Review
Hai, BESTie. Siapa, nih,
yang lahir di bulan Februari? Cung!
Menurutku,
Februari itu bulan yang unik karena hanya punya 28 hari di tahun biasa dan 29
hari di tahun Kabisat. Sampai-sampai ada candaan, kalau ada orang yang lahir di
tanggal 29 Februari itu awet muda karena ulang tahunnya 4 tahun sekali.
Pun
demikian dengan Februari Malam. Buku ini adalah kumpulan cerita pendek yang
ditulis dan disusun berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi di bulan
Februari. Menurutku, itu adalah salah satu keunikan buku ini.
Keunikan
berikutnya adalah saat aku membacanya, aku seperti membaca sebuah diary. Setiap
di dalamnya selalu diawali dengan angka yang menunjukkan tanggal, dan bulan
yang tentu saja merujuk ke bulan Februari. Ditambah lagi, penggunaan POV 1
tunggal “aku” yang membuat seolah-olah pembaca sebagai tokoh utama dalam cerita
yang sedang dibacanya. Ini juga memberiku kesan aku sebagai pembaca terlibat
dalam konflik dan adegan dalam cerita.
Keunikan lainnya
adalah, adanya keterkaitan antara cerita satu dengan cerita yang lain, Lebih
tepatnya, antara cerita sebelumnya dan cerita sesudahnya secara berurutan.
Setiap perpindahan tanggal, yang itu berarti juga perpindahan cerita, akan ada
narasi yang ditulis dengan POV 3 tunggal, yang memberi kesan seakan-akan cerita
berikutnya masih menjadi bagian dari cerita sebelumnya meski dengan tokoh,
setting, dan permasalahan yang berbeda.
Mungkin sebagian
di antara kita, setiap mendengar bulan Februari selalu ingat dengan bulan
kasih sayang. Tentunya ini merujuk ke tanggal 14 Februari yang biasa
diperingati sebagai hari kasih sayang atau Valentine Day. Dan
sebenarnya, selain Valentine Day, banyak peristiwa lain yang terjadi di sepanjang
bulan Februari. Ada World Hijab Day yang diperingati setiap tanggal 1
Februari. Ada juga World Cancer Day di tanggal 4 Februari. Tanggal 28
Februari sebagai Hari Gizi Nasional, dan masih banyak peristiwa penting lainnya
baik nasional maupun internasional.
Jujur,
beberapa peristiwa di bulan Februari ini juga baru kuketahui, saat membaca pada
bagian akhir buku ini. Di bagian ini, penulis merangkum beberapa peristiwa yang
terjadi sepanjang bulan Februari. Dan sepertinya kisah-kisah dalam kumpulan
cerpen ini pun terinspirasi dari peristiwa-peristiwa tersebut. Inilah yang
membuat cerpen-cerpen di buku ini memiliki tema beragam. Mulai dari percintaan,
persahabatan, self love, dll. Kisah percintaanya pun bukan tipikal yang lebay
gitu. Beberapa kisah bahkan bisa menyentuh hati hingga membuat dadaku
menghangat saat membacanya.
Karena
cerpen-cerpen ini ditulis terinspirasi dari kejadian sepanjang bulan Februari,
bisa ditebak dong berapa jumlah cerpen yang bisa dibaca di buku ini. Yup! Ada
29 cerpen. Banyak banget, kan. Inilah yang membuat buku ini sedikit tebal dari
buku kumpulan cerpen biasanya. Temanya yang beragam membuat buku ini tidak
membosankan saat dibaca. Sampai-sampai, aku tidak merasa saat membacanya.
Tahu-tahu sudah selesai aja. Awalnya hanya ingin membaca 2-3 cerpen saja dulu,
tahu-tahu sudah sampai akhir. Sepertinya aku terhanyut dalam kisah-kisah yang
ditulis di dalamnya.
Baca juga >>> [Book Review] - Mission D'amour
Ada
beberapa cerita favoritku dalam buku Februari Malam ini. Aku spill ebberapa di
antaranya, ya :
4
Februari ada kisah
tentang pria yang menyemangati pasangannya. Sang wanita tengah berjuang melawan
kanker. Uniknya, kisah ini diawali dengan
kisah lain tentang mawar dan rumput liar. Rumput liar yang tumbuh di
sekitar mawar membuatnya perlahan kering
lalu mati. Karenanya mawar meminta para rumput untuk segera pergi. Aku
mengasumsikan mawar sebagai sel sehat sedangkan rumput liar adalah sel kanker.
Kalau sel kanker tidak segera diangkat, dia akan mempengaruhi sel sehat.
11
Februari, berkisah
tentang perempuan yang berusaha mempertahankan hubungannya dengan lelaki yang
dicintai. Meski telah banyak berkorban, tapi perempuan itu tidak dihargai.
Bahkan si lelaki terus memintanya melupakan mimpi-mimpinya jika mau menikah
dengannya. Aku suka bagaimana perempuan ini bersikap. Dia memilih meninggalkan
lelaki toxic itu dan terus melangkah menggapai impian dan citanya. Percayalah,
suatu hari kau akan menemukan lelaki lain yang lebih menghargai dan
menyemangatimu menggapai semua itu.
16
Februari menceritakan
tentang Mina yang mendapat kejutan ulang tahun dari sahabatnya Ima. Dia
membawakan biscuit cokelat TimTam. Sayangnya, Mina sedang diet dan enggan
memakan pemberian Ima. Dengan berat hati Mina menolak dan meminta Ima memakan
biscuit Timtam nya. Namun siapa sangka Ima malah akan mengembalikan biscuit itu
ke warung dan membatalkan bon-bonannya. Yup! Ternyata Ima membeli biscuit itu
secara ngebon alias ngutang dulu. Plot twist nya, bon bonan itu masuk ke
tagihan Mina sendiri. Serius! Ini kocak, sih. Ada ya sahabat segila Ima. Meski
begitu, ini adalah hal sederhana yang bisa bikin ketawa.
Aku suka
cara penulis bercerita, bukan sekedar narasi tapi juga pemilihan diksi yang
membuatnya indah. Saat membacanya, terkadang aku lupa kalau ini cerpen, bukan
puisi. Aku suka tampilan buku ini. Warena kombinasi dark blue dengan semburat
pink dan bertabur titik-titik putih seumpama suasana malam penuh bintang di
langit. Penggunaan hard cover juga membuat buku ini tampak elegan. Apalagi
ditambah pemilihan kertas dan font huruf yang nyaman di mata membuatku
menikmati membaca buku ini.
Baca juga >>> [Book Review] - Acc, Pak!
Tidak
seperti kisah-kisah yang pernah kubaca sebelumnya, aku tidak punya tokoh
favorit di kisah ini. Aku juga hanya punya sedikit dialog yang kusuka di novel
ini :
“Selalu ada celah untuk mencela
perempuan, kan? Perempuan selalu benar, katanya. Kenyataannya? Kemarin waktu
Mbak Rika resign dari kantor kita biar bisa fokus urus anaknya, banyak, kan,
yang ngomongin? Sayang banget ilmunya enggak kepakai, katanya. Tapi Mbak Emma,
yang tetap kerja padahal anaknya masih kecil, juga sering bete karena dibilang
enggak sayang anak.”
[Hal : 6]
Kau mungkin tak memiliki banyak waktu
bersamanya. Namun, bukankah ia menunjukkan padamu bahwa kau bukanlah makhluk
tidak berguna? Bukankah ia menunjukkan padamu bahwa hidup bisa berwarna meski
kau tidak mendapatkan nobel atau mencipta sebuah mahakarya? Bukankah
kenahagiaan justru datang dari hal-hal kecil dan biasa, tetapi sering kali
terlupa?
[Hal : 20]
“Dan kami mohon maaf sebelumnya. Hanya
karena eloknya rupa, bukan berarti kamu boleh semena-mena. Dunia tidak berputar
di sekitarmu.”
[Hal : 23]
“Jalan itu pasti ada, kok. Kamu pasti
sembuh.”
[Hal : 26]
Terimakasih karena telah mengingatkan
bahwa kehidupan tak mesti berhenti hanya karena matahari urung menampakkan
diri.
[Hal : 38]
“Orang-orang di internet itu, mereka
tidak mengenalmu. Kalau kamu terlalu mendengarkan mereka, kau tidak akan bisa
mendengarkan hatimu. Padahal hatimu tahu, apa yang seharusnya kamu lakukan.”
[Hal : 49]
“Cuma Tuhan yang tahu. Tapi yang ibu
tahu, sebesar apa pun kesalahan manusia, cinta dan ampunan Tuhan jauh lebih besar
dari itu – bahkan dari alam semesta seisinya.”
[Hal : 50]
“Terkadang, jodoh itu seperti air
mancur. Sudah disembur tinggi-tinggi, jatuhnya ke situ-situ lagi.”
[Hal : 57]
“Karena jodoh mirip gempa bumi. Tidak
ada yang bisa memprediksi kapan datangnya, secanggih apa pun teknologi saat
ini. Yang jelas, setiap orang bertemu jodoh ketika Tuhan telah memutuskan, “Inilah
saat yang tepat.”
[Hal : 59]
Seiring dengan berjalannya waktu,
setelah kehilangan demi kehilangan, aku perlahan memahami bahwa kehilangan tak
pernah menunggu kesiapan. Yang hilang pasti akan hilang pada waktunya,
bagaimana pun caranya.
[Hal : 61]
Aku perempuan. Aku punya pilihan.
[Hal : 69]
Malam ini, aku mengirimkan doa saja.
Kakiku mungkin tidak akan mampu melompati ribuan kilometer tidak akan mampu
melompati ribuan kilometer yang memisahkan kita dalam sekejab mata. Namun,
bukankah doa mampu melampaui segalanya?
[Hal : 76]
Kudoakan hidupnya lebih sering baik-baik
saja. Jika tidak sedang baik, semoga ia tak kesulitan menemukan cara untuk
kembali baik. Semoga ia bahagia. Jika pun sedih, semoga ia mampu memeluk segala
lukanya hingga pulih seperti sediakala. Kudoakan mimpi-mimpinya tercapai. Kalaupun
tidak, semoga ia cukup kuat untuk mengumpulkan serpihannya dan menyulamnya
menjadi mimpi baru.
[Hal : 81]
Mas Duta hanya akan berpesan kepada para
pendengar – termasuk aku – untuk berlapang dada dan mengambil hikmah jika
segala sesuatu sudah tidak lagi sama.
[Hal : 84]
“Sejatinya manusia tidak pernah punya apa-apa.
Seperti buku-buku di perpustakaan. Ketika waktunya tiba, semua harus dikembalikan.
Tidak ada yang bisa kita lakukan selain merelakan.”
[Hal : 87]
“Aku tidak bisa memaksamu kalau kamu
takut. Tapi apakah ketakutan harus selalu menghentikan langkahmu?”
[Hal : 89]
Sisi lain batinku berkata, barangkali
aku harus wawas diri. Apa yang jadi inginku belum tentu jadi inginmu.
Ketakutanmu tidak akan sirna dengan kata-kataku yang terlalu bias itu.
Barangkali aku terlalu lancang, merajut mimpi tentang masa depan tanpa ada
persetujuan. Barangkali aku harus menyadari, menggenggam semua terlalu kuat
hanya akan membuatku tersakiti.
[Hal : 91]
Jangan merendahkan diri. Kamu, aku, dan
orang-orang lain berjalan sendiri-sendiri. Tidak usah terobsesi dengan jejak
yang ditinggalkan orang lain. Tidak perlu membandingkan perjalananmu dengan
perjalanan orang lain, kecuali kamu ingin hidup di bawah bayang-bayang nestapa
selamanya.
[Hal : 95]
“Luruskan niatmu, Mina. Jangan orang
lain sebagai motivasi, tetapi lakukanlah karena kau ingin berubah menjadi lebih
baik.”
[Hal : 102]
“Kita tidak mungkin kehilangan apa yang
tidak pernah kita miliki, Ibu. Sejak awal, kesempatan itu memang bukan milik
kita.”
[Hal : 106]
Apakah ambisi telah membuat saya buta?
Menjadi pemenang atau yang paling unggul memang membanggakan. Namun, bukankah
hidup adalah permainan yang semestinya dinikmati? Jika kemenangan adalah tujuan,
mungkinkah kenikmatan itu saya temukan?
[Hal : 118]
Kawan yang baik adalah mereka yang
bersedia mengingatkanmu ketika kau salah, bukan justru menjerumuskan dan
membabi buta membela tanpa peduli bagiamana kebenarannya.
[Hal : 141]
Kalaupun semua perempuan di dunia ini
lenyap, Nyonya hanya akan menjadi yang tercantik secara fisik. Nyonya tidak
akan memiliki kecantikan sejati. Nyonya tahu kenapa? Karena kecantikan sejati
terpancar dari jiwa yang suci, bukanyang dikuasai dengki.
[Hal : 141]
“Rasa sedih harus punya batas waktu.”
[Hal : 151]
Pengalaman mengajariku bahwa manusia
hanya memercayai apa yang ingin mereka percayai.
[Hal : 167]
Baca juga >>> [Book Review] - Beautiful Pain
Pelajaran
yang kudapat dari kisah-kisah dalam buku ini adalah :
- Persahabatan
dengan semua makhluk.
Pada salah satu cerita di Februari Malam ada kisah persahabatan antara manusia
dengan hewan yang pernah ditolongnya. Meski pada akhirnya hewan itu pergi
setelah lukanya membaik. Namun orang tersebut tidak menyesal pernah menolong
hewan tersebut.
- Belajar
mengikhlaskan apa yang tidak ditakdirkan untuk kita. Beberapa cerita mengajarkanku, meski kita berusaha
semaksimal mungkin, tapi jika itu memang bukan takdir kita, sesuatu itu tidak
akan menjadi milik kita. Kalau sudah begini, pasti rasanya kecewa. Bisa jadi
rasa itu membuat hati kita sakit, sedih. Namun kita bisa belajar mengikhlaskan.
Membuat hati kita plong dan tidak terbebani.
- Mencintai
dan menghargai diri sendiri.
Salah satu cerita favorit yang sudah aku spill di atas, mengajarkanku tentang
menyayangi dan menghargai diri sendiri. Jangan merendahkan diri, terus-terusan
berkorban demi orang lain terlebih jika orang tersebut tidak menghargai usaha kita.
Lebih baik lepaskan saja. Cari yang lain!
- Mensyukuri
apa yang kita miliki.
Orang Jawa bilang urip iku sawang sinawang. Jangan suka membandingkan hidupmu
dengan hidup orang lain. Syukuri saja apa yang sudah ada dalam genggamanmu
karena bisa jadi apa yang kamu miliki sekarang adalah idaman orang lain.
- Membahagiakan
diri dengan hal-hal sederhana.
Mencari kebahagiaan tidak harus dengan hal-hal yang besar, yang wah! Ternyata
hal-hal kecil pun bisa membawa kebahagiaan untuk diri sendiri. Cobalah lihat ke
dalam diri, hal kecil apa yang membuat hatimu bahagia. Lakukanlah!
Baca juga >>> [Book Review] - This Guy is Mine
Data Buku
Judul
:
Februari Malam
Penulis
:
Ratri Kayungyun
Penerbit
:
One Peach Media
Tebal
:
188 halaman
Tahun
:
2023
Baca juga >>> [Book Review] - Pre Wedding Rush
Skor
🌠 4/5
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^