Senin, 10 September 2018

[Book Review] : Aku Tak Marah



Data Buku
Judul          :    Aku Tak marah
Penilis        :    Djokolelono
Penerbit     :    Moka Media
Tebal         :    148 halaman
Tahun        :    2014



Sinopsis
Vici dan Agit adalah sepasang kekasih. Namun Agit membuat kesalahan besar dengan berselingkuh dengan Ratna, teman sekantor Vici. Ini yang membuat hubungan mereka bubar. Agit yang selama ini numpang tinggal di kos kekasihnya, Vici, ditendang ke luar tanpa membawa apapun selain gitar.

Mungkin pengaruh minuman keras, mungkin pengaruh suasana, mungkin pengaruh parfum Ratna yang menyodok indra penciumannya.
Halaman : 5

Saat berjalan tanpa tujuan, dia bertemu dengan Candra. Di atas bus, Agit yang melepas kegalauanya dengan bernyanyi, dimanfaatkan oleh Candra untuk ngamen dan meminta uang pada penumpang. Ini diketahui oleh Kribo, kaki tangan preman penguasa daerah tersebut. Mereka memburu Cadra dan Agit karena dianggap ngamen tanpa izin di daerah keuasaan mereka. Sejak saat itu mereka menjadi buronan dan melarikan diri ke rumah Encing Candra yang seorang bos rombongan ronggeng.

“Itu tadi Bang Kribo!” bisik Candra, terengah-engah. “Dia ngajak Bank Toyib!” sahut Candra. “Ayo, ikut aku, kita mesti sembunyi.”
Halaman : 15

“Eh, kamu bawa tambahan mulut buat dikasih makan, emangnya rumah ini penampungan gepeng?”
Halaman : 67

Di sisi lain, ada yang senang dengan lagu yang Agit nyanyikan saat ngamen. Diam-diam dia merekamnya dan ingin menjadikan lagu tersebut sebagai jinggle produk barunya. Beberapa biro iklan berusaha mencari keberadaan Agit.

“Kami yang datang lebih dahulu, jadi kami yang akan membawa Mas itu,” kata Dicky. “Kami juga siap imbalannya.”
“Tapi kami yang nyiarin di radio. Baiklah, kami bersedia kasih imbalan dua setengah juta.” Kata Kemal.
“Tiga juta!” timpal Dicy mantap.
Halaman : 139

Kini, mereka bukan hanya menjadi buronan Toyib dan anak buahnya, tapi juga biro-biro iklan. Mereka berlomba-lomba membujuk Agit agar mau bergabung dalam biro iklan mereka. Mereka butuh Agit untuk menyanyikan jinggel iklan produk tersebut. Jika mereka berhasil, proyek besar akan di tangan.


Review
Setelah sekian lama, akhirnya, saya kembali membaca buku fiksi. Saya mendapatkan buku ini secara tak sengaja. Jadi ceritanya nih, saya menemukan buku ini di dalam goodie bag saat menghadiri acara bedah buku di sebuah toko buku ternama di Solo. Saat melihat penampakan covernya, saya sempat mengerutkan dahi. Cover buku ini berwarna oranye yang menghadirkan keceriaan. Ditambah lagi dengan gambar siluet beberapa orang yang sedang bergembira, membuat saya menebak ini adalah cerita lucu. Tapi ternyata saya salah. Bagi saya ini bukan cerita komedi, tapi kisah romance tentang 2 anak manusia bernama Agit dan Vici.

Agit dan Vici memiliki kehidupan yang jauh berbeda. Vici adalah seorang perempuan pekerja keras, mapan. Bahkan memiliki posisi bagus di kantornya. Agit sebaliknya. Kehidupannya tak seteratur Vici. Bahkan untuk hidup, dia numpang di kos Vici. Suatu hari Agit melakukan kesalahan besar yang membuat Vici marah dan mengusirnya. Agit tak mampu berbuat apa-apa. Inilah awal petualangan Agit bersama Candra, seorang anak lelaki yang ditemuinya di jalan yang akhirnya menjadi teman.

Petualangan Agit bersama Candra dimulai saat mereka diburu oleh preman-preman karena ngamen tanpa izin di daerah kekuasaan mereka, yang kemudian bersembunyi di rumah Cing Candra yang ternyata bos rombongan ronggeng. Di sana kisah berlanjut saat lagu yang dinyanyikan Agit saat ngamen ternyata diminati sebuah produk perusahaan besar. Beberapa biro iklan mencari-cari Agit untuk menyanyikan jinggel iklan produk tersebut. Jika mereka berhasil mengajak Agit bergabung dengan biro mereka, proyek besar akan di tangan.

Novel ini menghadirkan cerita kehidupan keseharian yang nyata. Terutama kehidupan di daerah padat pinggiran kota yang di dalamnya terdapat kisah kemiskinan, kekerasan, dll. Ini tergambar pada sosok tokoh Agit dan Candra, juga para preman seperti Kribo dan Toyib. Bahasa yang digunakan pun adalah keseharian yang ringan, bahkan cenderung kasar. Mungkin ini untuk mendukung setting tempat dalam cerita ini. Menurut saya, novel ini lebih layak dibaca oleh orang dewasa karena banyak adegan "nakal” dan umpatan di dalamnya.

Novel ini ditulis dengan POV orang ke-3 tunggal. Sebenarnya tokoh utama di cerita ini adalah Vici dan Agit. Tapi Vici kurang banyak diceritakan. Sedangkan Agit, saya pribadi sih kurang suka dengannya. Sebagai lelaki, Agit tidak tegas, tak punya pendirian, namun di sisi lain dia memiliki pesona di mata banyak perempuan. Ini terbukti dalam kisah perselingkuhannya dengan Ratna, teman sekantor Vici, yang membuat Vici marah besar dan mengusirnya.


Skor
3 dari 5 bintang



 ~ Hana Aina ~




Baca juga, ya ...



2 komentar:

Terimakasih telah berbagi komentar ^^