Sinopsis
Katya
melarikan diri ke Edinburgh dari KDRT yang dialaminya. Di sana dia bertemu
dengan Sebastian. Awalnya semua baik saja sampai Sebastian tahu kalau Katya
seorang Muslim. Sebastian sangat membenci Islam apalagi setelah ibunya menjadi
salah satu korban peristiwa 11 September. Namun semakin lama Sebastian mengenal
Katya dan melihat kehidupan perempuan itu lebih dekat, dia merasakan sesuatu
yang membuat hati dan pikirannya tidak tenang. Ketegaran Katya, perjuangannya
bangkit dari keterpurukan, ketulusannya mengabdikan diri pada beberapa lembaga
kemanusiaan, serta ketaatannya kepada Tuhan, membuat Sebastian malah semakin
dekat dengan Islam.
Baca juga >>> [Book Review] - Janji Es Krim
Review
Ini adalah cerita religi
tentang pencarian Tuhan yang dibalut dengan drama kehidupan dan romantisme.
Katya mendapatkan ketenangan hidup justru setelah dia meninggalkan segala
kemewahan dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Pun demikian dengan
Sebastian yang matanya lebih terbuka akan Islam setelah bertemu dengan Katya.
Ternyata, agama ini tidak seburuk yang diisukan saat Sebastian belajar dari
sumber yang benar.
Manurutku
kisah ini unik karena tokoh utamanya adalah seorang relawan yang kesehariannya
bekerja di beberapa lembaga sosial. We
are Family adalah lembaga amal yang fokus mengurus para gelandangan, Solitude memberikan pelatihan dan
pendidikan pada anak-anak jalanan, sedangkan Good Karma adalah perkumpulan bagi perempuan korban kekerasan.
Dari kisah
yang digambarkan dari ketiga lembaga amal tersebut, aku melihat, meskipun
niatnya baik, tapi tidak mudah menjalankan lembaga. Mulai dari pendanaan yang
ternyata tidak sedikit dan terkadang harus merogoh kocek sendiri, sampai respon
dan sikap orang-orang yang mereka tolong. Dengan latar belakang pengalaman
hidup berbeda, tidak semua mau ditolong. Ada yang merasa takut dengan sosok
pelaku kekerasan, ada juga yang sudah terbiasa dengan kehidupan jalanan hingga
tidak mudah beradaptasi dengan kehidupan normal. Di sinilah peran relawan yang
sabar dan penuh empati harus berperan.
Aku juga
bisa melihat bagaimana lembaga amal bekerja. Karena masing-masing lembaga amal
fokus pada hal berbeda, tentu masing-masing memiliki program kerja berbeda. We are Family memiliki program memberikan
makan gratis pada orang tidak mampu. Solitude
memberikan pelatihan pada anak-anak mudah agar mereka memiliki ketrampilan
untuk bertahan hidup. Sedangkan Good
Karma secara rutin melakukan pertemuan untuk sharing pengalaman dan saling
menguatkan satu sama lain. Mereka juga memebrikan pendampingan agar para
perempuan korban kekerasan bisa lepas dari pelaku dan mampu melanjutkan hidup.
Meski aktif
dalam beberapa lembaga amal, siapa sangka Katya sendiri adalah salah satu
korban kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Dia melarikan diri dari Indonesia
karena sudah tidak tahan dengan perlakukan kasar suaminya dan sikap tidak
peduli dari keluarganya. Dengan berkumpul dengan orang-orang di badan amal,
Katya merasa tidak sendiri, saling menguatkan satu sama lain. Dengan kata lain,
Katya dulu adalah korban yang kini menjadi relawan. Dulu dia ditolong, kini dia
menolong.
Keunikan
lain di kisah ini adalah perusahaan Sebastian yang bergerak di bidang parfum.
Ada banyak pengetahuan baru yang kudapatkan setelah membaca kisah ini, terutama
tentang macam aroma parfum. Nggak nyangka, kan, baca fiksi tapi dapat ilmu
juga.
Kisah POV
ketiga tunggal ini mengambil tempat di Edinburgh, London, dan juga Jakarta. Aku
suka tema yang diangkat, mulai dari kekerasan terhadap perempuan, masalah
social, islamophobia, sampai
kesehatan mental. Sisi agamanya pun disajikan dengan baik tanpa kesan
menggurui. Di kisah ini juga ditunjukkan sikap toleransi yang tinggi antara
pemeluk agama berbeda.
Katya adalah
sosok yang penurut, mudah bergaul, dan manja. Namun setelah mengalami trauma,
Katya berubah menjadi sosok yang kuat, pemberani, tapi tetap penyayang dan
lembut. Sedangkan Sebastian digambarkan sebagai lelaki pekerja keras, rasional,
tegas, dan dermawan. Dan di kisah ini aku suka tokoh Katya. Aku suka bagaimana
perjuangannya untuk bangkit menata hidup. Meski aku sempat dibuat gemas karena
saat Katya kembali ke Indoensia dia sempat kembali menjadi sosok yang tidak bisa berkata tidak, tapi kemudian
dia sadar dan berani memperjuangkan keadilan bagi dirinya dan menyelesaikan
permasalahan dengan suaminya.
Baca juga >>> [Book Review] - The Undomestic Goddess
Selama
membaca kisah ini, aku menandai beberapa dialog yang kusuka karena mengispirasiku.
Aku tulis di bawah, ya, bagian mana saja, sih …
“Orang yang
takut pada murka Tuhan, yang menjalani agamanya sebaik yang dia mampu, takkan
sanggup menjahati orang lain.”
[Hal
: 89]
“Jika bisa
memaafkan maka hati akan ringan. Itu langkah awal untuk melupakan hal-hal
buruk. Memaafkan itu satu hal, melupakan adalah hal yang berbeda.”
[Hal
: 92]
“Setan itu
bersembunyi dengan sempurna di balik kulit seseorang.”
[Hal
: 93]
“Tolong
jangan berandai-andai untuk hal yang mengerikan seperti itu.”
[Hal
: 94]
“Aku belajar
untuk bersyukur. Meski aku punya pengalaman yang cukup tragis, setidaknya aku
masih selamat. Aku bahkan bisa membangun hidup baru di sini.”
[Hal
: 95]
“Alloh tidak
ingin manusia berhenti belajar. Alloh yang berkuasa atas segalanya, bisa dengan
mudah membolak-balikkan hati. Dia adalah bosnya.”
[Hal
: 97]
“Saranku,
jangan pernah menikahi orang yang berani memukulmu. Jika dia sudah melakukan
sekali, apa jaminannya dia takkan mengulangi hingga keseribu kali? Jenis
kelamin tidak ada hubungannya dengan pelaku kekerasan fisik.”
[Hal
: 124]
“Aku cuma
butuh orang yang mencintaiku dengan tulus. Orang yang bisa membantuku menjadi
orang yang lebih baik.”
[Hal
: 200]
“Aku tidak
mau berbuat dosa lagi karena bersama orang yang tak seiman denganku.”
[Hal
: 201]
Baca juga >>> [Book Review] - Pre Wedding Rush
Selain dialog
yang menginspirasi, aku juga mendapatkan beberapa pelajaran selama membaca
novel bercover pink ini. Berikut di antaranya …
- Semangat saling peduli sesama manusia. Kepedulian sesama manusia menembus batas ras, suku,
bahkan agama.
- Pentingnya mencari kebenaran dari sumber yang benar. Selama ini Sebastian tahu tentang Islam dari media
dan isu yang tersebar dimana Islam digambarkan seusatu yang jahat dan
mengerikan. Namun saat Sebastian mencari sumber lain dan melihat sendiri
bagaimana kehidupan muslim, dia mulai mengubah pandangannya tetang Islam.
- Mencintai diri sendiri. Belajar berkata tidak untuk sesuatu yang menyakiti
kita. Belajar melawan saat disakiti. Tinggalkan segala orang-orang toxic dalam hidup kita.
- Semangat bangkit dari keterpurukan. Setiap orang punya masalah. Tidak mengapa jika
berduka, merasa lelah, dan putus asa. Ambillah jeda dan istirahat, lalu bangkit
kembali melangkah. Carilah orang-orang yang memberikan semangat bukan malah
menjatuhkan.
- Manusia berubah. Seperti orang-orang yang berada di lembaga amal,
mereka berusaha meninggalkan kehidupan masa lalunya dan menjalani kehidupan
baru. Termasuk Katya. Beri kesempatan setiap orang untuk menjadi lebih baik.
- Pentingnya mental health. Saat tiba pertama kali di Edinburgh, kondisi Katya
sangat memprihatinkan. Bukan hanya luka fisik, tapi juga mentalnya terganggu.
Katya sangat depresi saat ditemukan Evelyn, pendiri We are Family. Evelyn pula yang akhirnya membantu Katya keluar dari
depresinya dan menjalani hidup barunya dengan menjadi relawan di We are Family.
- Perlunya empati. Setiap orang punya latar belakang kehidupan berbeda.
Untuk menangani permasalahan mereka dibutuhkan empati agar kita tahu bagaimana
konsisi mereka sebenarnya, apa yang mereka rasakan. Beda orang, beda
pendekatan.
- Semangat kerja. Ini aku dapat dari Sebastian. Dia bekerja keras
mengelola perusahaan parfum milik keluarganya hingga bisa berkembang dengan
produk-produk andalan hingga keluar negri.
- Tentang tanggungjawab. Ini masih tentang Sebastian dengan mantan
tunangannya Bridget. Perempuan itu hamil, dan Sebastian bersedia menikahinya
meski akhirnya batal. Namun Bridget tetap mempertahankan kehamilannya.
Sebastian pun tetap bertanggungjawab membesarkan dan menafkahi anaknya.
Baca juga >>> [Book Review] - Prom Night from Hell
Aku suka ending kisah ini. Ada plot twist yang mengejutkan bagiku.
Kehamilan
Brigest berjalan baik. Bahkan Katya yang sudah menikah dengan Sebastian pun
menerima bayi Shahira. Katya dan Brigest menjadi teman baik. Katya menyayangi
bayi Shahira (yang juga bayi Sebastian) seperti anak sendiri karena … Katya tidak
bisa punya anak. Salah satu dampak kekerasan yang diterima dari mantan suaminya
adalah infeksi pada rahim yang menyebabkan Katya sulit hamil. Innalillahi.
Untungnya sih Katya dan Sebastian sama-sama legowo tentang ini. Yeaaa …
akhirnya happy ending, ya.
Alhamdulillah.
Data Buku
Judul
:
Love in Edinburgh
Penulis
:
Indah hanaco
Penerbit
:
Gramedia Pustaka Utama
Tebal
:
232
halaman
Tahun
:
2015.
Baca juga >>> [Book Review] - This Guy is Mine
Skor
🌠 4/5
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^