“Terima kasih. Kau
telah mempermudah jalanku,” suara David disusul tawa yang membahana.
Aku merasa bodoh
sekarang. Pesona David telah memperdayaiku. Seharusnya aku tidak menghiraukan
ajakan David untuk bersekongkol menjatuhkan kakakku, mengalahkannya dalam
pencalonan ketua OSIS. Sikap licik David telah berhasil membuatnya kalah telak
dengan suara hanya 181. Itu sangat jauh dibanding suara yang didapat David, 419
suara.
“Maafkan aku,” pintaku
pada Kak Irfan yang duduk di depanku. Ia hanya tediam, menahan marah. “Aku tak
bermaksud menjelek-jelekkan kakak,”
“Aku hanya kesal pada
kakak karena tidak memasukkan aku sebagai tim sukses,”
“Kau tidak masuk saja
telah berhasil membuat semuanya jadi berantakan, bagaimana kalau masuk, pasti
semua hancur.”
Kak Irfan terdiam lalu
membuang nafas panjang. Ia berdiri dan meninggalkanku dalam kedaan bersalah. Image yang
ia bangun selama 3 tahun di SMU sebagai siswa teladan dan berprestasi aku
runtuhkan begitu saja dalam sehari. Mungkin, tak akan ada pengampunan darinya,
meski ribuan maaf telah aku lontarkan.
***
Pelantikan ketua OSIS
segera dimulai. Semua murid berkumpul di lapangan layaknya upacara. Aku sengaja
mengambil barisan paling depan agar aku bisa melihat dengan jelas wajah
kemenangan David. Saat kepala sekolah mengumumkan ketua OSIS yang baru, David
berjalan maju ke mimbar. Aku pun tak sabar mengikutinya maju ke depan.
“Rifka?” tanya kepala
sekolah, heran melihatku maju ke depan. David yang berdiri di sampingku menahan
amarah. Wajahnya merah padam.
“Maaf, Pak, jika saya
lancang. Ijinkan saya berbicara sesuatu,” tanpa persetujuan kepala sekolah
segera aku ambil mic.
“Pemimpin adalah
teladan. Dia harus punya sikap yang jujur dan kesatria. Bukan pengecut dan
licik,” mendadak aku seperti berorase di depan publik.
“Apa maksudmu?” tanya
kepala sekolah, bingung dengan apa yang sebenarnya yang ingin aku katakan.
“David telah berbuat
curang. Ia meminta saya untuk menfitnah calon ketua OSIS yang lain, Irfan Dwi
Pratomo,” tak tahan rasanya aku menyimpan kebenaran itu sendiri. Aku ingin
semua tahu bahwa desas desus yang mengatakan bahwa Kak Irfan pengguna narkoba
adalah tidak benar.
“Kau memfitnah kakakmu
sediri?” tanya kepala sekolah, tak percaya. Aku hanya mengangguk, penuh
penyesalan.
“Bohong. Dia bohong,
Pak,” David berusaha mengelak. “Jangan asal tuduh. Kalau tak punya bukti, itu
fitnah,”
“Aku punya buktinya,”
aku mengeluarkan ponsel dari saku baju. Memutar rekamannya lalau mendekatkannya
ke mic agar semua mendengar.
Untung saat itu aku
sempat merekam pembicaraan saat David memintaku membantunya melancarkan siasat
liciknya. Sebagai gantinya, dia akan menjadikanku kekasihnya. Itulah
kebodohanku. Tersihir oleh pesona ketampanan David, hingga mau melakukan apa
saja untuknya.
“Itu suaramu, kan,
David?” tanya kepala sekolah, mempertegas.
“Itu…” David
kehilangan kata-katanya. Ia tak mampu lagi menutupi kebohongannya.
“Ya, benar. Itu suara
David,” salah satu murid di barisan tengah tiba-tiba berteriak.
“Saya di sini untuk
mengungkapkan kebenaran, sekaligus meminta maaf pada kak Irfan, kakak saya,
calon ketua OSIS sekolah kita,” kataku, penuh harap kak Irfan mau memaafkan.
“Pemilihan harus
diulang, Pak,” teriak murid yang lain.
“Setuju..!!!”
murid-murid mulai ricuh.
“Baiklah. Meski kita
telah kehilangan banyak waktu dan tenaga, tapi demi kejujuran dan sportifitas,
akan diadakan pemilihan ulang besok pagi,” ujar kepala sekolah menenangkan.
***
“Kejujuran itu
terkadang harus dibayar dengan mahal, ya,” kataku pada kak Irfan yang duduk di
sampingku sambil menikmati es krim coklat yang mulai lumer. Siang itu, di
warung belakang sekolah, terasa sejuk. Bukan hanya karena kami sedang menikmati
es krim, tapi juga karena ketegangan di antar aku dan Kak Irfan mulai mencair.
“Apa kau tidak
menyesal?” tanya kak Irfan. Pertanyaannya mengandung banyak makna untukku.
“Menyesal untuk apa?”
tanyaku.
“Tidak jadi kekasihnya
David,” jawab Kak Irfan sambi melirik ke arahku.
“Sepertinya lebih enak
jadi adik kak Irfan dari pada kekasihnya David. Setiap hari ditraktir es krim,”
kataku sambil terkekeh.
“Ih, maunya …”
The
End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^