Selasa, 19 Maret 2024

[Book Review] : Love in Kyoto – Cinta Tak Harus Memiliki

 

Sinopsis

Veli menemukan surat-surat rahasia milik neneknya di almari penyimpanan koleksi kain. Surat-surat itu ditulis dalam huruf Jepang dan menyebut sebuah nama, Hodeyoshi Sanada. Yang paling menarik perhatian Veli adalah penggalan Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 pada salah satu surat tersebut. Saat menjalani seminar dan pelatihan di Kyoto, dibantu temannya, Mario, Veli menerjemahkan satu per satu surat itu. Beruntungnya, dia ju ga bertemu dengan Hideyoshi. Siapa sangka, kisah masa lalu neneknya terkuak yang melibatkan cinta tak terbalas. Kini hal yang sama menghantui Veli saat cintanya pada Mario mendapat tentangan dari orang tua lelaki itu.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Song for Alice

 

Review

Hai, BESTie. Review buku ke-6 di tahun ini bergenre romance dengan balutan religi dan historical masa lalu. Kisahnya menarik karena melibatkan 2 negara dan budaya : Indoensia dan Jepang.

Novel ini menghadirkan misteri surat-surat masa lalu nenek Veli dengan Hideyoshi. Veli sempat mengira kalau neneknya berselingkuh, tapi setelah bertemu dan mendapat penjelasan dari Hideyoshi, Veli mencoba menghapus prasangka tersebut.

Konflik lain yang dihadirkan dalam novel ini adalah kisah cinta Veli dengan Mario. Lelaki itu mencintai Veli, tapi perempuan itu ragu. Ditambah lagi orang tua Mario yang tidak menyetujui hubungan anak lelakinya dengan Veli membuat hubungan keduanya semakin sulit.

Hubungan Veli dengan Mario semakin rumit dengan kehadiran orang ketiga dan keempat di antara mereka. Ryuhei Uehara, murid Hideyoshi, menyukai Veli. Dia mengetahui masalah antara Veli dan Mario dan memanfaatkan kesempatan itu untuk memperjuangkan cintanya pada Veli. Pun dengan Futaba Akiyama, murid Hideyoshi yang lain yang jatuh hati pada Mario. Futaba salah mengartikan perhatian dan kebaikan hati Mario lalu mengharapkan lebih.

Aku suka saat Mario meyakinkan Veli akan cintanya. Dia berjanji akan memperjuangkan cinta mereka dan meminta Veli untuk terus mendukungnya. So sweet banget, sih. Mungkin keduanya belajar dari Hideyoshi yang mencintai Melati, nenek Veli, tapi tidak berani memperjuangkan cintanya hingga akhirnya mereka menjalani hidup dan memendam perasaan masing-masing.

Dari beberapa karakter yang terlibat di kisah ini, aku tidak memiliki tokoh favorit. Semua karakter sama, tidak ada yang lebih menonjol dari yang lain.

Andromeda Aridipta Arvelio digambarkan sebagai perempuan mandiri, dan ramah. Pekerjaannya sebagai desainer membuatnya harus kreatif. Dia banyak memadupadankan budaya Indonesia dengan Jepang dalam banyak rancangannya. Dia juga sosok yang gigih dan pantang menyerah, kecuali urusan cinta. Dia hampir menyerah mencintai Mario.

Mario Alfari Nasution digambarkan sebagai sosok yang pintar dan baik hati. Dia juga peduli pada orang lain. Sayangnya ada pihak-pihak yang salah mengartikan kepeduliannya. Futaba contohnya.

Hideyoshi Sanada adalah sosok keras dan tegas. Dia adalah samurai yang pemberani. Sayangnya keberanian itu tidak berlaku saat dia mencintai Melati. Dia tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Melati.


Baca juga >>> [Book Review] - Baby and Me

 

Dalam kisah ini aku menemukan banyak kutipan baik dialog maupun narasi yang, tidak hanya bagus tapi juga memotivasi aku sebagai pembaca. Aku tulis semuanya di bawah, ya. Barangkali kutipan tersebut juga bisa menginspirasi kamu.

“Manusia mudah tinggi hati karena pujian dan mudah rendah diri karena kritikan.”

[Hal : 12]

“Menunda bukan kebiasaan orang sukses!”

[Hal : 23]

“Cita-cita dan impianmu akan semakin dekat, tetapi untuk mengejarnya memang tak bisa hanya berdiam diri pada satu titik.”

[Hal : 30]

“Siapa berbuat kejahatan sekecil apa pun akan mendapatkan balasan juga.”

[Hal : 47]

“Jika Anda berpikir kalau produk yang baik adalah produk yang tidak menuai kritik, maka selamat! Anda bukan orang special. Anda berpikir seperti kebanyakan orang. Jadi, Anda bukan orang yang unik.”

[Hal : 68]

“Orang yang mendapatkan kritik justru orang yang berbeda dengan orang kebanyakan. Bukan kritik yang harus kita takutkan, tetapi hati lemah yang tak kuat menerima kritik.”

[Hal : 68]

“Nikmat paling besar di dunia ini adalah mencintai dan dicintai secara tulus.”

[Hal : 86]

Ketakutan hanyalah sifat negatif yang membatasi ruang gerak sebagai manusia.

[Hal : 107]

“Mungkin kamu sakit hati, tapi tolonglah mengerti. Tak semua kisah cinta didukung keadaan ...”

[Hal : 126]

“Semuanya berpusat pada akal pikiran. Bagaimana kamu mengatur pola pikirmu. Otakmu berkata hatimu kuat, maka hatimu akan kuat. Kalau kamu sendiri sudah meyakini hatimu lemah, kamu akan lemah betulan.”

[Hal : 131]

“Selalu mengeluh dalam proses, tetapi kelewat gembira ketika sudah menikmati hasilnya.”

[Hal : 150]

“Orang yang fokus hanya pada hasil, ketika mereka tak bisa mewujudkan mimpi, mereka akan jatuh sejatuh-jatuhnya. Tapi, orang yang menghargai proses, ketika mereka tak bisa mewujudkan mimpi, mereka akan tetap semangat maju karena proses dianggap sebagai pencapaian.”

[Hal : 150]

“Orang yang fokus hanya pada hasil, dia akan menghabiskan waktu untuk mendorong pasangan mereka ke arah pernikahan. Jika ternyata di tengah jalan ada sesuatu yang berpotensi memisahkan mereka, lupakan sejauh-jauhnya. Langsung seperti orang asing yang tak saling mengenal. Beda dengan orang yang menghargai proses. Ketika ternyata mereka tak berjodoh, dia masih menghargai kenangan yang pernah terjalin selama mereka dekat dulu.”

[Hal : 150]

Bua tapa dipuja dan dipuji ribuan orang, jika aku tahu bahwa hanya ada satu orang di hatimu, dan itu bukan aku.

[Hal : 153]

“Semua pekerjaan jika dilakukan berdua memang lebih ringan.”

[Hal : 154]

“Di dunia ini, tak semua jenis perasaan direstui Tuhan. Salah satunya adalah perasaan saya terhadap nenekmu. Saya dan nenek kamu menerima nasib kami tak bisa bersatu, tapi bukan berarti kami menghapus perasaan itu.”

[Hal : 158]

“Maut belum tentu memisahkan cinta. Jika sepasang insan saling menjaga iman orang terkasihnya, sehingga mereka berdua bisa kekal di surge Allah, di sana, mereka akan melanjutkan memelihara cinta mereka, selamanya.”

[Hal : 159]

“Manusia menghindari topik pembicaraan karena dia tak suka atau tak menguasai pembahasan.”

[Hal : 176]

“Hanya aku yang tahu apa yang diinginkan hatiku.”

[Hal : 178]

“Ada bermiliar-miliar laki-laki yang diciptakan Tuhan di dunia ini. Sungguh sangat disayangkan jika miliaran detik hidupmu hanya digunakan untuk memikirkan satu laki-laki.”

[Hal : 179]

“Jika aku tidak ditakdirkan untuknya, aku berusaha ikhlas. Jika yang ada di pikirannya bukan diriku, aku juga menerimanya. Hanya saja, aku tidak terima jika dia memikirkan orang yang belum tentu memikirkannya saat ini. Dia lebih berarti dari siapa pun. Termasuk orang yang sedang dia pikirkan.”

[Hal : 180]

“Jika ingin memiliki hati kuat, sepertinya iman berperan di sana. Iman adalah penjaga manusia yang dapat menangkal perasaan hati tak menentu.”

[Hal : 185]

“Cinta baru adalah satu-satunya cara melupakan cinta lama.”

[Hal : 198]

“Walaupun Anda menganggap apa yang kulakukan kepada Mario menurunkan harga diriku sebagai wanita, setidaknya aku berjuang menunjukkan perasaan! Daripada harus menjadi orang yang terbelenggu sepanjang hidup oleh kisah yang tak selesai.”

[Hal : 211]

“Cinta bukan pengorbanan, karena pemberian yang tulus tak terasa sebagai pengorbanan.”

[Hal : 227]

Dia percaya bahwa terkadang halangan itu adalah tantangan yang pada akhirnya harus dilewati. Dia tahu manfaat mengapa tantangan diturunkan di muka bumi ini. Tak lain dan tak bukan agar manusia lebih menghargai pencapaiannya kelak.

[Hal : 229]

 

Baca juga >>> [Book Review] - Tanya Tania

 

Selama membaca kisah ini, aku seolah diajak berjalan-jalan menjelajah Kyoto lengkap dengan keindahan alamnya, kulinernya, dan juga budayanya. Kisah yang ditulis dengan POV orang ketiga tunggal ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan mengalir. Pacenya sedang dengan alur maju mundur.

Kisah ini banyak menyisipkan tentang agama, motivasi, dan juga sejarah. Beberapa pelajaran yang kudapat dari kisah ini diantaranya :

  • Keluar dari zona nyaman untuk terus berkembang. Vile menghabiskan waktunya untuk fokus mengejar mimpinya. Dia bahkan rela ikut workshop hingga ke Jepang untuk mendapatkan ilmu demi perkembangan karirnya di bidang fashion.
  • Nikmati proses sebuah perjuangan. Mario tidak mau senasib seperti Hidoyoshi yang merelakan cintanya, Nenek Melati, karena tidak berani memperjuangannya. Mario memperjuangkan cintanya kepada Veli dari tentangan orangtuanya.
  • Cinta yang tulus bukanlah pengorbanan. Apapun akan kita lakukan dan berikan untuk orang yang kita cintai. Saat kita melakukannya dengan tulus, kita tidak akan merasakannya sebagai pengorbanan.
  • Belajar mengungkapkan perasaan. Hideyoshi marah kepada Futaba yang berani mengungkapkan perasaannya kepada Mario. Bagi Hideyoshi, itu dapat menjatuhkan harga diri Futaba sebagai perempuan. Namun Futaba bergeming dan memilih jujur kepada Mario tentang perasananya meski akhirnya ditolak. Namun paling tidak bagi Futaba, Mario tahu bagaimana perasaannya. Dia merasa lebih baik dengan sikapnya itu.
  • Tidak semua keinginan bisa didapat. Hideyoshi mencintai Melati. Uehara mencintai Veli. Futaba mencintai Mario. Namun nyatanya tidak semua cinta terbalas. Tidak semua keinginan bisa terlaksana.
  • Jangan suka berprasangka. Veli menyangka neneknya berselingkuh. Namun Hideyoshi berani bersumpah mereka tidak pernah menjalin hubungan dan berani menjamin kalau neneknya adalah sosok perempuan baik. Semenjak itu, Veli mengubah
  • Semua perbuatan akan ada balasan. Kebaikan dibalas kebaikan, keburukan juga akan mendapat hukumannya. Itulah pentingnya untuk menjaga sikap dan perilaku kita.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Before 30

 

Data Buku

Judul          :    Love in Kyoto

Penulis      :    Silvarani

Penerbit     :     Gramedia Pustaka Utama

Tebal         :    231 halaman

Tahun        :    2016.

 

Skor

🌠4/5

 

~ Hana Aina ~

 

Baca juga, ya ...






 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^