Selasa, 30 Juni 2015

TITIP CINTA UNTUK AYAH

Sumber foto : http://ceritaayah.tumblr.com

Langkah langkah kecil berlarian
menerjang buih putih bibir pantai
tawa, senang, bahagia
di antara anak nelayan, menunggu
ayah mereka pulang
membawa secuil mimpi dari tengah lautan
: kan disimpan 
hingga tiba, mereka tergantikan

Sabtu, 20 Juni 2015

GADIS : Luka Yang Perih

Gadis itu
merebahkan kakinya perlahan
pada hampar rerumputan, basah
hujan semalam masih sisakan embun
menganakkan dentum pada bulir pucuk daun

Tunggunya penuh harap
hingga kabut berhimpun, melesat
pudarkan pandang jiwa yang tersesat
sendiri, sepi menggelayuti

Senin, 15 Juni 2015

SEPASANG MATA DI UJUNG SENJA

Sumber foto : https://dejulogy.wordpress.com

Ia menatap sepasang mata
dengan bulir sebening kaca

Rabu, 10 Juni 2015

BALADA PIPIT KECIL

Sumber foto : https://duniastudy.wordpress.com

Untukmu yang berhati tangguh,
menantang  hidup tanpa keluh

Jumat, 05 Juni 2015

MAAFMU

“Terima kasih. Kau telah mempermudah jalanku,” suara David disusul tawa yang membahana.
Aku merasa bodoh sekarang. Pesona David telah memperdayaiku. Seharusnya aku tidak menghiraukan ajakan David untuk bersekongkol menjatuhkan kakakku, mengalahkannya dalam pencalonan ketua OSIS. Sikap licik David telah berhasil membuatnya kalah telak dengan suara hanya 181. Itu sangat jauh dibanding suara yang didapat David, 419 suara.
“Maafkan aku,” pintaku pada Kak Irfan yang duduk di depanku. Ia hanya tediam, menahan marah. “Aku tak bermaksud menjelek-jelekkan kakak,”
“Aku hanya kesal pada kakak karena tidak memasukkan aku sebagai tim sukses,”
“Kau tidak masuk saja telah berhasil membuat semuanya jadi berantakan, bagaimana kalau masuk, pasti semua hancur.”

Senin, 01 Juni 2015

HATI UNTUK SHEILA

Buyar. Lamunanku tentangnya terpecah seketika saat pintu kamarku diketuk dari luar. "Kamu masih ngelamun aja, Nal. Cepat berangkat!"
"Eh, iya. Bu." Aku kenakan lagi benda bulat di jari tengahku, meskipun agak sedikit sempit tapi aku suka memakainya.
Pagi itu kuminta supir taksinya untuk mengendarai lebih cepat. Sesampainya di depan kantor, segera kubayar argonya dan aku berlari menghampiri lift yang dikerumuni banyak orang. Lift seakan berjalan lambat, sedang waktu berjalan terlalu cepat. Aku mengetuk perlahan pintu bosku dengan sangat hati-hati.
"Masuk!" Titahnya. Suara menggelegar itu hampir saja menciutkan nyaliku.
"Selamat pagi, pak!"
"Selamat siang!" Jawabnya tegas. Kumisnya yang lebat seakan mengancam keselamatanku.
"Maaf, Pak. Saya..."
"Duduk!" Aku menarik keluar kursi yang bersembunyi di bawah meja. Kini aku duduk tepat di depan bosku.