Sabtu, 09 September 2023

[Book Review] : Hijab for Sisters 2 – Kerudung untuk Rasi

 

Sinopsis

SMA Pancasila kedatangan murid baru. Radi adalah anak selebriti terkenal pada masanya, sekaligus sepupu Asha. Kepindahan Rasi dari sekolah elit ke sekolah biasa dan perubahan sikap gadis itu kepada asha, menimbulkan banyak tanda tanya pada diri Asha. Hingga suatu hari terungkaplah kehidupan pribadi Rasi yang ternyata tidak seindah postingan-postingan ibunya di sosial media.

Banyak masalah yang menimpa gadis itu. Mulai dari hubungannya yang kurang harmonis dengan ibunya, kesepian dan rasa kehilangan Rasi akan sosok lelaki yang dipanggilnya ayah, hingga perundungan yang sering didapatkan dari teman-teman sosialitanya. Lambat laun semua masalah itu mulai terurai meski Rasi harus babak belur melewatinya. Semuanya justru menjadi pelajaran hidup bagi Rasi yang membawanya ke jalan hijrah.

 

Baca juga >>> [Book Review] - Living with Disasters

 

Review

Hai, BESTie. Balik lagi dengan novel remaja dan aku masih membaca Hijab for Sisters 2. Ini adalah buku kedua dari Hijab for Sister yang kemarin juga sudah aku review sebelumnya di sini.

Kisah di Hijab for Sisters 2 ini merupakan kelanjutan dari Hijab for Sisters. Jalan ceritanya masih tentang Asha dan Khalda yang menjalani tantangan bersekolah di SMA Pancasila. Tentu saja, masih ada tokoh-tokoh sama. Ada Ami, Chika, Yova, Aidan, dan Susanto sebagai teman-teman Asha dan Khalda. Ada juga Paulin yang masih bertahan sebagai tokoh antagonis di sini. Oiya, di kisah ini Paulin mendapat sekutu, ya. Bukan Agitha yang selama ini setia menjadi dayangnya, tapi Aurora, sosok pembully yang sering cari masalah dengan Rasi.

Cerita dibuka dengan menghilangnya Susanto dari radar SMU Pancasila. Ternyata cowok ini sedang ada masalah. Etapi, ya, Susanto itu meski dalam pusaran masalah tetap aja kocak. Dia masih sebagai tokoh penghibur di kisah ini, yang membawa keramaian dan bikin ketawa. Ibarat kalau di kartu undangan ulang tahun tuh, tiada kesan tanpa kehadiranmu. Syukurnya, masalah Susanto ini bisa diselesaikan dengan baik setelah cowok itu mengatakan dengan jujur masalah yang menimpanya kepada teman-temannya. Sebagai teman yang baik, teman-teman Susanto gercep memberikan bantuan sekaligus solusi demi keberlangsungan pendidikan Susanto. Mangkanya Susanto, kalau ada masalah itu ngomong. Jangan dipendam sendiri, hehe.

Masalah kedua muncul saat Syifa, mamahnya Asha, mendapati nilai-nilai anak sematawayangnya terjun bebas. Asha yang kena omel mamahnya malah menyerah dengan mengatakan kalau bersedia memberikan kemenangan beasiswa ke Jerman untuk Khalda. Tentu saja ini membuat Syifa uring-uringan. Bahkan dia membawa-bawa nama Aidan dalam omelannya. Dari sinilah Asha mulai menyadari kesalahannya dan mulai memperbaiki semuanya. Bahkan dia memblokir nomor Aidan. Untungnya cowok itu woles. Jadi jangan harap ada drama pertengkaran Asha -Aidan gegara blokiran nomor ponsel. Aidan cukup mengerti dengan sikap Asha. Bahkan dia menjuluki dirinya Cowok Paling Pengertian Sedunia #hadeh

Tidak sampai di situ, masalah ketiga hadir saat Khalda video call dengan ibunya. Saat itu Khalda mengetahui kedua orangtuanya bertengkar hingga membuat ibunya menangis. Khalda merasa sedih memikirkannya. Saat gadis itu curhat ke Asha, keduanya malah adu nasib. Khalda merasa Asha beruntung karena kedua orangtuanya tidak pernah bertengkar, dan Asha menganggap Khalda beruntung karena masih punya orangtua komplit. Lah, kocak sih ini!

Masalah keempat adalah kepindahan Rasi ke SMA Pancasila. Momen ini tentu tidak disia-siakan oleh Paulin untuk mendekati Risa dan menjadikannya teman satu geng. Untung saja Rasi sudah banyak makan asam garam kehidupan hingga mampu menilai orang macam apa Paulin itu. Apalagi saat Paulin mulai menyinggung soal Asha dan menjelekkanya, membuat Rasi memantapkan hati enggan bergabung dengan Paulin. Belum tahu aja si Paulin kalau Rasi dan Asha saudaraan yang sudah kenal satu sama lain. Tentu saja Rasi lebih tahu dan paham sosok Asha yang nggak mungkin neko-neko.

Masalah kelima, masih tentang Rasi yang kali ini berkonflik dengan keluarganya. Sosok ibunya yang gila popularitas, juga sosok ayah yang dirindukannya. Menurutku ini konflik utama di kisah ini. Dan saat membacanya, aku merasa terenyuh dengan kondisi Rasi. Dia seolah kehilangan arah dan merasa tidak ada orang yang tulus menyayanginya. Untung saja Syifa sebagai tantenya Rasi hadir sebagai penengah, juga Asha sebagai sepupu sekaligus teman yang bisa diajak curhat dari hati ke hati.

Dari penjabaran masalah yang dihadirkan dalam Hijab for Sisters 2 ini aku melihat, kisah di buku kedua ini lebih beragam, lebih komplek, tapi tidak membuat aku sebagai pembaca bingung. Malah menurutku alurnya menjadi lebih seru seolah mengaduk-aduk emosi pembaca. Ada sedihnya, marahnya, kecewa, tapi juga ada lucunya.


Baca juga >>> [Book Review] - Jerat Rayuan Coretti


Dalam kisah Hijab for Sisters 2 – Karudung untuk Rasi ini, lebih banyak kutipan dialog maupun narasi yang kusuka. Nih, aku spill semuanya :

“Setiap kata yang pernah dilontarkan oleh kita, adalah selaksa ombak yang suatu ketika akan kembali menghantam diri kita sendiri.”

[Hal : 79]

“Mengeluh nggak akan memberikan solusi apa-apa.”

[Hal : 81]

“Memangnya harus ada yang sakit dulu untuk bisa silaturahmi? Bukankah lebih baik kalau kisa saling berkunjung dalam keadaan sehat?”

[Hal : 151]

“Rindu adalah candu yang membuat orang ingin sesekali menjauh, agar bisa merasakan seperti apa nikmatnya.”

[Hal : 191]

“Teguran Alloh itu karena kasih sayang, Alloh nggak ingin mencelakakan kamu”.

[Hal : 194]

“Kita memang nggak bisa memilih dilahirkan sama orang tua yang bagaimana. Tapi berbakti pada orang tua kita, bagaimana pun sikap mereka, adalah kewajiban kita.”

[Hal : 196]

“Orang tua tidak selalu benar. Tidak selalu dewasa. Terkadang orang tua membuat suatu kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan.”

[Hal : 199]

“Serahkan semuanya pada waktu, karena keajaiban waktu selalu mampu mengubah banyak hal dan mengobati banyak luka.”

[Hal : 199]

“Be careful of your wish!”

[Hal : 217]

“Be a man! Gentle, dong!”

[Hal : 219]

 

Ada beberapa tokoh baru di Hijab for Sisters – Kerudung untuk Rasi ini. Yang pertama tentu saja Rasi. Tokoh Rasi digambarkan sebagai cewek yang tangguh. Meski mendapat banyak tekanan dan paksaan dari ibunya, tapi Rasi berani berkata tidak dan memilih menjauh. Rasi pribadi yang keras. Mungkin karena kondisi memaksanya menjadi demikian, terutama saat orangtuanya berpisah dan ayahnya meninggalkannya. Meski sering di-bully oleh anggota kelab sosialitanya, tapi Rasi tidak lemah. Dia memilih melawan. Karenanya, Aurora terus mengejarnya.

Tokoh kedua ada Alinda, mamahnya Rasi sekaligus saudara mamahnya Asha. Dia seorang artis ternama pada masanya. Untuk mempertahankan eksistensinya, dia sangat aktif di berbagai acara sosialita dan media sosial. Dia juga memaksa anaknya mengikuti jejaknya. Tapi sayanganya, Rasi tidak menyukai sepak terjang mamahnya itu.

Ada juga Andi, sopir pribadi Alinda. Lelaki paruh baya itu sangat menyayangi Rasi. Bahkan dikisahkan, Andi-lah yang nantinya membawa Rasi ke ayahnya yang selama ini menghilang meninggalkannya. Tentu saja Andi melakukan ini penuh resiko. Bisa dipastikan dia bakalan dipecat kalau ketahuan Alinda.

Kemudian ada Dycta, tetangga samping rumah Rasi sekaligus teman masa kecilnya. Cowok ini suka main gitar dan pintar bikin kata-kata puitis. Curiga! Jangan-jangan dia pandai juga ngegombal! Wkwk … Astaghfirulloh. Nggak boleh su’dzon.

Di Hijab for Sister 2 ini, tokoh favoritku tetaplah Syifa, mamahnya Asha. Aku suka pembawaan Syifa yang tenang dan tegas saat menghadapi masalah. Dia tipikal sosok penyayang, mudah bergaul, baik itu dengan orang seusianya atau orang-orang yang lebih muda darinya, seperti teman-teman Asha. Karenanya, Syifa lebih bisa mengayomi Rasi saat gadis itu dirundung banyak masalah. Bahkan mamanya Rasi pun juga suka curhat kepadanya.

Di sisi lain, Syifa sosok yang kocak terutama saat menanggapi Asha yang suka meledeknya. Alih-alih marah, Syifa malah selalu bisa mengembalikan setiap ejekan Asha padanya yang membuat gadis itu membulatkan mata seolah terkejut dengan balasan dari mamahnya. Bagiku, adegan ini bisa membuatku senyum sendiri sambil berkata dalam hati, “rasakan kamu, Sha!” Berikut salah satu dialognya.

“Ini kan hari Senin, emangnya Mama nggak kerja?”

“Yah, sekali-kali abaikan hari Senin, kenapa? Mama kan bisa kerja di lain waktu. Bukannya semua hari itu sama saja?”

“Gaya Mama udah kayak yang punya Gudang uang aja,” sungut Asha.

“Eh, sembarangan. Mama kan memang punya Gudang uang. Kamu aja yang nggak tau kuncinya di mana!”

[Hal : 156]

“Kok Mama ke sini, sih? Kan kata perawat di kamar ini nggak boleh lebih dari satu pengunjung?”

“Iya, tapia da pengecualian buat Mama.”

“Wah, mantap, ya. Rapat PBB aja kayaknya bisa diundur kalo Mama yang meminta.”

“Udahlah, Sha, nggak usah melebih-lebihkan kehebatan Mama.”

[Hal : 197]

 

Baca juga >>> [Book Review] - Tips Asyik Nulis Diary

 

Dari membaca Hijab for Sisters ini bukan hanya hiburan yang kudapat, tapi juga beberapa pelajaran, di antaranya :

  • Jangan iri dengan kehidupan orang lain. Kalau orang Jawa bilang, urip wang sinawang. Kamu memandang kehidupan orang lain lebih indah dari kehidupanmu. Pun demikian sebaliknya, orang lain mengangga kehidupanmu lebiah baik dari kehidupannya. Yakinlah, tidak ada hidup yang sempurna. Setiap orang pasti memiliki pahit manis kehidupannya masing-masing. Seperti saat Khalda yang menganggap Asha lebih beruntung karena tidak pernah melihat orang tuanya bertengkar. Sedang Asha melihat Khalda lebih beruntung karena ayah ibunya masih komplit. Ayah Asha sudah meninggal.
  • Tidak ada salahnya berkeluh kesah. Selain bisa meringankan beban di pikiran dan perasaan, bisa jadi orang yang kita ajak curhat memiliki solusi dari permasalahan yang kita hadapi. Dalam hal ini Susanto yang memiliki masalah soal keuangan dan tidak bisa melunasi tunggakan biaya sekolah, memilik membolos dan bekerja. Hingga akhirnya teman-temannya tahu dan membantunya. Bukan hanya tunggakan biaya sekolahnya saja yang beres tapi dia juga mendapat solusi dengan mendapatkan potongan biaya dari sekolah. Di sisi lain, Susanto juga masih bisa bekerja sembari tetap sekolah.
  • Jangan memaksakan kehidupanmu ke orang lain, begitu pula sebaliknya. Gaya hidup yang kamu jalani belum tentu bisa diterima orang lain. Di kisah ini, Alinda memiliki gaya hidup mewah, tapi Rasi merasa itu bukan dunianya. Alinda memaksa Rasi untuk malakukan ini itu yang membuat Rasi merasa tidak menjadi diri sendiri. Alhasil, mereka sering bertengkar dan hubungan keduanya sering tidak akur.
  • Pentingnya komunikasi. Awalnya Khalda sedih saat melihat ibunya menangis karena bertengkar dengan ayahnya. Namun beberapa hari keudian ibunya datang menemuinya dari Jogja dengan wajah sumringah. Khalda terkejut dengan perubahan itu. Ibunya mengatakan semua baik saja dan masalah orangtua Khalda sudah selesai setelah mereka membicarakannya baik-baik. Pun dengan permasalahan keluarga Rasi, dimana ayahnya yang tiba-tiba menghilang membuat Rasi sangat marah dan enggan bertemu. Namun akhirnya semua mencair saat Rasi kembali membuka hati dan mau berkomunikasi lagi dengan ayah dan ibunya.
  • Pentingnya memilih teman. Saat berkumpul dengan teman-temannya di kelab, Rasi merasa jengah. Dia sering dibully dan diejek yang membuat kasar dan masa bodo. Bahkan teman-temannya memanfaatkan Rasi sebagai bahan ejekan di sosial media. Namun setelah pindah ke SMA Pancasila dan bertemu Aidan dan Asha, lambat laun sikap Rasi berubah. Bahkan di akhir cerita dia memutuskan berhijrah.
  • Tidak ada kata terlambat untuk berubah. Seperti beberapa tokoh di kisah Hijab for Sisters sebelumnya yang berhijrah dan memperbaiki diri, pun demikian dengan Rasi. Setelah mengalami serangkaian kejadian pahit dalam hidupnya, Rasi pun sadar semua itu teguran dari Tuhan. Tuhan masih sayang padanya dan memberikan kesempatan padanya untuk berubah. Bahkan Rasi meninggalkan semua kehidupan glamornya dan memilih pindah demi menjadi pribadi yang lebih baik.

Ya Alloh, ya alloh … Panjang banget ya ini review. Biar dapat keseruan langsung jalan ceritanya, lebih baik kalian baca sendiri novelnya, deh.

Makan ikan di kandang Cindrawasih, cukup sekian dan terimakasih. Sampai jumpa di review buku yang lain, ya.


 Baca juga >>> [Book Review] - 5 Reasons and More


Data Buku

Judul      :   Hijab for Sisters 2 – Kerudung untuk Rasi

Penulis   :   Anastasha Hardi

Penerbit :    Elex Media Komputindo

Tebal      :   221 halaman

Tahun    :   2021

 

Rating

🌠 4/5

 

 

~ Hana Aina ~

 

 

Baca juga, ya ...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^