untuk mencela perempuan, kan? Perempuan selalu benar, katanya. Kenyataannya? Kemarin waktu Mbak Rika resign dari kantor kita biar bisa fokus urus anaknya, banyak, kan, yang ngomongin? Sayang banget ilmunya enggak kepakai, katanya. Tapi Mbak Emma, yang tetap kerja padahal anaknya masih kecil, juga sering bete karena dibilang enggak sayang anak.”

[Hal : 6]

Kau mungkin tak memiliki banyak waktu bersamanya. Namun, bukankah ia menunjukkan padamu bahwa kau bukanlah makhluk tidak berguna? Bukankah ia menunjukkan padamu bahwa hidup bisa berwarna meski kau tidak mendapatkan nobel atau mencipta sebuah mahakarya? Bukankah kenahagiaan justru datang dari hal-hal kecil dan biasa, tetapi sering kali terlupa?

[Hal : 20]

“Dan kami mohon maaf sebelumnya. Hanya karena eloknya rupa, bukan berarti kamu boleh semena-mena. Dunia tidak berputar di sekitarmu.”

[Hal : 23]

“Jalan itu pasti ada, kok. Kamu pasti sembuh.”

[Hal : 26]

Terimakasih karena telah mengingatkan bahwa kehidupan tak mesti berhenti hanya karena matahari urung menampakkan diri.

[Hal : 38]

“Orang-orang di internet itu, mereka tidak mengenalmu. Kalau kamu terlalu mendengarkan mereka, kau tidak akan bisa mendengarkan hatimu. Padahal hatimu tahu, apa yang seharusnya kamu lakukan.”

[Hal : 49]

“Cuma Tuhan yang tahu. Tapi yang ibu tahu, sebesar apa pun kesalahan manusia, cinta dan ampunan Tuhan jauh lebih besar dari itu – bahkan dari alam semesta seisinya.”

[Hal : 50]

“Terkadang, jodoh itu seperti air mancur. Sudah disembur tinggi-tinggi, jatuhnya ke situ-situ lagi.”

[Hal : 57]

“Karena jodoh mirip gempa bumi. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan datangnya, secanggih apa pun teknologi saat ini. Yang jelas, setiap orang bertemu jodoh ketika Tuhan telah memutuskan, “Inilah saat yang tepat.”

[Hal : 59]

Seiring dengan berjalannya waktu, setelah kehilangan demi kehilangan, aku perlahan memahami bahwa kehilangan tak pernah menunggu kesiapan. Yang hilang pasti akan hilang pada waktunya, bagaimana pun caranya.

[Hal : 61]

Aku perempuan. Aku punya pilihan.

[Hal : 69]

Malam ini, aku mengirimkan doa saja. Kakiku mungkin tidak akan mampu melompati ribuan kilometer tidak akan mampu melompati ribuan kilometer yang memisahkan kita dalam sekejab mata. Namun, bukankah doa mampu melampaui segalanya?

[Hal : 76]

Kudoakan hidupnya lebih sering baik-baik saja. Jika tidak sedang baik, semoga ia tak kesulitan menemukan cara untuk kembali baik. Semoga ia bahagia. Jika pun sedih, semoga ia mampu memeluk segala lukanya hingga pulih seperti sediakala. Kudoakan mimpi-mimpinya tercapai. Kalaupun tidak, semoga ia cukup kuat untuk mengumpulkan serpihannya dan menyulamnya menjadi mimpi baru.

[Hal : 81]

Mas Duta hanya akan berpesan kepada para pendengar – termasuk aku – untuk berlapang dada dan mengambil hikmah jika segala sesuatu sudah tidak lagi sama.

[Hal : 84]

“Sejatinya manusia tidak pernah punya apa-apa. Seperti buku-buku di perpustakaan. Ketika waktunya tiba, semua harus dikembalikan. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain merelakan.”

[Hal : 87]

“Aku tidak bisa memaksamu kalau kamu takut. Tapi apakah ketakutan harus selalu menghentikan langkahmu?”

[Hal : 89]

Sisi lain batinku berkata, barangkali aku harus wawas diri. Apa yang jadi inginku belum tentu jadi inginmu. Ketakutanmu tidak akan sirna dengan kata-kataku yang terlalu bias itu. Barangkali aku terlalu lancang, merajut mimpi tentang masa depan tanpa ada persetujuan. Barangkali aku harus menyadari, menggenggam semua terlalu kuat hanya akan membuatku tersakiti.

[Hal : 91]

Jangan merendahkan diri. Kamu, aku, dan orang-orang lain berjalan sendiri-sendiri. Tidak usah terobsesi dengan jejak yang ditinggalkan orang lain. Tidak perlu membandingkan perjalananmu dengan perjalanan orang lain, kecuali kamu ingin hidup di bawah bayang-bayang nestapa selamanya.

[Hal : 95]

“Luruskan niatmu, Mina. Jangan orang lain sebagai motivasi, tetapi lakukanlah karena kau ingin berubah menjadi lebih baik.”

[Hal : 102]

“Kita tidak mungkin kehilangan apa yang tidak pernah kita miliki, Ibu. Sejak awal, kesempatan itu memang bukan milik kita.”

[Hal : 106]

Apakah ambisi telah membuat saya buta? Menjadi pemenang atau yang paling unggul memang membanggakan. Namun, bukankah hidup adalah permainan yang semestinya dinikmati? Jika kemenangan adalah tujuan, mungkinkah kenikmatan itu saya temukan?

[Hal : 118]

Kawan yang baik adalah mereka yang bersedia mengingatkanmu ketika kau salah, bukan justru menjerumuskan dan membabi buta membela tanpa peduli bagiamana kebenarannya.

[Hal : 141]

Kalaupun semua perempuan di dunia ini lenyap, Nyonya hanya akan menjadi yang tercantik secara fisik. Nyonya tidak akan memiliki kecantikan sejati. Nyonya tahu kenapa? Karena kecantikan sejati terpancar dari jiwa yang suci, bukanyang dikuasai dengki.

[Hal : 141]

“Rasa sedih harus punya batas waktu.”

[Hal : 151]

Pengalaman mengajariku bahwa manusia hanya memercayai apa yang ingin mereka percayai.

[Hal : 167]

 

Baca juga >>> [Book Review] - Beautiful Pain

 

Pelajaran yang kudapat dari kisah-kisah dalam buku ini adalah :

  • Persahabatan dengan semua makhluk. Pada salah satu cerita di Februari Malam ada kisah persahabatan antara manusia dengan hewan yang pernah ditolongnya. Meski pada akhirnya hewan itu pergi setelah lukanya membaik. Namun orang tersebut tidak menyesal pernah menolong hewan tersebut.
  • Belajar mengikhlaskan apa yang tidak ditakdirkan untuk kita. Beberapa cerita mengajarkanku, meski kita berusaha semaksimal mungkin, tapi jika itu memang bukan takdir kita, sesuatu itu tidak akan menjadi milik kita. Kalau sudah begini, pasti rasanya kecewa. Bisa jadi rasa itu membuat hati kita sakit, sedih. Namun kita bisa belajar mengikhlaskan. Membuat hati kita plong dan tidak terbebani.
  • Mencintai dan menghargai diri sendiri. Salah satu cerita favorit yang sudah aku spill di atas, mengajarkanku tentang menyayangi dan menghargai diri sendiri. Jangan merendahkan diri, terus-terusan berkorban demi orang lain terlebih jika orang tersebut tidak menghargai usaha kita. Lebih baik lepaskan saja. Cari yang lain!
  • Mensyukuri apa yang kita miliki. Orang Jawa bilang urip iku sawang sinawang. Jangan suka membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Syukuri saja apa yang sudah ada dalam genggamanmu karena bisa jadi apa yang kamu miliki sekarang adalah idaman orang lain.
  • Membahagiakan diri dengan hal-hal sederhana. Mencari kebahagiaan tidak harus dengan hal-hal yang besar, yang wah! Ternyata hal-hal kecil pun bisa membawa kebahagiaan untuk diri sendiri. Cobalah lihat ke dalam diri, hal kecil apa yang membuat hatimu bahagia. Lakukanlah!


Baca juga >>> [Book Review] - This Guy is Mine

 

Data Buku

Judul      :   Februari Malam

Penulis   :   Ratri Kayungyun

Penerbit :   One Peach Media

Tebal      :   188 halaman

Tahun    :   2023

 

Baca juga >>> [Book Review] - Pre Wedding Rush

 

Skor

🌠 4/5

 

 

~ Hana Aina ~

 

 

Baca juga, ya ...






 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^