Senin, 26 Oktober 2015

[BOOK REVIEW] : THE UNDOMESTIC GODDESS




DETAIL BUKU
Judul                  :     The Undomestic Goddess
Penulis               :     Sophie Kinsella
Penerbit             :     Gramedia Pustaka Utama
Tebal                 :     559 halaman
Cetakan             :     November 2005

REVIEW
Pertama kali melihat buku ini adalah saat saya sedang mencari-cari novel di salah satu rak di sebuah penyewaan buku. Saya biasa mendaftar setiap novel yang telah diterbitkan oleh penulis favorit saya, salah satunya adalah Shopie Kinsella. Namun judul novel ini belum terdaftar dalam list. Setelah melihat tahun terbitnya termasuk keluaran lama, saya menjadi kurang yakin bisa memburunya. Untuk penulis favorit, saya lebih suka membeli bukunya dari pada meminjam. Saya hanya bisa berharap dapat menemukannya di antara tumpukan novel yang dijual murah di Gramedia saat cuci gudang di basement. Harapan saya terkabul dan novel ini terbeli dengan harga Rp. 30.000.- saja. Horrraaaaaaiiii ... \(^_^)/
Novel ini berkisah tentang Samantha Sweeting seorang pengacara muda yang cerdas dan sukses. Dia hampir mendapatkan apa yang selama ini diimpikannya, yaitu menjadi rekanan dari Carter Spink, sebuah biro hukum ternama di London. Namun karena sebuah kesalahan yang diarahkan kepadanya, semuanya menjadi berantakan. Samantha tidak mampu lagi mewujudkan mimpinya, bahkan dia merasa harus melarikan diri dari kesalahan yang sebenarnya tidak dilakukannya. Kesalahan itu terus menghantuinya. Hingga dia memutuskan pergi ke sebuah desa kecil dengan menggunakan identitas baru, dan juga pekerjaan baru. Tidak ada lagi Samantha yang seorang pengacara. Yang ada adalah Samantha yang seorang asisten rumah tangga.
Celakanya, Samantha tidak tahu sama sekali tentang tugas asisten rumah tangga. Biasanya, dialah yang menyewa asisten rumah tangga untuk memenuhi segala keperluannya. Bahkan Samantha tidak tahu bagaimana cara mencuci, mensetelika, bahkan menghidupkan oven.
Bagi saya, tokoh Samantha menginspirasi pada beberapa hal. Dia seorang pekerja keras, tangguh, dan tegas. Dia juga disiplin dengan perhitungan penggunaan waktu yang sangat cermat. Tidak boleh lebih dari enam menit untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Mungkin kami memiliki kesamaan pemikiran tentang itu. Semakin cepat kita menyelesaikan pekerjaan, semakin banyak pula pekerjaan yang bisa kita selesaikan. Cepat disini tentu mengarah pada positif, lho, ya. Cepat yang bertanggung jawab, yaitu cepat yang benar dan tepat, tidak asal-asalan. Samantha hampir selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan memuaskan, meski untuk mendapatkan kepuasan itu dia harus jungkir balik untuk memberikan yang terbaik. Seperti ketika dia harus menghidangkan beberapa makanan untuk majikannya yang dia sendiri belum pernah membuatnya. Namun karena merasa bertanggung jawab dengan tugasnya, dia memesan pada sebuah restoran. Demikian pula saat dia tanpa sengaja merusak baju majikannya, dia langsung menggantinya dengan yang baru.
Tokoh Samantha juga seorang yang mau belajar dan pentang menyerah. Dia rela menghabiskan setiap akhir pekannya untuk belajar memasak dan juga pekerjaan rumah tangga lainnya demi menunjang profesionalitasnya meski hanya sebagai asisten rumah tangga. 
Dua adegan dalam novel ini yang membuat saya terenyuh adalah saat Samantha berulang tahun dan saat Samantha belajar urusan rumah tangga. Kedua adegan ini sangat kontras meski sama-sama melibatkan sosok seorang ibu. Ibu kandung Samantha, Tennyson, adalah seorang pengacara terkenal. Namun karena kesibukannya, dia jarang bertemu dengan anak-anaknya. Termasuk saat Samantha berulang tahun. Dia lebih memilih untuk bersama kliennya ketimbang merayakan ulang tahun anaknya. Dan itu membuat Samantha sakit hati. Di sisi lain ada Iris, Ibu dari Nathaniel -lelaki yang awalnya hanya dikenal sebagai tukang kebun di rumah majikannya namun ternyata adalah seorang sarjana lulusan universitas terkenal-. Dia adalah wanita yang mengajarkan Samantha pekerjaan rumah. Meski tidak ada hubungan keluarga, namun dia sangat menyayangi Samantha seperti anaknya sendiri.
Kisah cinta Samantha dengan Nathaniel tidak kalah rumitnya. Nathaniel tidak tahu kalau Samantha adalah seorang pengacara handal. Yang Nathaniel tahu, Samantha adalah seorang asisten rumah tangga. Tapi justru hal itulah yang membuat posisi Samantha aman dengan kisah cintanya, karena ternyata Nathaniel sangat membenci pengacara. Baginya pengacara adalah pihak yang harus bertanggung jawab atas perubahan hidupnya sekarang dan peristiwa masa lalu, terutama yang menyangkut ayah yang kini telah tiada dan kekayaan keluarganya yang satu per satu lenyap.
Pada bagian awal, saya merasa sedikit bosan karena banyak menggunakan istilah hukum dan perbankan yang terus terang saya kurang paham. Bahasanya sedikit berat menurut saya. Namun saat mulai klimak, masalah mulai muncul dan Samantha melarikan diri dengan identitas barunya, barulah cerita mulai mengalir ringan. Eh, tapi buku ini tidak diperuntukkan untuk 25 tahun ke bawah lho, ya :D

RATING
Empat dari lima bintang untuk cerita yang mengingatkan saya bahwa di dunia ini bukan hanya melulu tentang uang, karir dan pekerjaan, tapi ada hal lain yang perlu dipikirkan, termasuk hubungan antar anggota keluarga, dengan teman dan sahabat, dan juga cinta

8 komentar:

  1. Jadi penasaran kesalahan si samantha apa gituu sampe dia banting strir, dari pengacara handal sampe jd asisten rumah tangga, ganti identitas pula.. Dikejar utang apa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penasaran, ya?! Coba cari novelnya. Kan nggak seru kalau aku cerita :D :D

      Hapus
  2. Aku juga suka baca buku ini. Yg bikin aku terharu saat dia balik lagi ke apartemennya trus bikinin kue untuk tetangga nya, juga liat list belanjaan yang tintanya udah pudar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Itu saat dia terpuruk untuk kedua kalinya. Mengharukan :( :(

      Hapus
  3. Wah kisah samnatah a cuku menarik yah, seorang wanita cerdas rela bannting setir menjadi asisten rumah tangga. dan dia punya kisah kelan dengan dunia pengacara. Wow ada apa ini?
    Menarik Mbak reviewnya. Entar klo ada rejeki saya sempatkan cari novel ini :D

    BalasHapus
  4. selalu suka sama tulisan sophie kinsella...lucu, menarik, tapi tetep punya pesan di dalam ceritanya :)

    BalasHapus

Terimakasih telah berbagi komentar ^^