Sinopsis
Karena pengkhianatan suaminya, Erdhan, Kaluna mengajukan
gugatan cerai. Di saat bersamaan, Kaluna harus menerima kenyataan kalau dirinya
mengidap Cushing Syndrome. Untuk sesaat Kaluna merasa hidupnya terpuruk. Namun
kemudian dia bangkit dan menyadari kalau hidup harus terus berlanjut. Kaluna
harus berjuang untuk anak kembarnya Randa dan Rindi. Bertahun kemudian, Kaluna
bertemu dengan Saga. Lelaki itu hadir bukan hanya sebagai rekan kerja tapi juga
sosok yang hadir di saat Kaluna butuh dukungan dalam hidup. Keduanya semakin
hari kian dekat hingga Saga mengutarakan perasaannya. Kebimbangan menyelimuti
hati Kaluna, antara bahagia dengan cinta yang dipersembahkan oleh Saga dan
kondisi dirinya yang ragu akan mampu membahagiakan orang yang dicintainya.
Baca juga >>> [Book Review] - Before 40
Review
Hai, BESTie! Aku kembali lagi dengan review sebuah
novel dari penulis lokal, Mutia Ramadhani. Ini adalah cerita fiksi yang bukan hanya menghibur
dengan kisah yang diramu dengan baik, tapi juga menghadirkan setting yang kuat
dalam ceritanya.
Once in A Moon adalah kisah hidup Kaluna. Seorang
perempuan yang akhirnya memutuskan berpisah dari suaminya karena pengkhianatan
yang dilakukan lelaki itu. Kaluna harus berjuang menjadi single mother bagi
kedua anak kembarnya, Randa dan Rindi. Di saat bersamaan, Kaluna divonis
mengidap Cushing Syndrome. Sebuah penyakit yang membuat Kaluna harus
mengkonsumi insulin setiap beberapa jam sekali lewat suntikan.
Dari awal membaca novel ini aku langsung disuguhi
konflik batin Kaluna mempertahankan rumah tangganya dengan kebohongan atau
melepasnya. Sudah lama dia tahu kalau suaminya berselingkuh. Namun selama ini
Kaluna bertahan hingga pada titik dia sudah tidak tahan lagi dan memutuskan
berpisah. Yang menjadi PR besar Kaluna adalah mengkomunikasikan kondisi ini
kepada kedua anaknya.
Konflik kedua, masih berhubungan dengan konflik batik
Kaluna yang divonis Cushing Syndrome. Kondisi ini membuat kesehatannya menurun
yang pada akhirnya mempengaruhi psikisnya. Ada rasa takut dalam dirinya jika
umurnya tidak panjang dan dia tidak bisa membersamai kedua anaknya tumbuh
dewasa. Padahal ada jalan keluar untuk mengatasi masalah ini, yaitu dengan
operasai. Namun Kaluna takut jika operasinya gagal.
Konflik berikutnya adalah kehadiran Saga dalam
hidupnya. Yang awalnya mereka rekan keja, lalu berteman hingga akhirnya punya
hubungan istimewa. Kaluna senang dengan kehadiran Saga. Dia merasa diperhatikan
dan dicintai, perasaan yang belum pernah dirasakannya selama pernikahan
sebelumnya. Namun belakangan dia tahu, Saga memiliki masa lalu seperti dirinya,
pernah gagal berumah tangga. Yang menjadi ganjalan, sepertinya istri Saga belum
mengikhlaskan mantan suaminya itu. Masalah lainnya, Kaluna merasa dia tidak
pantas untuk Saga. Terlebih dengan kondisi dirinya sekarang yang tengah sakit,
membuatnya merasa akan merepotkan Saga.
Konflik yang dihadirkan terus menerus inilah yang membuat
ceritanya bergerak dinamis. Selama membaca novel ini, aku tidak menemukan celah
dimana aku merasa bosan pada bab tertentu. Niat mula yang aku ingin membaca
pelan-pelan tapi ternyata lembar demi lembar kubaca tanpa jeda hingga tanpa terasa sampai pada lembar terakhir.
Tokoh Kaluna Yasya digambarkan sebagai sosok perempuan mandiri yang
punya kemauan keras. Dia memiliki kepedulian dengan lingkungan. Kaluna bekerja
pada Yayasan memiliki kegiatan berhubungan dengan pelestarian alam dan hewan.
Kaluna juga punya pengalaman tidak menyenangkan di
masa lalu. Terutama yang berhubungan dengan pernikahan kedua orangtuanya.
Bapaknya punya perempuan idaman lain, hingga akhinya kedua orangtuanya berpisah.
Ini terus berlanjut saat Kaluna merasa kasih sayang bapaknya kini harus dibagi
dengan adik tirinya. Tragisnya, apa yang dialami orangtua Kaluna juga terjadi
padanya. Suaminya ada main dengan rekan sekantornya.
Dalam hal ini, aku suka sikap Kaluna yang tegas untuk
berpisah meski tetap menjaga hubungan baik dengan mantan suami. Kaluna juga
berusaha tidak menyembunyikan perceraiaannya dari kedua anaknya. Aku suka
bagaimana cara Kaluna mengkomunikasikan kepada kedua anaknya tentang hal
tersebut.
Tokoh Erdhan digambarkan sebagai lelaki pekerja keras.
Mantan suami Kaluna ini ada main dengan rekan satu kantornya. Serius! Saat
membaca adegan Erdhan yang enggan menceraikan Kaluna dengan alasan anak-anak,
ingin rasanya aku lempar sandal ke ini laki. Sok sokan banget peduli anak, tapi
waktu selingkuh nggak ingat, tuh, kalau sudah punya istri dan anak. Duh! Maaf,
ya, Pembaca, jadi terbawa emosi.
Sagara
Putra Mahardika adalah seorang
fotografer yang bekerjasama dengan Kaluna pada beberapa acara di kantornya. Digambarkan
kalau sosok Saga ini bisa membuat sesuatu yang dilihat orang lain biasa saja menjadi lebih bernilai seni.
Saga sosok lelaki yang lembut, penyayang, perhatian,
dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Dia mudah berteman dengan siapa
saja, mulai dari yang muda hingga yang tua. Bahkan dia tidak canggung saat
bertemu dengan Erdhan yang dikenalnya sebagai mantan suami Kaluna.
Tolong, ya, Pembaca! Tolong! Kalau ada cowok seperti
Saga di dunia nyata, kabari! Aku mau checkout satu. Nggak masalah ongkirnya
mahal, haha.
Baca juga >>> [Book Review] - Februari Malam
Meski tebal, tapi aku tidak merasa lelah saat membaca novel ini.
Bisa jadi karena aku suka cara penulisnya merangkai kata. Suka diksi yang dipakai
hingga kalimat-kalimat yang terbentuk terkesan kalem dan sopan. Selama membaca,
aku juga menemukan beberapa dialog bagus yang menurutku bisa dijadikan ala-ala
quotes, gitu. Aku spill, ya …
"Kadang, menutup satu pintu itu memang
sakit, tapi bisa jadi itu cara kamu buat buka pintu bahagia kamu yang
lain."
[Hal : 5]
"Tapi yang paling penting adalah jangan
pernah menyerah. Ingatkan mama-mama bahwa setiap usaha ada naik turunnya. Kita
harus tetap konsisten dan sabar. Kalau ada masalah, kita cari solusi
bersama-sama."
[Hal : 8]
Dia merasa seperti badut dalam
kehidupannya sendiri, yang harus terus tersenyum dan tampak kuat di hadapan
orang lain, meski hatinya hancur berkeping-keping.
[Hal : 29]
"Dalam dunia medis, diagnosa tidak bisa
didasarkan pada asumsi atau perasaan semata. Jika semua orang bisa
mendiagnosis, kita mungkin tidak memerlukan dokter dan rumah sakit.”
[Hal : 36]
"Kadang kita terlalu fokus pada kesehatan
fisik, padahal kesehatan mental juga sama pentingnya.”
[Hal : 37]
“Menahan diri bukan berarti kalah. Kalau
menyerah itu baru kalah.”
[Hal : 46]
"Pengalaman pertama selalu yang paling
memorable, kan?"
[Hal : 56]
"Umur itu hanya angka. Yang penting
semangatnya masih muda."
[Hal : 80]
"Mimpi buruk sejatinya tak pernah ada.
Yang sesungguhnya buruk adalah ketika kamu nggak bisa bermimpi sama
sekali."
[Hal : 93]
"Sometimes we just have to move on and
leave those who didn't appreciate us behind."
[Hal : 108]
"Kadang, ketika dua orang bertemu lagi
setelah lama berpisah, apa pun bisa terjadi, Lun. From what seemed impossible,
it becomes possible.”
[Hal : 109]
"Ketika seseorang membuat keputusan
dalam keadaaan sedih, marah, atau tidak stabil secara emosional, pikiran
menjadi tidak logis dan rasional."
[Hal : 111]
"Mungkin kebahagiaaan itu tidak selalu
datang dari orang lain. Kadang, kita harus mencarinya dalam diri kita sendiri."
[Hal : 112]
"Aku belajar untuk menerima. Bukan cuma
menghadapi. Hidup ini, meski penuh rintangan, harus tetap dinikmati."
[Hal : 144]
"Sejak kita lahir, kita sendiri. No one
is born just to please you or take care of you. Even itu anak kembar, mereka
punya jalan hidup masing-masing."
[Hal : 157]
"Life is not fair. Dalam saat-saat
terburuk, yang terbaik adalah mengandalkan diri sendiri. Karena jika kamu
selalu mengandalkan orang lain, kamu akan selalu bergantung pada mereka setiap
kali menghadapi rintangan. Dan itu nggak mungkin terjadi setiap saat."
[Hal : 158]
"Kalau kamu sering terganggu sama mimpi
buruk, coba tulis mimpi itu sampai selesai, tapi kamu ubah endingnya jadi happy
ending."
[Hal : 161]
"Cinta itu lebih dari sekadar harapan
buat memperbaiki sesuatu yang sudah rusak. Kadang-kadang, cinta yang paling
besar adalah saat kita rela melepaskan."
[Hal : 194]
"Cinta itu nggak bisa hanya berisi penyesalan
dan rasa takut kehilangan. Cinta adalah ketika kamu bisa jujur, baik kepada diri
sendiri maupun kepada orang yang kamu cintai."
[Hal : 194]
"Kadang, beberapa hal lebih baik
dibiarkan di masa lalu."
[Hal : 199]
"Luka itu ... bagian dari hidup. Aku
nggak bisa menghapus masa lalu kamu atau sakit yang kamu rasakan, tapi aku bisa
berdiri di sisi kamu, melaluinya bersama-sama. Bagiku, cinta tidak selalu
tentang menghapus luka, kadang itu hanya tentang bertahan, meski hati kita
tergores."
[Hal : 225]
"Jika ada satu hal yang aku pelajari
dari semua yang kulakui ... adalah bahwa cinta tidak pernah tentang siapa yang pantas
atau tidak, itu tentang keberanian. Aku mungkin nggak tahu segalanya tentang
apa yang akan terjadi ..., tapi aku tahu, hatiku memilihmu, bukan karena mudah,
tapi karena aku yakin."
[Hal : 226]
"Waktu bukan pengukur cinta. Yang aku
tahu, aku mencintai kamu. Bukan karena kamu sempurna, tapi karena kamu adalah
kamu. Aku hanya ingin satu kesempatan untuk menunjukkan bahwa aku nggak hanya
ingin berada di sampingmu saat segalanya baik, tapi juga saat semuanya
runtuh."
[Hal : 227]
"Cinta bukan tentang menghindari rasa
sakit, tapi tentang menerima bahwa rasa sakit itu mungkin ada, dan kita tetap
memilih untuk saling mencintai."
[Hal : 227]
"Nggak ada yang lebih berharga dari
menunggu seseorang yang kamu cintai."
[Hal : 228]
"Cinta itu bukan cuma soal bahagia
bersama. Kadang, cinta juga soal tetap bertahan meski harus menghadapi hal-hal
yang menyakitkan.
[Hal : 237]
"Jangan terlalu keras kepada diri
sendiri. Kadang, kita hanya perlu memberi diri kita izin untuk bahagia dan
menerima bahwa hidup terus berjalan. Kamu berhak mendapatkan kebahagiaan."
[Hal : 239]
Baca juga >>> [Book Review] - Daniel & Daniella
Setiap kisah ada hikmah yang tersembunyi di dalamnya. Pun
demikian dengan novel Once in A Moon ini.
- Bersikap tegas dan berani mengambil keputusan. Ini aku pelajari dari Kaluna yang akhirnya
memberanikan diri menggugat cerai suaminya. Sebelumnya, Kaluna selalu ragu dan
berusaha meyakinkan diri kalau semua baik saja. Tentu saja, itu seperti
membohongi diri sendiri. Hingga akhirnya, dia menyadari keadaan tidak baik
saja. Dia memutuskan mengakhiri semuanya. Yang perlu ditekankan, mengakhiri
suatu hal bukan berarti akhir dunia. Bisa jadi, jika memang ini sesuatu yang
kurang baik, mengakhirinya bisa membawa kebaikan ke depannya.
- Komunikasikan dengan baik segala masalah. Saga bercerai dari istrinya. Namun situasi ini tidak
pernah dikomunikasikan dengan anak lelakinya. Berbeda dengan Kaluna yang
memberi pengertian ke anak kembarnya tentang perpisahan kedua orangtuanya.
Dalam hal ini aku setuju dengan cara Kaluna. Selain si kembar tidak merasa
dibohongi, ini juga mempermudah mengkondisikan langkah ke depannya saat mereka
sudah tidak bersama lagi.
- Melawan rasa takut. Saat pertama kali mengetahui penyakitnya, Cushing Syndrome, bayangan
hal buruk menghantui Kaluna. Pun demikian saat dokter memintanya untuk operasi.
Lagi-lagi Kaluna takut jika hal itu gagal. Namun perlahan Kaluna mulai menepis
rasa takut itu. Keinginannya untuk terus hidup dan membersamai kedua anaknya
hingga dewasa lebih besar dari takutnya. Kaluna melawan rasa takutnya dan semua
keadaan mulai membaik, tidak seburuk bayangannya.
- Move on.
Setiap orang punya masa lalu, termasuk masa lalu yang kurang menyenangkan. Namun
hidup harus terus berjalan, bukan. Bersedih, marah, dan menyesal, tentu boleh
saja. Setelahnya, segeralah bangkit dan menata hidup kembali.
- Belajar dari kesalahan. Pengalaman adalah guru terbaik. Mau pengalaman baik
ataupun buruk, semua sebagai pelajaran hidup. Terutama dari kesalahan agar bisa
memperbaiki ke depannya. Kegagalan pernikahan Kaluna dan juga Saga sebelumnya membaut keduanya ingin memperbaiki diri.
Baca juga >>> [Book Review] - Jangan Bercerai, Bunda
Novel
ini ditulis dengan POV orang ketiga tunggal. Alurnya maju mundur dengan pace
sedang. Aku suka tampilan fisiknya dengan cover cantik.
Pemilihan sampul hard cover dan pemilihan kertas yang membuat mata tidak mudah
lelah meski sudah membaca ratusan halaman, memberi kesan novel ini premium.
Setting yang dipilih penulis di antaranya di daerah
Papua, Jakarta, Bogor, dan Bali. Aku suka cara penulis meramu setting dan
memasukkannya ke dalam cerita. Terkesan smooth, bukan hanya tempelan semata
tapi benar-benar menyatu dengan cerita. Saat membaca novel ini, seolah aku
berada di sana, memperhatikan para tokoh melakoni perannya dari dekat.
Dari lembar pertama, aku sudah diajak jalan ke daerah Papua.
Saat menggambarkan daerah Papua, aku seolah menikmati keindahan alamnya. Pun
demikian saat Kaluna pindah ke Bali. Keindahan Pulau Dewata dapat kubayangkan,
lengkap dengan budaya dan kulinernya. Termasuk penggunaan bahasa daerah yang memperkuat
setting cerita. Belum lagi upacara adat daerah setempat yang tentu saja
menarik. Contohnya seperti ritual Mengke Womon di Papua.
Dilihat dari covernya, awalnya kukira ini adalah buku
non fiksi. Namun siapa sangka, cover yang menampilkan dua gajah yang sedang menikmati
malam di bawah sinar rembulan ini justru menjadi awal bertemunya Kaluna dan
Saga untuk pertama kalinya tanpa mereka sadari. Semisterius itu, ya, hidup.
Satu keunikan yang jarang kutemui di novel lain,
adanya pesan kepedulian terhadap lingkungan. Pemilihan pekerjaan tokoh utama
yang bekerja di sebuah yayasan yang bergerak di bidang lingkungan, membuat
novel ini menjadi lebih menarik. Misalnya saja saat Kaluna berada di Papua, bersama
masyarakat sana, dia melakukan penangkaran penyu. Pun demikian saat Kaluna
pindah ke Bali, salah satu kegiatan Kaluna adalah melestarikan terumbu karang.
Novel Once in A Moon memuat cerita bergenre romansa.
Aku suka cara penulis memberikan porsi romantisme antara Kaluna dan Saga. Meski
cinta yang terjalin diantara keduanya adalah cinta dua orang dewasa, tapi tidak
melibatkan nafsu dan tidak terkesan lebay. Justru yang menonjol adalah keduanya
punya kegagalan pernikahan di masa lalu dan saling menghormati masa lalu mereka,
saling support baik secara pribadi maupun pekerjaan. Aku suka chemistry yang
terbentuk di antara keduanya. Kesannya manis dan romantis meski tidak harus
menghadirkan ribuan karangan bunga atau kata-kata puitis.
Selama membaca novel Once in A Moon, aku mendapat
beberapa insight hal-hal baru yang belum pernah kuketahui sebelumnya. Aku suka,
nih, meski membaca fiksi bukan hanya dapat hiburan tapi dapat ilmu juga.
Pertama, tentang Cushing Syndrome. Aku baru dengar tentang penyakit ini.
Di dalam novel, tepatnya di halaman 40 dijelaskan,
Cushing Syndrome adalah kondisi dimana tubuh memproduksi terlalu banyak Hormon Kortisol.
Ini bisa disebabkan tumor kecil di kelenjar Hipofisis yang memproduksi hormon
secara berlebihan. Gejalanya bisa sangat beragam, mulai dari penambahan berat
badan yang tak biasa hingga kulit yang mudah memar.
Insight yang kedua adalah tentang Image
Rehearsal Therapy. Terapi ini disarankan Saga saat Kaluna mengalami
mempi buruk terus menerus dan menggangu pikirannya. Ini bisa ditemukan di
halaman 160. Saga mengajarkan Kaluna agar menuliskan mimpi buruknya itu hingga
selesai, tapi diubah endingnya menjadi happy ending. Kaluna harus mencoba
mengendalikan mimpinya, bukan sebaliknya.
Baca juga >>> [Book Review] - Love in Adelaide
Data
Buku
Judul
buku :
Once in a Moon
Penulis
:
Mutia Ramadhani
Penerbit
:
One Peach Media
Tahun
:
2024
Tebal
: 386 halaman
Baca juga >>> [Book Review] - Misteri Tiga Sekawan
Rating
🌠 4/5
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^