Sinopsis
Isabel atau
yang biasa dipanggil Izzy, seorang perencana pesta, mendapat tawaran mengurus
pesta di Pantiles milik keluarga Monkwell. Mendatangi keluarga itu sama juga membuka
kembali memori masa lalu Izzy. Termasuk hubungannya dengan Simon, anak tertua
keluarga Monkwell. Siapa sangka banyak hal berubah. Termasuk kebangkrutan
keluarga kaya itu yang terlilit banyak hutang dan kini bingung membayarnya.
Simon mengambil tanggungjawab dengan meminta Izzy merancang pesta amal
sekaligus untuk mengundang para pengusaha berinvestasi pada aset milik
keluarganya. Namun tidak semudah dugaan. Rob, mantan Izzy dan juga pesaing
Simon, berusaha mengagalkan upaya Simon membangkitkan kembali kejayaan
keluarganya.
Baca juga >>> [Book Review] : The Pajama Game
Review
Hai, BESTie! Ini adalah buku
ke #7 yang kubaca tahun ini. Masih membawa genre romance, Party Season karya Sarah Mason ini berkisah tentang cinta
lama yang belum kelar antara Simon dan Izzy.
Memang agak
susah, ya, kalau ngomongin tentang CLBK itu. Yang awalnya Izzy dan Simon sudah
punya kehidupan masing-masing, lalu mereka kembali bertemu, seolah keduanya
ditarik ke masa lalu, ada rasa yang membekas. Namun aku senang dengan sikap
Izzy yang professional. Awalnya dia kaku, tapi setelah lama bahkan sempat
tinggal di Pantiles, Izzy mulai bisa membaur dengan keluarga Monkwell.
Meski Simon
tidak seasyik dulu, Izzy tetap berusaha membuka komunikasi dengannya. Aku juga
suka bagian ini. Istilah kata, yang sudah berlalu ya sudahlah, ya.
Lambat laun
Izzy mulai tahu penyebab perubahan sikap Simon. Setelah kematian ibunya, Simon
mendapati kenyataan usaha keluarganya mulai mundur. Selain memang bisnis di
bidang pertanian tidak bersinar seperti dulu, tidak ada satu pun anggota
keluarga Simon yang memiliki keahlian berbisnis, termasuk ayahnya. Selama ini
hanya ibunya saja yang menjalankan bisnis. Simon sebagai anak tertua, mengambil
alih tanggungjawab penuh atas bisnis keluarganya. Dari sinilah Simon mengetahui
bahwa perusahaan keluarganya memiliki tunggakan hutang yang besar dan tidak
mampu melunasinya.
Saat
ekonomi keluarga Monkwell mulai menurun, Simon memaksa adiknya untuk tetap
kuliah, meski dia sendiri memutuskan untuk drop
out. Simon lebih fokus mengelola aset keluarganya yang kini tinggal
beberapa saja dan membuka bisnisnya sendiri untuk menyokong kehidupan
keluarganya agar tetap bisa bertahan. Ish, keren sekali kau Simon!
Simon
memendam sendiri beban itu. Konsekuensinya, lelaki itu berubah menjadi sosok
yang pendiam, pekerja keras, serius, dan sedikit menakutkan. Inilah salah satu
penyebab perubahan sikap Simon meski di sisi lain masih ada satu rahasia besar
lagi yang masih disembunyikan, dan itu berhubungan keluarga Izzy.
Kisah ini
mengambil tokoh utama Isabel alias Izzy yang seorang perencana pesta. Dari
sinilah aku banyak tahu seluk beluk di belakang layar bagaimana sebuah pesta di
persiapkan. Terutama pesta besar, seperti pesta dansa dan pesta amal untuk
penggalangan dana. Ternyata tidak sesimpel kalau kita hanya datang sebagai tamu
undangan, menikmati segala jamuan dan hiburan.
Izzy musti
merancang semuanya. Mulai dari pemilihan tempat, vendor yang akan diajak
bekerjasama, catering, tempat parkir, sampai sanitasi. Kebayangkan berapa
banyak pihak yang harus teribat di dalamnya. Belum lagi soal pemilihan daftar
tamu undangan yang harus sesuai dengan tujuan pesta itu diadakan.
Seperti
saat Simon meminta Izzy mengadakan pesta untuk para investor. Tentu Simon akan
mengudang pera pengusaha yang dilihatnya berpotensi menginvestasikan uang di
asetnya. Simon tidak mengundang pesaingnya ke pesta. Namun siapa sangka, Rob
yang tidak diundang, datang dengan mengatasnamakan perusahaan lain dimana dia
bergabung di dalamnya (dan ini tidak diketahui Simon maupun Izzy). Tentu saja
bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya. Rob mengacaukan segalanya.
Kisah ini
mengambil tempat di Inggris dengan alur maju dan POV orang pertama tunggal dari
sudut pandang Izzy. Sosok Izzy digambarkan sebagai perempuan mandiri yang
ceria, suka mengatur, mudah bergaul tapi juga mudah terprovokasi dan
dimanipulasi. Sedangkan Simon awalnya adalah cowok yang periang tapi setelah
kematian ibunya, dia berubah menjadi lebih serius dan penuh rahasia. Tokoh yang
kusuka di kisah ini adalah Aunt Winnie. Meski bukan tokoh utama, tapi bibi dari
Izzy ini selalu meliliki ide brilian untuk menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi bersama. Ide-ide tak terpikirkan sebelumnya baik oleh Izzy maupun Simon
selalu menjadi kejutan yang didatangkan oleh Aunt Winnie. Pembawaannya yang
ceria membuat siapapun yang bertemu dengannya langsung mudah akrab.
Baca juga >>> [Book Review] : The X-files
Tidak
seperti kisah-kisah yang pernah kubaca sebelumnya, aku hanya punya sedikit dialog
yang kusuka di kisah ini.
“Ada beberapa hal yang sebaiknya
dibiarkan seperti apa adanya.”
[Hal : 188]
“Balas dendam lebih baik disajikan pada
saat yang tepat.”
[Hal : 231]
Meski hanya
ada 2 dialog yang kusuka, tapi aku mendapat banyak pelajaran dari kisah ini.
- Jangan menyembunyikan masalah apalagi jika menyangkut
banyak orang.
Membicarakan masalah dengan orang-orang yang bersangkutan jauh lebih agar semua
tahu situasi yang sebenanya. Saat Simon mengambil alih perusahaan keluarga
dengan kondisi keuangan yang bobrok, lelaki itu menyembunyikan semuanya dari
anggota keluarga lain. Tiba-tiba saja Simon mengambil sikap memangkas
pengeluaran keluarga dan super berhemat yang membuat kesan Simon adalah orang
yang pelit dan kejam. Andai saja Simon berterus terang, bisa jadi semua akan
memahami dan bahkan mendukung keputusannya. Tidak tertutup kemungkinan mereka
juga akan membantu Simon mengatasi masalah itu.
- Jangan dulu berburuk sangka, tidak ada salahnya
mengkonfirmasi. Izzy
adalah salah satu orang yang juga menganggap kalau Simon yang sekarang adalah
sosok yang jahat. Bahkan keluarga Simon sendiri juga punya pemikiran yang sama.
Namun setelah lebih lama berinteraksi dengannya ditambah dengan terkuak alasan
sebenarnya perubahan sikap Simon, Izzy menjadi sangat bersimpati padanya. Nah,
kan. Selalu ada alasan dibalik setiap keputusan, tidak ada salahnya
menkonfirmasi pada yang bersangkutan.
- Kekompakan dan kerjasama tim. Setelah semua anggota keluarga Monkwell tahu kalau
mereka punya masalah serius (gagal bayar hutang yang menyebabkan asetnya akan
disita bank, dan juga perusahaan Simon yang terancam gagal mendapatkan
investor) seluruh anggota keluarga bahu membahu mencari jalan keluar. Aku suka
bagaimana kekompakan keluarga ini meski dengan beberapa drama di sana sini.
- Jangan remehkan peran orang lain sekecil apapun. Setiap manusia memiliki peran meski terkadang keberadaan
mereka tidak begitu menonjol. Seperti beberapa tokoh di kisah ini : Aunt Winnie
yang ternyata banyak ide dan juga si kecil Harry (anak juru masak keluarga
Monkwell) yang pemberani.
- Semangat kerja keras. Semangat kerja keras Simon untuk membangkitkan
kejayaan keluarganya dan juga membangun bisnisnya sendiri meski harus drop out dari kuliah perlu aku acungi
jempol. Dia tidak putus asa bahkan terus berusaha memperbanyak pengalaman
dengan langsung terjun ke dunia bisnis dan memperbaiki keadaan.
- Tentang tanggungjawab. Aku bisa merasakan yang Simon rasakan. Sebagai anak
pertama, secara tidak langsung, seolah seperti mendapat mandat untuk mengambil
alih tanggungjawab keluarga saat orang tua sudah tidak sanggup lagi. Jadi
curcol #eh.
- Profesionalitas. Aku suka profesionalitas Izzy. Dia tetap berani
mengambil job dari klien meski klien tersebut pernah punya cerita masa lalu
dengannya. Izzy tetap mengerjakan proyeknya dengan baik.
Tidak
banyak kejutan di kisah ini. Alurnya mengalir biasa dengan beberapa adegan lucu
dan konyol. Terutama saat mereka harus menghadapi situasi tak terduga. Di satu
sisi petugas pengadilan yang datang untuk menyita aset keluarga yang tentu ini
akan memberi kesan memalukan dan membenarkan kabar kalau keluarga Monkwell
bangkrut, di sisi lain mereka harus menjamu para calon investor dan harus
menampilkan kesan semua baik-baik saja agar investor percaya dan mau
menginvestasikan uang mereka. Salut, deh!
Baca juga >>> [Book Review] : The Medici Dagger
Data Buku
Judul
:
Party Season
Penulis
:
Sarah Mason
Penerbit
:
Gramedia Pustaka Utama
Tebal
:
436
halaman
Tahun
:
2003.
Baca juga >>> [Book Review] : Cinderella Tuathina
Skor
4
dari 5 bintang
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^