Sabtu, 10 Agustus 2019

[Book Review] : The Wedding Dress


Data Buku
Judul         :    The Wedding Dress
Penulis      :    Rachel Hauck
Penerbit    :    Elex Media Komputindo
Tebal         :    403 halaman
Tahun        :    2015.

Sinopsis
Charlotte merasa butuh menenangkan diri dari hiruk pikuk hidupnya. Tetiba dia tertarik mengikuti lelang di dekat tempatnya menyepi. Satu barang lelang menarik perhatian Charlotte. Sebuah peti tua yang dibuat tahun 1912. Peti itu dibelinya seharga 1000 dollar.

"Peti ini dibuat untuk seorang pengantin wanita."
"Peti ini dilas hingga terkunci." Juru lelang itu membungkuk semakin maju ke arah penontonnya. Sekali lagi, mata yang berwarna biru itu menyala-nyala menjelajah dan berhenti di Charlotte. Pria itu menggerak-gerakkan alis lebatnya yang berwarna abu-abu. "Oleh seorang gadis yang patah hati."
Halaman : 13

Kata-kata juru lelang yang menjual peti tersebut selalu menghantui Charlotte. Pun demikian dengan isi peti kayu itu sendiri yang seakan membuat Charlotte panasaran. Di sisi lain, Charlotte memiliki masalah dengan kehidupan pribadinya. Hari pernikahannya dengan Tim segera tiba, namun dia belum memutuskan gaun pengantinnya.

Kenapa ia menunda-nunda? Kenapa ia tidak nampak heboh dan gembira seperti para pelanggannya? Kenapa ia tidak memiliki kumpulan impian uniknya mengenai pesta pernikahan?
Hati Charlotte terasa sakit karena bentrokan antara pikiran dan perasaannya.
Halaman : 67

Ada keraguan dalam diri Charlotte akan Tim. Bukan hanya karena keluarga Tim yang sempurna dibanding dirinya yang tak pernah tahu siapa ayahnya, namun juga Tim yang dirasa tidak pernah serius dengan pernikahan. Hingga akhirnya mereka putus.

"Apa yang sudah terjadi tidak dapat diubah, Tim. Kita tidak dapat bertunangan jika kau tudak ingin menikah."
"Ini yang terbaik, bukan? Setidaknya kita belum mengirim undangan. Bisakah kau bayangkan kalau kita harus mengembalikan semua hadiah? Sungguh sebuah mimpi buruk."
Halaman : 122

Putus dari Tim membuat Charlotte memiliki banyak waktu untuk dirinya dan bisnisnya. Dia memiliki bisnis gaun pengantin. Dia sangat tertarik dengan gaun pengantin. Ketertarikan itu pula yang membuatnya berani membuka peti kayu tua itu.

"Ini aneh, Charlotte. Kau membeli sebuah peti yang berisi gaun pengantin di dalamnya? Tepat sebelum kita putus?"
"Kau tahu apa yang dikatakan oleh pria berbaju ungu yang aneh itu padaku? Ini musim pengantin. Aku tidak yakin apa artinya, tapi mungkin itu berarti bahwa gaun itu dikirim untukku? Untuk mencari pengantin wanita yang tepat untuk memakainya?"
Halaman : 154

Charlotte begitu terkejut saat dia menemukan sebuah gaun pengantin di dalam peti kayu. Gaun pengantin dari seorang perempuan di tahun 1912. Gaun itu seakan memanggilnya untuk dikenakan. Gaun misterius yang akan membawanya pada kisah perempuan pemilik gaun di masa lalu. Gaun itu pula yang akan membawanya pada pencarian jati diri dan silsilah keluarganya yang hilang, termasuk mengetahuai siapa ayah kandungnya.




Review
Hai hai … Aku kembali lagi dengan review novel terjemahan. Kali ini ada The Wedding Dress karya Rachel Hauck. Novel ini setebal lebih dari 400 halaman. Termasuk novel yang tebal sih menurutku. Untungnya novel ini tidak dicetak di kertas putih, mata jadi lebih betah dan nggak mudah lelah.

Ini adalah kisah dua perempuan berbeda zaman. Namun keduanya disatukan dalam benang merah berupa gaun pengantin yang dibuat di tahun 1912. Gaun itu milik seorang perempuan kulit putih bernama Emily, yang dibuat oleh perempaun kulit hitam untuk pernikahannya. Namun karena kondisi politik saat itu tidak memperbolehkan warga kulit putih banyak berinteraksi dengan warga kulit hitam membuat Emily menjadi banyak perbincangan.

Emily dikecam karena dianggap memberontak pada tatanan masyarakat. Apalagi calon suaminya dari keluarga terpandang dan memiliki kedudukan penting, tentu sikap Emily dianggap memalukan. Namun Emily tidak tinggal diam. Dia tetap menginginkan gaun pengantinnya sendiri, bukan gaun pengantin pilihan keluarganya. Gaun pengantin itulah yang kini berada di dalam peti kayu, di rumah Charlotte.

Charlotte sendiri juga seorang calon pengantin. Namun anehnya, Charlotte belum tergerak hatinya untuk memilih gaunnya sendiri meski dia memiliki toko gaun pengantin. Tak ada satu pun gaun pengantin yang menarik hatinya. Hingga dia menemukan gaun pengantin dalam peti kayu.

Awal cerita ini bergerak lambat dan cenderung membosankan. Apalagi ditambah dengan perubahan alur yang sering terjadi. Bab awal berkisah tentang Charlotte di masa sekarang, namun di bab berikutnya pembaca seperti dilempar ke masa lalu dengan kisah Emily. Lalu bab berikutnya kembali lagi ke cerita Charlotte di masa kini. Jujur, bagi aku ini melelahkan, hehe.

Cerita ini mulai menarik bagiku saat konflik mulai memanas di kisah Emily. Emily sebagai calon pengantin dihadapkan pada berbagai masalah. Dia mulai ragu pada Philips, calon suaminya yang diisukan dengan banyak perempuan. Di sisi lain, Emily kembali bertemu dengan cinta lamanya, Daniel. Emily dan Daniel tidak dapat bersatu dikarenakan perbedaan kasta. Namun Daniel tidak mundur untuk terus meyakinkan Emily akan cintanya.

Konflik semakin menarik saat dibumbui aroma politik tentang perbedaan hak-hak antara kulit hitam dan kulit putih yang pernah merebak di Amerika saat itu. Emily menolak gaun pengantin pilihan orang tuanya yang dirancang oleh seorang perancang gaun pengantin kulit putih terbaik, dan lebih memilih gaun pengantin rancangan Taffy, seorang perancang gaun pengantin kulit hitam. Tindakan Emily ini beresiko besar hingga dia harus berurusan dengan pihak kepolisiaan.

Sedangkan dari kisah Charlotte, cerita mulai menarik justru menjelang akhir dimana Charlotte berusaha menelusuri pemilik gaun pengantin dalam peti kayu. Satu persatu petunjuk dikumpulkan hingga berujung pada hal tak terduga, silsilah keluarganya yang hilang. Nah, karena kisah ini menarik mulai pertengahan hingga akhir, so aku musti punya stok sabar dan napas yang panjang untuk menyelesaikannya, haha

Dua tokoh sentral dalam kisah ini adalah Emily dan Charlotte. Emily adalah sosok perempuan pemberani, keras kepala, dan cerdas. Dia akan memperjuangkan apa yang menjadi keyakinannya. Dan Emily ini hidup di masa perempuan harus tunduk pada banyak aturan, sehingga dia sering dianggap bersikap memberontak.

Di sisi lain, Charlotte adalah perempuan tertutup. Mungkin ini dikarenakan jalan hidupnya yang kurang menguntungkan. Dia lahir tanpa tahu siapa ayahnya. Ibunya pun tak pernah memberitahu, bahkan cenderung menyembunyikan sosok lelaki ini. Ini juga membuat Charlotte tumbuh menjadi perempuan yang mudah minder. Ini bisa dilihat saat Charlotte menjalin hubungan dengan Tim yang memiliki keluarga komplit dan harmonis. Ada semacam rasa takut dalam diri Charlotte untuk masuk ke dalam keluarga Tim. Dia merasa tak pantas.

Dari keduanya, aku lebih suka sosok Emily. Meski sering berkonflik sana sini, tapi hidup Emily never flat. Justru konflik-konflik karena memperjuangkan apa yang diyakininya itulah membuat hidupnya dinamis dan banyak pelajaran.



Baca juga >>> Beautiful Pain


Skor
3,7 dari 5 bintang



~ Hana Aina ~


Baca juga, ya ...

Pre Wedding Rush
















Twenty Thousand Leagues
Under The Sea










2 komentar:

  1. Mbak Hana udah baca serinya Nora Roberts yang tentang pengantin itu b oum nih. Seru loh mbak

    BalasHapus
  2. I need spoiler...spoiler����, endingnya kaya apa coba��

    BalasHapus

Terimakasih telah berbagi komentar ^^