Selasa, 14 Februari 2023

[Book Review] : Love in Edinburgh – Saat Semua Kembali kepada Tuhan

 

Sinopsis

Katya melarikan diri ke Edinburgh dari KDRT yang dialaminya. Di sana dia bertemu dengan Sebastian. Awalnya semua baik saja sampai Sebastian tahu kalau Katya seorang Muslim. Sebastian sangat membenci Islam apalagi setelah ibunya menjadi salah satu korban peristiwa 11 September. Namun semakin lama Sebastian mengenal Katya dan melihat kehidupan perempuan itu lebih dekat, dia merasakan sesuatu yang membuat hati dan pikirannya tidak tenang. Ketegaran Katya, perjuangannya bangkit dari keterpurukan, ketulusannya mengabdikan diri pada beberapa lembaga kemanusiaan, serta ketaatannya kepada Tuhan, membuat Sebastian malah semakin dekat dengan Islam.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Janji Es Krim

 

Review
Ini adalah cerita religi tentang pencarian Tuhan yang dibalut dengan drama kehidupan dan romantisme. Katya mendapatkan ketenangan hidup justru setelah dia meninggalkan segala kemewahan dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Pun demikian dengan Sebastian yang matanya lebih terbuka akan Islam setelah bertemu dengan Katya. Ternyata, agama ini tidak seburuk yang diisukan saat Sebastian belajar dari sumber yang benar.

Manurutku kisah ini unik karena tokoh utamanya adalah seorang relawan yang kesehariannya bekerja di beberapa lembaga sosial. We are Family adalah lembaga amal yang fokus mengurus para gelandangan, Solitude memberikan pelatihan dan pendidikan pada anak-anak jalanan, sedangkan Good Karma adalah perkumpulan bagi perempuan korban kekerasan.

Dari kisah yang digambarkan dari ketiga lembaga amal tersebut, aku melihat, meskipun niatnya baik, tapi tidak mudah menjalankan lembaga. Mulai dari pendanaan yang ternyata tidak sedikit dan terkadang harus merogoh kocek sendiri, sampai respon dan sikap orang-orang yang mereka tolong. Dengan latar belakang pengalaman hidup berbeda, tidak semua mau ditolong. Ada yang merasa takut dengan sosok pelaku kekerasan, ada juga yang sudah terbiasa dengan kehidupan jalanan hingga tidak mudah beradaptasi dengan kehidupan normal. Di sinilah peran relawan yang sabar dan penuh empati harus berperan.

Aku juga bisa melihat bagaimana lembaga amal bekerja. Karena masing-masing lembaga amal fokus pada hal berbeda, tentu masing-masing memiliki program kerja berbeda. We are Family memiliki program memberikan makan gratis pada orang tidak mampu. Solitude memberikan pelatihan pada anak-anak mudah agar mereka memiliki ketrampilan untuk bertahan hidup. Sedangkan Good Karma secara rutin melakukan pertemuan untuk sharing pengalaman dan saling menguatkan satu sama lain. Mereka juga memebrikan pendampingan agar para perempuan korban kekerasan bisa lepas dari pelaku dan mampu melanjutkan hidup.

Meski aktif dalam beberapa lembaga amal, siapa sangka Katya sendiri adalah salah satu korban kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Dia melarikan diri dari Indonesia karena sudah tidak tahan dengan perlakukan kasar suaminya dan sikap tidak peduli dari keluarganya. Dengan berkumpul dengan orang-orang di badan amal, Katya merasa tidak sendiri, saling menguatkan satu sama lain. Dengan kata lain, Katya dulu adalah korban yang kini menjadi relawan. Dulu dia ditolong, kini dia menolong.

Keunikan lain di kisah ini adalah perusahaan Sebastian yang bergerak di bidang parfum. Ada banyak pengetahuan baru yang kudapatkan setelah membaca kisah ini, terutama tentang macam aroma parfum. Nggak nyangka, kan, baca fiksi tapi dapat ilmu juga.

Kisah POV ketiga tunggal ini mengambil tempat di Edinburgh, London, dan juga Jakarta. Aku suka tema yang diangkat, mulai dari kekerasan terhadap perempuan, masalah social, islamophobia, sampai kesehatan mental. Sisi agamanya pun disajikan dengan baik tanpa kesan menggurui. Di kisah ini juga ditunjukkan sikap toleransi yang tinggi antara pemeluk agama berbeda.

Katya adalah sosok yang penurut, mudah bergaul, dan manja. Namun setelah mengalami trauma, Katya berubah menjadi sosok yang kuat, pemberani, tapi tetap penyayang dan lembut. Sedangkan Sebastian digambarkan sebagai lelaki pekerja keras, rasional, tegas, dan dermawan. Dan di kisah ini aku suka tokoh Katya. Aku suka bagaimana perjuangannya untuk bangkit menata hidup. Meski aku sempat dibuat gemas karena saat Katya kembali ke Indoensia dia sempat kembali menjadi sosok yang tidak bisa berkata tidak, tapi kemudian dia sadar dan berani memperjuangkan keadilan bagi dirinya dan menyelesaikan permasalahan dengan suaminya.  

 


Baca juga >>> [Book Review] - The Undomestic Goddess

 

Selama membaca kisah ini, aku menandai beberapa dialog yang kusuka karena mengispirasiku. Aku tulis di bawah, ya, bagian mana saja, sih …

“Orang yang takut pada murka Tuhan, yang menjalani agamanya sebaik yang dia mampu, takkan sanggup menjahati orang lain.”

[Hal : 89]

“Jika bisa memaafkan maka hati akan ringan. Itu langkah awal untuk melupakan hal-hal buruk. Memaafkan itu satu hal, melupakan adalah hal yang berbeda.”

[Hal : 92]

“Setan itu bersembunyi dengan sempurna di balik kulit seseorang.”

[Hal : 93]

“Tolong jangan berandai-andai untuk hal yang mengerikan seperti itu.”

[Hal : 94]

“Aku belajar untuk bersyukur. Meski aku punya pengalaman yang cukup tragis, setidaknya aku masih selamat. Aku bahkan bisa membangun hidup baru di sini.”

[Hal : 95]

“Alloh tidak ingin manusia berhenti belajar. Alloh yang berkuasa atas segalanya, bisa dengan mudah membolak-balikkan hati. Dia adalah bosnya.”

[Hal : 97]

“Saranku, jangan pernah menikahi orang yang berani memukulmu. Jika dia sudah melakukan sekali, apa jaminannya dia takkan mengulangi hingga keseribu kali? Jenis kelamin tidak ada hubungannya dengan pelaku kekerasan fisik.”

[Hal : 124]

“Aku cuma butuh orang yang mencintaiku dengan tulus. Orang yang bisa membantuku menjadi orang yang lebih baik.”

[Hal : 200]

“Aku tidak mau berbuat dosa lagi karena bersama orang yang tak seiman denganku.”

[Hal : 201]

 

Baca juga >>> [Book Review] - Pre Wedding Rush


Selain dialog yang menginspirasi, aku juga mendapatkan beberapa pelajaran selama membaca novel bercover pink ini. Berikut di antaranya …

  • Semangat saling peduli sesama manusia. Kepedulian sesama manusia menembus batas ras, suku, bahkan agama.
  • Pentingnya mencari kebenaran dari sumber yang benar. Selama ini Sebastian tahu tentang Islam dari media dan isu yang tersebar dimana Islam digambarkan seusatu yang jahat dan mengerikan. Namun saat Sebastian mencari sumber lain dan melihat sendiri bagaimana kehidupan muslim, dia mulai mengubah pandangannya tetang Islam.
  • Mencintai diri sendiri. Belajar berkata tidak untuk sesuatu yang menyakiti kita. Belajar melawan saat disakiti. Tinggalkan segala orang-orang toxic dalam hidup kita.
  • Semangat bangkit dari keterpurukan. Setiap orang punya masalah. Tidak mengapa jika berduka, merasa lelah, dan putus asa. Ambillah jeda dan istirahat, lalu bangkit kembali melangkah. Carilah orang-orang yang memberikan semangat bukan malah menjatuhkan.
  • Manusia berubah. Seperti orang-orang yang berada di lembaga amal, mereka berusaha meninggalkan kehidupan masa lalunya dan menjalani kehidupan baru. Termasuk Katya. Beri kesempatan setiap orang untuk menjadi lebih baik.
  • Pentingnya mental health. Saat tiba pertama kali di Edinburgh, kondisi Katya sangat memprihatinkan. Bukan hanya luka fisik, tapi juga mentalnya terganggu. Katya sangat depresi saat ditemukan Evelyn, pendiri We are Family. Evelyn pula yang akhirnya membantu Katya keluar dari depresinya dan menjalani hidup barunya dengan menjadi relawan di We are Family.
  • Perlunya empati. Setiap orang punya latar belakang kehidupan berbeda. Untuk menangani permasalahan mereka dibutuhkan empati agar kita tahu bagaimana konsisi mereka sebenarnya, apa yang mereka rasakan. Beda orang, beda pendekatan.
  • Semangat kerja. Ini aku dapat dari Sebastian. Dia bekerja keras mengelola perusahaan parfum milik keluarganya hingga bisa berkembang dengan produk-produk andalan hingga keluar negri.
  • Tentang tanggungjawab. Ini masih tentang Sebastian dengan mantan tunangannya Bridget. Perempuan itu hamil, dan Sebastian bersedia menikahinya meski akhirnya batal. Namun Bridget tetap mempertahankan kehamilannya. Sebastian pun tetap bertanggungjawab membesarkan dan menafkahi anaknya.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Prom Night from Hell

 

Aku suka ending kisah ini. Ada plot twist yang mengejutkan bagiku.

Kehamilan Brigest berjalan baik. Bahkan Katya yang sudah menikah dengan Sebastian pun menerima bayi Shahira. Katya dan Brigest menjadi teman baik. Katya menyayangi bayi Shahira (yang juga bayi Sebastian) seperti anak sendiri karena … Katya tidak bisa punya anak. Salah satu dampak kekerasan yang diterima dari mantan suaminya adalah infeksi pada rahim yang menyebabkan Katya sulit hamil. Innalillahi. Untungnya sih Katya dan Sebastian sama-sama legowo tentang ini. Yeaaa … akhirnya happy ending, ya. Alhamdulillah.

 


 

Data Buku

Judul      :   Love in Edinburgh

Penulis   :   Indah hanaco

Penerbit :   Gramedia Pustaka Utama

Tebal      :   232 halaman

Tahun    :   2015.

 

Baca juga >>> [Book Review] - This Guy is Mine

 

 

Skor

🌠 4/5

 

 

~ Hana Aina ~

 

 

Baca juga, ya ...






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^