Sabtu, 02 Januari 2021

[Book Review] : Living with Disaster – Saat Keikhlasan Mengalahkan Segalanya

Data Buku

Judul          :         Living with Desaster

Penulis       :         Ayas Ayuningtyas

Penerbit     :          Cerita Kata

Tebal          :         210 halaman

Tahun        :         2020.

 

Sinopsis

Hara memiliki kisah masa lalu yang menyedihkan. Orang tuanya meninggal saat terjadi bencana alam. Hanya dia seorang yang selamat di antara keluarganya. Setelah kejadian itu, dia diasuh oleh Tante Sei, teman ibunya. Dia tinggal di sebuah rumah bersama beberapa adik angkatnya yang lain. Setelah lulus sekolah, Hara bergabung dengan Almeric Academy. Ini adalah akademi terkenal dengan banyak jurusan, salah satunya relawan. Di sinilah Hara belajar banyak hal sebagai bekal menjadi relawan selama 4 tahun. Dia ingin membantu banyak orang. Salah satu targetnya, bergabung dalam Organisasi Relawan Dunia.

“Tepat sekali, Hara! Menjadi relawan bukan hanya dia harus memiliki kecerdasan super, tapi empati yang besar. Bukan sekadar kewajiban melainkan keinginan untuk menolong orang lain. Hara, kamu tidak sadar sudah memiliki kualitas relawan yang luar biasa. Dan untuk itu Dewan Academy memutuskan untuk memberikan tawaran ini.” [Hal : 13]

Sebagai lulusan terbaik, Hara diminta bergabung dengan akademi sebagai pengajar. Namun di sisi lain, Hara ingin berkelana ke penjuru dunia untuk mengabdikan diri sebagai relawan. Saat Hara bimbang memutuskan memilih yang mana, sebuah bencana gempa bumi besar meluluh lantakkan kota. Banyak orang terjebak reruntuhan bangunan. Di antara mereka, ada Tante Sei beserta adik-adik Hara yang sedang berlibur arena permainan.

Wajah keluargaku langsung terbayang. Betapa mengerikannya jika virus atau bakteri itu sampai keluar dari area. Aku memikirkan kondisi mereka yang sampai kini belum bisa dihubungi. Rasanya sangat menyesakkan, menunggu kabar yang tak kunjung datang. Sejenak aku mematung dengan tangan terkepal, bertekad sekuat tenaga akan membawa mereka ke tempat yang aman. [Hal : 63]

Hara dan teman-temannya bersama pihak berwenang melakukan penyelamatan pada banyak korban yang mencoba bertahan hidup dalam keterbatasan. Semua relawan memberikan kemampuan terbaiknya. Peralatan canggih yang didukung dengan analisa data dan prediksi ahli, semua digabungkan untuk mendapatkan jalan keluar mengatasi bencana ini. Banyak hal terjadi selama penyelamatan: kehilangan, putus asa, hingga pengorbanan nyawa.

Hujan yang turun semakin deras, membuatku teringat saat simulasi ujian akhir di Academy. Jadi, beginilah rasanya terjun langsung ke lapangan. Dulu, kami memiliki arogansi bahwa dunia selamanya aman dan nyaman dengan segala teknologi yang memudahkan. Kini semua hancur berkeping-keping. Di hadapan alam, teknologi bukanlah apa-apa. Teknologi kami terpukul mundur dua dekade hanya dalam satu bencana alam. [Hal : 165]

Baca juga >>> Mission D’amore – Jangan Pernah Remehkan Impianmu

 

Review

Pernahkan kamu merasakan trauma hingga membuatmu bertekad untuk membantu siapapun yeng mnegelami hal yang sama denganmu agar lebih baik? ️.

Ini adalah kisah heroik seorang perempuan bernama Hara Carniella. Dengan latar belakang trauma masa lalu kehilangan keluarga karena bencana alam, Hara tumbuh menjadi perempuan tangguh dan bertekad menjadi relawan agar bisa menyelamatkan lebih banyak korban bencana alam.

Kisah ini bergenre scien fiction. Membaca kisah ini seolah melemparkanku ke masa depan. Tepatnya di tahun 2040. Ini bisa diketahui di salah satu adegan dimana saat ini, saat dimana sebuah virus menjadi pendemi dunia dan merenggut banyak korban, menjadi sebuah sejarah kelam bencana puluhan tahun lalu di kisah ini.

Kecanggihan teknologi masa depan juga banyak digunakan di sini. Ada anting yang berfungsi seperti ponsel. Ada smartwatch yang mampu mengeluarkan cahaya lalu membentuk bayangan empat dimensi. Bagiku sih ini seperti halnya komputer. Hanya saja ini mampu menghubungkan para penggunanya dalam tampilan empat dimensi. Oiya, ada kecanggihan teknologi yang lain berupa baja ringan yang telah dimodifikasi hingga mampu membesar dan mengecil. Nah, yang terakhir ini memang ditujukan untuk membantu para relawan yang bertugas untuk menyelamatkan korban bencana. Terutama saat harus mengangkat sekaligus menopang beban berat, seperti tembok yang runtuh.

Menurutku, riset yang dilakukan penulis untuk membangun kisah ini tuh nggak kaleng-kaleng. Meski ini kisah fiksi, namun semua hal yang ditulis di dalamnya menggunakan data pendukung yang tidak main-main. Ditambah dengan imajinasi penulis yang mampu menggabungkan keduanya menjadi sebuah kisah yang menarik. Aku saja sampai tidak bisa berhenti membacanya, menikmati keseruan dan petualangan di kisah ini dalam sekali duduk.

Cerita ini ditulis dengan POV orang ketiga tunggal. Di sela-sela kisah heroik perjuangan para relawan, penulis juga membumbuinya dengan romantisme antara Hara dengan Raven. Raven sendiri adalah mentor Hara di Academy. Kecerdasan dan kegigihan Hara dalam memecahkan semua tugas dan tantangan saat belajar di Academy membuat Raven jatuh hati padanya. Apakah pendekatan Raven kepada Hara berjalan mulus? Oh, tentu saja tidak! Ada Cyan, sahabat Hara, yang diam-diam menyukainya dan tak menyerah begitu saja pada Revan. Nah, jadi serukan kisah ini. Selain perjuangan menjadi relawan, ada juga perjuangan menaklukkan sang pujaan. Haha :D

Tidak berhenti sampai di situ. Selain ketegangan dan kisah romantis yang disajikan, para pembaca juga akan disuguhi dengan kisah yang mengharu biru tentang kesedihan, kehilangan, hingga pengorbanan nyawa. Membaca kisah pada bagian ini tuh sukses membuatku melinangkan air mata. Apalagi membayangkan orang-orang yang rela mengorkankan segala yang dimiliki untuk menyelamatkan orang lain dengan ikhlas, membuat hatiku terpotek. Hiks! Tisu mana tisu! :’(

Beberapa tokoh yang terlibat dalam kisah ini adalah Hara, Revan, Seta, Bibi Sei, dan Cyan. Hara adalah tokoh sentral di kisah ini. Dia sosok perempuan tangguh, cerdas, semangat, dan pemberani. Meski tinggal dengan orang lain, Hara tetap menyayangi mereka seperti saudara sendiri. Hara juga punya leadership yang bagus. Dia sering memimpin sahabat-sahabatnya dalam menjalankan misi. Dia juga pemberani meski terkadang kurang bisa memperhitungkan resiko dari keputusannya.

Tokoh berikutnya adalah Revan. Di satu sisi, dia adalah mentor Hara di Academy. Di sisi lain, Revan adalah lelaki yang mengagumi dan jatuh cinta pada Hara. Revan digambarkan sebagai lelaki penuh pesona. Dia menjadi primadona anak-anak didiknya. Dia tegas juga jaim. Menurutku, Revan ini hanya menang di teori. Secara, dia adalah seorang pengajar. Namun di lapangan, kecakapan dan keberanian Revan masih kalah dengan Hara. Terlepas dari perannya sebagai relawan, secara pribadi, Revan ini bucin. Terlihat sekali saat dia mulai mengungkapkan perasaannya pada Hara. Apalagi saat Revan tahu salah satu muridnya sekaligus sahabat Hara, juga menyukai perempuan yang disukainya. Sering kali dia dilanda cemburu. Hadeh! Benar-benar kepribdain yang unik.

Tokoh yang lain, ada Bibi Sei. Dia adalah teman orang tua Hara. Setelah mereka meninggal, Hara diasuh oleh Bibi Sei. Sosok Bibi Sei digambarkan sebagai perempuan yang baik hati, penyayang, dan ikhlas. Bukan hanya Hara, dia juga mengangkat beberapa anak lain dan mengasuhnya seperti anak sendiri. Dia juga bekerja keras untuk menghidupi mereka. Duh! Semoga sosok Bibi Sei ini banyak ditemukan di dunia nyata, ya.

Next, ada Seta dan Cyan. Mereka adalah sahabat Hara di Academy. Mereka digambarkan sebagai anak muda yang kurang serius dalam belajar. Terkadang mereka bolos dan tidak memperhatikan pelajaran. Etapi … don’t judge the book from the cover. Di balik kelakuan mereka, ternyata keduanya adalah anak-anak jenius. Mungkin di antar teman kalian ada yang anaknya tidak serius belajar tetapi tetap saja pintar. Nah, sama nih seperti mereka berdua. Tak banyak orang tahu kalau Seta dan Cyan melakukan serangkaian penelitian dan eksperiman hingga mampu menciptakan beberapa alat canggih. Beberapa di antaranya adalah peralatan yang banyak membantu tugas relawan dalam misi penyelamatan korban bencana alam. Yang membedakan kedua cowok ini adalah, saat menjadi relawan, Seta banyak berkutat dengan data dan analisa di belakang computer. Sedangkan Cyan lebih suka terjun ke lapangan langsung. Hmmm …

Sebenarnya masih ada beberapa tokoh yang terlibat di kisah ini. Namun menurutku merekalah yang utama. Tokoh yang kusuka dari semuanya adalah Cyan. Awalnya, aku tidak begitu memperhatikan tokoh ini. Hingga sampailah Cyan bersama Seta memamerkan beberapa penemuannya. Bagiku, Cyan lebih sempurna dibandingkan yang lain. Dia adalah perpaduan antara kejeniusan dan skill lapangan. Dia memiliki keduanya. Selain itu, bagiku Cyan adalah sosok pemberani dan tulus. Bahkan saat dia mengungkapkan perasaannya pada Hara dan dijawab gadis itu dengan friendzone. Duh! Tapi itu tak mematahkan semangatnya untuk tetap melaksanakan tugasnya menjadi relawan meski harus melihat Hara dan Revan setiap saat karena mereka satu tim. Cyan mampu mengendalikan perasaan dan emosinya. Puncaknya, pengorbanan yang dia lakukan demi menyelamatkan manusia dari bencana yang lebih besar. Sungguh, ending dari Cyan ini membuatku berkaca-kaca saat membacanya.

Aku mendapatkan keasyikan tersendiri saat membaca kisah ini. Petualangan yang dibalut dengan ketegangan membuatku tak dapat berhenti terus membacanya. Ada beberapa pelajaran yang kudapat darinya :

  • Tidak semua orang memiliki pengalaman hidup yang indah. Ada sebagian orang memiliki masa lalu yang keras dan pahit. Namun siapa sangka, pengalaman hidup yang penuh perjuangan itu mampu menghantarkannya menjadi orang yang lebih baik di kemudian hari.
  • Masih banyak orang baik di dunia ini. Mereka menolong dan berkorban tulus untuk membantu orang lain. Pada kisah ini, seperti yang dilakukan oleh para relawan dan Bibi Sei.
  • Selalu ada kemudahan setelah kesusahan. Kita harus selalu optimis dalam hidup.
  • Selain pelajaran dari kisah ini, aku juga suka beberapa dialog yang menurutku bukan hanya sekedar ucapan dari tokoh, tapi juga mengandung motivasi dan nasehat.

“Hara, aku ingin kamu tahu. Ketika segalanya terlihat gelap, yakinlah akan ada cahaya yang datang. Ketika semua membuatmu putus asa, cobalah ingat apa yang bisa membangkitkan semangatmu.” [Hal : 66]

“Ketika segalanya terasa tidak mungkin, ingatlah kamu akan selalu memiliki harapan.” [Hal : 69]

“Sekeras apa pun kamu menyalahkan orang lain atau Tuhan, tidak akan mengubah keadaan, Hara. Kamu hanya bisa bersabar dan berdoa agar waktu memulihkan semua luka .” [Hal : 90]

“Itulah yang harus dikatakan oleh para relawan professional. Tugas kita di garis depan, memang bukan bertarung dengan nyawa, tapi bertahan untuk kuat agar bisa menyelamatkan lebih banyak nyawa .” [Hal : 120]

“Menangislah, Hara. Aku tahu kamu kuat, tapi sesekali menangis akan mengurangi bebanmu.” [Hal : 124]

“Suatu hari nanti, ketika masa itu tiba, kamu akan banyak bersyukur telah melalui hal-hal sulit, Hara.” [Hal : 136]

Aku suka tampilan fisik buku ini. Kertas yang digunakan juga font huruf juga membuat nyaman saat membaca. Apalagi jika melihat tampilan cover novel ini. Klasik dan cantik.

Baca juga >>> Jane Si Kutu Loncat – Belajar Berdamai dengan Masa Lalu dari Jane Sakuntala

  

Skor

🌠 4/5

  

~ Hana Aina ~

  

Baca juga, ya ...






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^