Sabtu, 15 Juni 2024

[Book Review] : The Woman in Cell 13 – Sesuatu dari Masa Lalu

 

Sinopsis

Jenie, seorang dokter anak, didakwa atas kegitan kriminal menghilangkan lima nyawa. Semua korban adalah perempuan sosialita dengan posisi penting, dari pengusaha hingga istri pejabat. Nahasnya, salah satu korban adalah ibu angkatnya sendiri. Semua korban ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi jasad yang penuh luka penyiksaan.

Masalahnya, Jenie tidak merasa melakukan kejahatan tersebut. Bahkan dia tidak ingat sama sekali kajadian hari itu.

Jenie dijebloskan ke penjara. Nasib malangnya berlanjut dengan perlakuan teman-teman satu selnya yang menjadikan perempuan itu bulan-bulanan. Jenie sering babak belur dihajar. Semua rasa sakit yang dirasakannya itu belum seberapa dianding dengan pecahnya persahabatan Jenie, Viktor, dan Dariel. Viktor yang seorang pengacara menjadi pembela Jenie. Namun Dariel yang seorang jaksa penuntut berada berseberangan dengan kedua sahabatnya.

Penyelidikan terus dilakukan tapi bukti-bukti yang terkumpul malah memberatkan Jenie. Perempuan itu benar-benar berada pada titik nadir. Kasusnya berlanjut hungga dia dijatuhi hukuman mati. Dalam penantian eksekusi, perlahan Jenie mulai mengingat kejadian malam itu. Hubungannya dengan Darel pun membaik. Bahkan dengan bantuan lelaki itu, Jenie mampu mengungkap satu persatu misteri kasusnya hingga menemukan pelaku sekaligus dalang dari semua kejahatan ini.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Mission D'Amore

 

Review

Hai, BESTie. Siapa yang suka baca cerita Misteri - Kriminal? Yuk, sini kumpul! Kali ini aku bakal review salah satu cerita kriminal penuh misteri yang ditulis oleh salah satu penulis perempuan Indonesia, Irishanna, berjudul The Woman in Cell 13. Aku membaca kisah ini di aplikasi Rakata, ya. Kisah ini menghadirkan konflik berlapis. Selain konflik utama berupa pengungkapan misteri pembunuhan beberapa korban, ada juga konflik keluarga hingga konflik antar sahabat.

Konflik pertama dimulai saat Jenie yang sedang berdamai dengan masa lalunya. Tentang keluarga, terutama hubungan kedua orangtuanya yang sangat tidak harmonis. Kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan ayahnya, tidak hanya membuat nyawa ibunya melayang tapi juga membuat Jenie trauma berkepanjangan.

Konflik kedua yang disuguhkan dalam cerita ini adalah saat Jenie mendapat teror dari orang tidak dikenal. Dia mengirim bunga, hadiah, yang dibarengi dengan foto-fotonya yang diambil secara diam-diam. Dia dikuntit dan itu membuat Jenie tidak nyaman. Setelah ditelusuri, Jenie menduga semua itu berasal dari orang dari masa lalunya.

Konflik barikutnya saat terjadi pembunuhan kepada 5 orang perempuan yang mendudukkan Jenie sebagai tersangka utama. Para korban bukan orang sembarangan. Ada pengusaha hingga istri penguasa. Mayat kelimanya ditemukan penuh luka. Terjadi penyiksaan sebelum mereka dilenyapkan. Setelah dilakukan investigasi, semua bukti mengarah pada Jenie sebagai tersangka. Anehnya, metode pembunuhan itu sama persis dengan yang digunakan ayah Jenie puluhan tahun lalu hingga membawanya mendekam di penjara.

Konflik berikutnya, antara Jenie dengan ayahnya, Hans. Lelaki itu temperamen, suka main tangan pada keluarganya. Setelah terjadi tragedi dalam keluarganya, Hans dipenjara. Kehilangan ibu yang menyayangi dan melindunginya dari kekasaran ayahnya membuat jenie membenci Hans. Selama dipenjara, tak pernah sekalipun Jenie menjenguknya. Saat lelaki itu keluar penjara, membuat rasa takut dan benci dalam diri Jenie kembali menguasai dirinya. Di sisi lain, Hans selalui menghantuinya dan mengganggu hidup putrinya.

Bukan yang terakhir, konflik persahabatan antara Jenie, dengan Darel, dan Viktor yang terancam bubar karena kasus pembunuhan ini. Bersahabat sejak kecil, tumbuh bersama, masing-masing sudah menggapai cita-cita. Jenie sebagai dokter anak, Darel sebagai jaksa, Victor sebagai pengacara. Mereka sudah seperti saudara, bahkan Jenie menaruh hati pada Darel yang lebih perhatian dengannya. Namun semua ambyar saat terjadi pembunuhan 5 perempuan yang mendudukkan Jenie sebagai tersangka. Persahabatan mereka hampir hancur. Victor menjadi pembela Jenie, tapi Darel menjadi penuntut kasus Jenie. Mereka berada di kubu yang berseberangan.

Berikutnya, konflik antara Jenie dengan teman-teman satu selnya di penjara. Sebagai anak baru di penjara, Jenie diplonco oleh orang-orang lama. Belum lagi pesanan dari musuh Jenie yang diam-diam menyewa orang dalam untuk melakukan kekerasan ke Jenie. Di saat inilah Jenie benar-benar babak belur dan mati-matian  bertahan hidup.

Terakhir, konflik pribadi antara Jenie dengan Darel. Setelah melakukan penyelidikan lebih jauh, Darel baru tahu kalau ternyata Jenie, perempuan yang disayanginya, ternyata adalah anak pembunuh orangtuanya. Ini membuat Darel kecewa dan marah.

Dari penjabaran konflik di atas tentu membuat cerita thriller misteri kriminal ini bisa masuk ke daftar bacamu, bukan?

Jenie digambarkan sebagai perempuan pintar hingga bisa menempeh pendidikan menjadi dokter spesialis anak. Latar belakang keluarga yang rumit dengan tragedi kekerasan yang membuatnya trauma. Setelahnya, Jenie besar di panti asuhan.

Darel digambarkan lelaki yang perhatian, pintar, teliti hingga mengantarkannya menjadi jaksa. Yatim piatu sejak kecil. Kedua orangtuanya meninggal karena dibunuh. Sama seperti Jenie, Darel juga tumbuh di panti asuhan. Salah satu misinya, mencari pembunuh orangtuanya.

Viktor digambarkan sebagai lelaki yang rajin tapi cuek. Dia memiliki jiwa seni menggambar tapi berusaha disembunyikannya. Sejak kecil yatim piatu dan besar di panti asuhan. Ketika dewasa, dia menjadi seorang pengacara.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Perfect Fling

 

Disela-sela ketegangan selama membaca cerita ini, aku mendapat beberapa kutipan dialog maupun narasi bagus yang akan aku spill di bawah, ya.

Menyangkal hanya akan menunda lebih banyak penderitaan."

[Chap : 30]

"Tumpukan emosi itu dapat menjadi bumerang yang dapat mencelakakan dirimu sendiri. Ketika kita terlalu menekan emosi, membiarkannya terbengkalai tanpa adanya penerimaan, mereka akan berontak, memaksa untuk keluar. Semakin lama, semakin membesar, dan seperti gunung berapi yang memuntahkan isinya, semuanya akan meledak, tanpa bisa dikendalikan lagi. Kita harus berani menghadapinya dan harus memiliki tekad kuat untuk menyelesaikannya."

[Chap : 30]

Nak kamu hanya perlu belajar menerimanya. Menyangkal hanya akan menunda lebih banyak penderitaan."

[Chap : 30]

Kamu hanya perlu belajar menerimanya. Menyangkal hanya akan menunda lebih banyak penderitaan."

[Chap : 27]

"Kita memang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Tapi, kita juga tidak bisa selalu bergantung pada orang lain. Kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri, kamu harus percaya bahwa kamu bisa melewati semuanya tanpa perlu menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalahmu. Kalau kamu terlalu mengandalkan orang lain, kamu akan kelimpungan saat orang itu pergi,"

[Chap : 27]

Kita perlu menghadapi hidup ini dengan lebih berani dan mengisi hari-hari dengan keyakinan bahwa segala yang menimpa kita memiliki tujuan yang baik.

[Chap : 27]

Satu-satunya hal yang bisa kita jadikan sekutu adalah waktu. Kita harus bisa berdamai dengannya meski terkadang dia suka bertindak semena-mena saat kita menderita. Dia akan berjalan lebih lambat saat kita sibuk meratapi nasib buruk.

[Chap : 27]

Terima kasih sudah bertahan sampai sekarang, Nak. Kamu hebat"

[Chap : 27]

Tidak ada orang di dunia ini yang hanya menjadi penonton saja, setiap manusia pasti akan menjalankan perannya masing-masing, dan setiap peran itu memiliki tantangan yang berbeda-beda.

[Chap : 27]

Kasih sayang seorang ibu ke anak adalah kasih sayang tak terbatas.

[Chap : 27]

Tidak ada perpisahan yang lebih menyakitkan dari kematian.

[Chap : 27]

“Jangan pernah mendahului takdir Tuhan. Jangan pernah merenggut nyawamu sendiri sebelum Tuhan yang melakukannya."

[Chap : 27]

Jenie, kalau Ibu sudah nggak bisa bersamamu lagi, atau sudah nggak ada di dunia ini, ingatlah bahwa ada dirimu sendiri yang akan selalu bisa kamu andalkan dan akan selalu menemanimu, ke mana pun kamu pergi. Peluklah dirimu, sayangi dirimu, karena nggak ada orang lain yang bisa kamu percaya selain dirimu sendiri."

[Chap : 27]

"Orang yang paling kamu percaya bisa saja adalah orang yang paling berbahaya untukmu."

[Chap : 24]

Orang baik akan tetap baik dalam segala keadaannya,

[Chap : 24]

"Aku telah berhasil mengubahmu. Kamu adalah karya pertama dan terbaik yang pernah kubuat. Berterima kasihlah padaku karena aku akan menyelamatkanmu."

[Chap : 21]

Hal paling menyiksa adalah ketika kamu memiliki hak untuk berbicara, menyampaikan pendapat dengan bebas, tetapi dibungkam oleh aturan yang dibuat untuk menguntungkan sejumlah orang saja.

[Chap : 20]

Terkadang manusia hanya ingin memberi makan ego mereka dengan cara menyakiti orang lain. Baik secara fisik maupun verbal. Mereka baru al lebih menderita. merasa puas saat ada orang lain yang

[Chap : 10]

Masalah nggak akan selesai kalau kamu terus menghindar. Kamu harus menghadapinya. Menyangkal memang cara terbaik untuk melarikan diri dari penderitaan. Tapi, terus-menerus bersembunyi di dalam cangkang nggak akan pernah menjadikanmu sekuat karang. Kamu akan tetap menjadi siput yang lambat berjalan."

[Chap : 10]

Perang yang paling sulit dimenangkan adalah perang dengan diri sendiri. Bagaimana diri kita bisa melawan segala ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan. Lantas mengubahnya menjadi keberanian. "Kita harus berani bertindak dan mencari solusi atas masalah kita sendiri. Kita nggak bisa selalu bergantung ke orang lain Daripada terus meratapi nasib buruk, merasa jadi orang yang paling menderita, lebih baik kita mengisi waktu dengan keyakinan bahwa setiap perjalanan akan menemukan akhir yang baik. Fokus sama tujuan yang ingin kita capai. Karena waktu adalah musuh terbesarmu dalam perang ini. Waktu akan berjalan terasa sangat lambat dan dapat membunuhmu perlahan, kalau kamu terus-terusan meratapi nasib. Sedangkan dia akan menjadi sekutu kalau kamu mengisinya dengan tujuan dan kebiasaan baru yang positif,

[Chap : 10]

Apa yang ada di dalam sini (Meinar menunjuk kepala) nggak selalu nyata. Ada hal-hal yang cuma berupa asumsi, spekulasi, atau bahkan kata-kata intimidasi yang sering kita tujukan ke diri sendiri. Jadi, walaupun tanpa jeruji besi, sebenarnya manusia sudah terpenjara dengan pikirannya sendiri tanpa mereka sadari."

[Chap : 10]

 

Baca juga >>> [Book Review] - A Magic Stepped in Poison

Pelajaran yang kudapat dari cerita yang beberapa kali membuat aku sempat menahan napas ini dia antaranya …

  • Kekerasan tidak pernah dibenar. Termasuk saat terjadi di sebuah keluarga, apalagi dilakukan oleh kepala keluarga. Akibatnya, bukan hanya fisik yang tersakiti, tapi juga menimbulkan trauma bagi seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak.
  • Persahabatan bukan hanya dalam suka tapi juga duka. Sahabat akan saling memberi dukungan pada sahabatnya yang lain. Meski kasus Jenie mengancam persahabatan ketiganya, tapi mereka tetap saling memberi perhatian satu sama lain.
  • Terkadang mengalah bukan karena kalah, tapi ada saat mengalah untuk meredam masalah. Inilah yang terjadi pada Jenie. Saat dia melawan orang-orang yang menyakitinya di penjara, dia malah mendapatkan kekerasan yang semakin membabi buta. Hingga akhirnya dia putuskan untuk lebih kalem yang ternyata bisa meredam kekerasan mereka.
  • Perlunya mengecek kebenaran atas suatu kabar atau isuJangan buru-biri mempercayai sebuah kabar apalagi jika itu sesuatu yang kurang baik. Alangkah bijaknya jika kabar itu dikroscek dahulu kebenarannya.
  • Setiap orang punya masa lalu. Bisa jadi masa lalu itu buruk. Namun dalam hidup ini akan selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri.

 


Cerita ini penuh adegan kekerasan. Selama membaca cerita ini, terkadang aku sudah tidak bisa membayangkan kekerasan, terutama yang diterima Jenie saat berada di penjara. Ngilu banget rasanya. Buat kamu yang tidak tahan, bisa skip. Menurutku, cerita ini juga hanya bisa dibaca oleh pembaca 18+, ya.

Kisah ini ditulis dengan POV orang ketiga tunggal dengan beberapa chapter yang ditulis dengan POV orang pertama tunggal, mengambil setting di Bandung dan Jakarta dengan pacenya sedang dan alur maju mundur.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Trio Detektif : Misteri Kaca-kaca Remuk

 

Data Buku

Judul          :    The Woman in Cell 13

Penulis      :    Irishanna

Penerbit     :    Aplikasi Rakata

Tebal         :    42 chapter

Tahun        :    2024

 

Baca juga >>> [Book Review] - Misteri 3 Sekawan 

 

Skor

🌠 4/5

 

 

~ Hana Aina ~

 

 

Baca juga, ya ...






 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^