Detail Buku
Judul : The
Girl On The Train
Penulis : Paula
Hawkins
Penerbit : Noura
Books
Tebal : 428
Halaman
Tahun
Terbit : Agustus 2015
Sinopsis
Rachel
sangat mencintai Tom. Namun cintanya dibalas perselingkuhan antara Tom dengan
Anna. Kini Rachel dan Tom telah bercerai, dan wanita itu kini tinggal bersama
sahabatnya Cathy dalam keadaan depresi. Dia mulai mengenal alkohol,
mabuk-mabukkan, dan kecanduan. Lebih parahnya lagi, kini dia dipecat dari
pekerjaannya di sebuah biro publikasi di London .
Rachel
tak pernah menceritakan keadaan dirinya yang sebenarnya pada Cathy. Setiap pagi
dia tetap pergi naik kereta ke London .
Dari dalam kereta, dia selalu mengamati sebuah komplek perumahan di dekat rel
kereta api yang dilewatinya. Di sanalah, di rumah nomor 15, Tom dan Anna kini tinggal dengan anak
perempuan mereka Evie. Di rumah yang dulu adalah rumahnya bersama Tom. Setiap
pagi pula, Rachel melihat pasangan lain yang tinggal dekat dengan rumahnya
dulu. Rumah nomer 23. Seorang wanita cantik bernama Megan dan
suaminya Scott. Dia dapat melihat kebiasaan
pasangan itu setiap pagi dari dalam kereta, romantisme mereka. Bahkan Rachel
menjuluki mereka sebagai pasangan sempurna. Hingga suatu saat Rachel melihat
Megan bersama lelaki lain. Megan berselingkuh, dan itu membuat memori akan masa
lalunya bersama Tom datang. Perasaan marah yang sama saat Tom mengkhianatinya.
Aku
membaca pesan-pesan Tom: ada lusinan, tersembunyi dalam arsip berjudul “Admin”.
Kutemukan bahwa namanya Anna Boyd, dam suamiku jatuh cinta kepadanya. Tom
sering berkata begitu kepadanya. Tom menyatakan tidak pernah merasa seperti ini
sebelumnya, dia tidak sabar untuk bersama perempuan itu, dan tidak lama lagi
mereka akan bisa bersama-sama.
~Halaman : 39~
Malam
harinya, Rachel mabuk berat dan ditemukan keesokan paginya oleh Cathy dalam
keadaan berantakan. Beberapa waktu kemudian polisi datang dan mengintrogasi
Rachel. Dalam keadaan bingung, Rachel dicurigai terlibat atas hilangnya Megan.
Polisi mencurigai dirinya atas keterangan Anna yang melihat Rachel yang
mengendap-endap pada malam hari dan bertingkah aneh di sekitar rumahnya, yang juga tetangga Megan.
Celakanya, Rachel tak ingat apapun tentang malam itu. Tentang luka-luka yang
didapatnya, tentang pertengkarannya dengan Tom, tentang sosok lelaki yang
ditemuinya di stasiun kereta, tentang tangan berlumuran darah yang selalu
membayanginya.
Aku
tak tahu apa yang telah kulakukan. Apa yang kulakukan? Antara pukul 5 dan
10.30, apa yang kulakukan?
~Halaman : 54~
Di
kantor polisi, Rachel mengatakan tak ingat kejadian malam itu. Di kantor polisi
pula, untuk pertama kalinya Rachel bertemu langsung dengan Scott. Rachel
berusaha menghubungi Scott. Rachel mengaku teman baik Megan. Scott bercerita
tentang pertengkaran besar antara dirinya dengan Megan, hingga akhirnya Megan
pergi dari rumah. Scott mengira kalau Megan hanya sedang membutuhkan waktu
menyendiri, itu sebabnya pula Scott tidak mengejarnya. Namun setelah beberapa
lama, Scott baru menyadari kalau Megan tidak akan pernah pulang. Megan tidak
membawa satupun barang-barangnya, tidak menggunakan kartu kredit, juga tidak
pernah mengangkat telfon Scott.
“Aku
melihat Megan dengan seseorang,” kataku.
“Ini
mungkin sesuatu yang baik, bukan? Ini bisa berarti bahwa dia baik-baik saja.
Dia hanya … Dia hanya kabur bersama seseorang.”
~Halaman : 154-155~
Dia
mengatakan kemungkinan ada keterlibatan seseorang atas hilangnya Megan. Rachel
juga telah mengatakan itu kepada polisi. Namun mereka tak menghiraukannya.
Hingga akhirnya Rachel sendiri yang mengatakannya pada Scott. Rachel
menyebutkan ciri lelaki itu pada Scott.
“Namanya … Abdic. Kamal Abdic.”
“Megan
mengalami serangan kecemasan. Aku membujuknya untuk pergi ke dokter. Lelaki itu
direkomendasikan kepadanya.”
“Terapi
itu tampaknya membantu. Megan tampak lebih bahagia. Kini aku tahu mengapa.”
~Halaman : 158-159~
Scott
meneruskan apa yang dikatakan Rachel kepada polisi. Kamal Abdic ditangkap tapi
tak lama kemudia dia dibebaskan. Alasannya, karena kurang cukup bukti dan
sumber informasi yang tidak bisa dipercaya karena seorang pemabuk. Dan semua
itu mengarah pada Rachel. Scott marah dengan penjelasan polisi tersebut, dan
menyalahkan Rachel. Andai saja dia adalah orang yang dapat dipercaya, andai saja
dia bukan seorang pemabuk. Hingga suatu hari Megan ditemukan sudah menjadi mayat.
Rachel
tidak menyerah. Dia ingin menyelidiki Abdic lebih dalam, Rachel memutuskan
untuk bertemu dengan Abdic secara langsung. Dia ingin melihat seperti Abdic
yang sebenarnya. Rachel mendaftar diri sebagai pasien yang perlu berkonsultasi dengan Abdic. Rachel mengaku kehilangan sebagian ingatannya. Dia tidak dapat
mengingat kembali peristiwa sabtu malam itu, dan semua karena dia mabuk berat.
Segala
yang menyangkut lelaki itu terasa hangat: tangannya ketika kujabat, matanya,
nada suaranya. Kuteliti wajahnya untuk mencari petunjuk, untuk mencari
tanda-tanda bajingan keji yang menghancurkan kepala Megan. Aku tak bisa melihat
semuanya itu. Dan sejenak aku lupa diri. Aku lupa untuk takut terhadapnya.
~Halaman : 251~
Sebuah
berita mengejutkan, Megan dalam keadaan hamil. Dan setelah dilakukan tes DNA
terhadap bayinya. Itu bukan anak Scott, tapi juga bukan anak Abdic. Ada lelaki lain yang
telah terlibat dalam pembunuhan Megan.
Hidup Rachel semakin kacau. Belum selesai masalahnya dengan Tom dan Anna yang menganggap Rachel selalu menggangu kehidupan mereka dan tak mau melepaskan Tom. Ditambah lagi pemecatannya dari pekerjaan karena mabuk di tempat kerja. Kini dia dibawah pengawasan polisi karena dianggap tahu sesuatu tentang kasus Megan.
Rachel benar-benar ingin memperbaiki hidupnya. Dia berusaha untuk tidak menenggak alkohol sedikitpun. Dia ingin tetap waras. Dia benar-benar mengingat peristiwa Sabtu malam itu. Hingga akhirnya, Rachel mengikuti saran Abdic. Dia datang ke tempat kejadian perkara, di lorong bawah tanah dekat stasiun. Dia mencoba menyusun kembali ingatannya yang kini seperti puzzle.
Saat di stasiun, Rachel bertemu dengan lelaki berambut merah. Lelaki itu ada di ingatannya saat peristiwa Sabtu malam itu. "Kita sedikit mengobrol di kereta. Kita turun di sini, dan kau sedikit limbung. Kau tergelincir di tangga. Kau ingat? Aku membantumu berdiri. Kita berjalan keluar bersama. Aku bertanya apakah kau mau pergi pub. Tapi, kau bilang kau harus pergi menemui suamimu."
"Kau telah terjatuh. Kau terluka. Kurasa telah terjadi pertengkaran dengan suamimu. Lelaki itu menyetir pergi ke suatu tempat setelah itu. Dia bersama seseorang."
"Perempuan?"
"Yeah, mereka masuk ke mobil bersama-sama. Kuasumsikan bahwa itulah penyebab pertengkaran."
~Halaman : 340~
Setelah perjalanan yang melelahkan itu, Rachel pulang. Anehnya, penjalasan lelaki berambut merah itu tidak juga membuat dirinya merasa lebih baik. Rachel merasa masih ada sesuatu yang ganjil.
Bukan hanya Tom tidak pernah menyebut pergi dengan mobil bersama Anna, tapi juga fakta bahwa, ketika aku melihat perempuan itu berjalan pergi, memasuki mobil, dia tidak sedang menggendong bayinya. Di mana Evie ketika semua terjadi?
Rachel merasa harus menelpon Tom. Dia yakin Tom ada di tempat itu dan tahu kejadian sebenarnya di Sabtu malam. Meski Tom telah mengatakan yang dia tahu, namun Rachel merasa masih ada yang kurang. Rachel tidak mendapatkan penjelasan dari Tom. Lelaki itu malah menyalahkannya karena mabuk malam itu.
Rachel berusaha mengingat-ingat setiap adegan Sabtu malam itu. Kepercayaamya pada Tom mulai goyah. Rachel merasa Tom berbohong. Ada yang dia sembunyikan. Dalam keadaan terpejam di sofa, Rachel mencoba tenang, hingga dia terguling dan terjatuh. Dan saat itu pula dia ingat sesuatu.
Bukan hanya Tom tidak pernah menyebut pergi dengan mobil bersama Anna, tapi juga fakta bahwa, ketika aku melihat perempuan itu berjalan pergi, memasuki mobil, dia tidak sedang menggendong bayinya. Di mana Evie ketika semua terjadi?
~Halaman : 341~
Rachel merasa harus menelpon Tom. Dia yakin Tom ada di tempat itu dan tahu kejadian sebenarnya di Sabtu malam. Meski Tom telah mengatakan yang dia tahu, namun Rachel merasa masih ada yang kurang. Rachel tidak mendapatkan penjelasan dari Tom. Lelaki itu malah menyalahkannya karena mabuk malam itu.
Rachel berusaha mengingat-ingat setiap adegan Sabtu malam itu. Kepercayaamya pada Tom mulai goyah. Rachel merasa Tom berbohong. Ada yang dia sembunyikan. Dalam keadaan terpejam di sofa, Rachel mencoba tenang, hingga dia terguling dan terjatuh. Dan saat itu pula dia ingat sesuatu.
Review
Rachel, Megan, dan Anna. Kisah tiga perempuan dengan kisah cinta yang berbeda namun bermuara pada satu pria.
Saat pertama kali membaca pada halaman awal novel ini saya merasa sangat bosan. Jalan cerita yang bertele-tele. Tidak ada cerita lain yang saya tangkap kecuali kereta, alkohol, perselingkuhan, dan sejenisnya. Terus terang ini membuat saya sedikit risih, Namun karena itu bagian dari inti permasalahan dalam cerita, saya coba abaikan.
Saya baru dapat menikmati nyawa dari cerita ini saat membaca di pertengahan, saat tokoh Megan menghilang. Menurut saya, penulisan alur cerita dalam novel ini menyenangkan. Menggunakan alur maju dan mundur. Pembaca diarahkan pada satu tokoh, namun pada akhir cerita baru dimunculkan siapa pembunuh yang sebenarnya. Ini khas sekali pada cerita-cerita thriller barat. Endingnya sulit ditebak.
Bagi Anda yang menyukai kisah yang menegangkan dan penuh misteri, novel ini bisa menjadi slaah satu pilihan. Cara penulis menceritakan antara Rachel, Anna dan Megan yang dibuat berseling, dan menggunakan POV orang pertama tunggal untuk ketiga tokoh tersebut, sangat membantu menguatkan cerita. Pembaca diajak masuk dan membayangkan seolah-olah menjadi bagian dari cerita tersebut.
Saat pertama kali membaca pada halaman awal novel ini saya merasa sangat bosan. Jalan cerita yang bertele-tele. Tidak ada cerita lain yang saya tangkap kecuali kereta, alkohol, perselingkuhan, dan sejenisnya. Terus terang ini membuat saya sedikit risih, Namun karena itu bagian dari inti permasalahan dalam cerita, saya coba abaikan.
Saya baru dapat menikmati nyawa dari cerita ini saat membaca di pertengahan, saat tokoh Megan menghilang. Menurut saya, penulisan alur cerita dalam novel ini menyenangkan. Menggunakan alur maju dan mundur. Pembaca diarahkan pada satu tokoh, namun pada akhir cerita baru dimunculkan siapa pembunuh yang sebenarnya. Ini khas sekali pada cerita-cerita thriller barat. Endingnya sulit ditebak.
Bagi Anda yang menyukai kisah yang menegangkan dan penuh misteri, novel ini bisa menjadi slaah satu pilihan. Cara penulis menceritakan antara Rachel, Anna dan Megan yang dibuat berseling, dan menggunakan POV orang pertama tunggal untuk ketiga tokoh tersebut, sangat membantu menguatkan cerita. Pembaca diajak masuk dan membayangkan seolah-olah menjadi bagian dari cerita tersebut.
Skor
Empat dari lima bintang untuk novel ini
Empat dari lima bintang untuk novel ini
Menarik banget ceritanya. Aku suka thriller, tapi malah belum baca yang ini. TFS ya mbak :)
BalasHapusSama, Mbak. Saya juga suka thriller. Apalagi jika alurnya sedikit rumit. Seperti ditantang gitu :D :D
Hapusserem banget ceritanya... tfs ya.. :)
BalasHapussalam kenal dari pipitta dotcom
Hai, Papitta. Kalau yang ini serem gimana gitu. Ada unsur misterinya juga :D:D
HapusTerimakasih yaa reviewnya. Bisa buat referensi :D
BalasHapusSama-sama, Mimi. Semoga bermanfaat :D :D
HapusMbak hana bacaannyaaa..duuuhh.. Jadi pingin pinjem..*ehhh..haha
BalasHapusHahahay ... Baru masuk tahap pemeliharaan. Sangking tebalnya, tuh novel tak bawa kemana-mana. Akhirnya lecek. Mana aku belum sempat nyampuli :( :( :(
Hapussaya baru tahu, kalo ada edisi terjemahannya...:)
BalasHapusEh, emangnya yang asli juga masuk ke Indonesia, ya? :D :D
Hapusrasa penasaran saya hilang abis baca resensi di sini, ending ceritanya di tulis - ketebak pembunuh megan...biasanya kalau resensi endingnya ga di kasih tahu karena bisa jadi spoiler , btw thank ya
BalasHapusIya, kah, Mbak?
HapusBaru selesai googling dan baru paham apa itu spoiler, hehe ...
Sudah diedit, kok. Terimakasih atas koreksinya :D :D