Senin, 27 Juni 2022

[Book Review] : Tips Asyik Nulis Diary ala Buku Nulis Diary, Yuk!

 

Data Buku

Judul      :   Menulis Diary, yuk!

Penulis   :   Ummu Harist

Penerbit :    Ziyad

Tebal      :   94 halaman

Tahun    :   2005.


Siapa nih yang suka nulis buku harian? Cung!

Berhubung aku salah satunya, maka aku akan mengacung tinggi, hihi. BTW, kalau dengar kata diary tuh terasa masih di zaman dulu gitu, ya. Kalau zaman now mungkin seperti jurnal kali, ya. Perbedaan nama ini secara tidak langsung memberitahu kelahiran tahun berapa yang menyebutkan ini. Ops!

Aku mulai menulis diary saat duduk di sekolah dasar. Etapi aku kurang begitu ingat siapa yang memperkenalkanku dengan diary. Yang kuingat, aku mulai beli beberapa book note cakep dengan gambar lucu dan warna warni cantik, lalu mulai menulis.

Biasanya yang kutulis adalah kisah keseharian hidupku. Sebenarnya ini tuh curhatan, tapi dengan kata yang diperhalus, hihi. Aku bisa menulis diary setiap hari. Biasanya sih aku melakukannya sebelum tidur. Tempat favoritku nulis diary, tentu saja di atas tempat tidur.

Dulu, aku menulis diary tuh ya nulis aja. Semacam menulis tugas Bahasa Indonesia, bab mengarang indah. Di awali dengan kalimat dear diary, di akhiri dengan bye kalau gak see you tomorrow. Kamu gini juga, gak?

Ada yang bilang kalau diary tuh seperti sahabat sejati. Bagaimana gak? Diary adalah sosok yang menerimamu apa adanya : kelebihan dan kekuranganmu. Dia pendengar yang baik, semua uneg-unegmu hingga perasaan bahagiamu, termasuk amarahmu. Diary gak pernah ngeluh menampung semuanya. Lah, ngeri juga ya kalau dia bisa ngeluh, haha.


Baca juga >>> Pelajaran Berharga untuk Belang dan Manis

 

Cara Asyik Nulis Diary

Menulis diary itu asyik. Aku bisa curhat habis-habisan, dan setelahnya aku jadi merasa lega. Semacam stress realease gitu. Mungkin itu juga sebabnya, menulis diary atau jurnal digunakan sebagai salah satu terapi dalam kejiwaan.

Bagiku diary bisa sebagai penyimpan memori. Semacam album kehidupan. Saat aku membaca lagi diary-ku beberapa tahun kemudian, aku bisa ketawa-ketiwi sendiri saat membaca hal-hal konyol yang kutulis saat bahagia, ketemu gebetan misal. Atau saat aku berusaha mendapatkan sesuatu dan berhasil, ada terbesit rasa bangga pastinya, lalu berkata dalam hati, ternyata aku bisa mendapatkan atau meraihnya.

Pun demikian saat aku mengalami hal sedih atau terpuruk. Diary mengingatklanku akan perjuangan jatuh bangun yang kulalui hingga berada di titik kuberdiri sekarang. Ini jatuhnya jadi seperti pelajaran hidup. Semacam pembuktian kalau aku bisa bangkit dan melewati semua itu.

Diary juga sebagai sumber inspirasi, lho. Saat aku ingin menulis atau menggambar sesiatu, lalu buntu dengan ide, aku bisa membaca kembali diary-ku. Akan ada saja ide yang muncul dari tulisan yang sudah aku tulis di sana. Kalau pengalaman aku sendiri sih, terutama saat akan menulis fiksi. Pengalaman yang kutuliskan di dairy bisa menjadi tema yang kemudian aku kembangkan menjadi sebuah cerita.

Beberapa waktu lalu laku sedang membersihkan almari buku dan menemukan buku Nulis Dary, Yuk! Sebenarnya ini buku lama. Bisa jadi aku pernah membacanya lalu aku lupa. Tidak ada salahnya aku kembali membaca buku mungil ini. Ternyata isinya menarik.

Buku bersampul warna biru telur asin ini membahas tentang diary. Aku mendapatkan cara-cara asyik menulis diary dalam buku ini. Beberapa di antaranya sudah sering kulakukan. Mungkin kamu yang sudah terbiasa atau pemula yang ingin mencoba menulis diary, bisa juga mencoba cara-cara berikut:

  • Tulis secara spontan dan mendalam. Menulis diary tuh gak perlu bikin outline atau sinopsis. Ini bukan naskah, ya. Jadi nulis spontan aja. Begitu kamu merasakan perasaan yang kurang nyaman atau juga ingin mengungkapkan sesuatu, langsung tulis aja.
  • Ungkapkan perasaanmu dengan kata, gambar, tanda. Saat kamu bingung mengungkapkan kata-kata atau pun perasaan, kamu bisa mewakilkannya dengan gambar. Kamu bisa ambil dari internet, majalah, atau manapun yang bisa mewakili perasaan dan pikiranmu. Kamu juga bisa mengkombinasikan juga tanda-tanda tertentu yang bisa kamu bubuhkan pada tulisan.
  • Perindah dengan warna, gambar, stiker, kertas warna warni, emotikon. Dulu aku menulis diary hanya berupa deretan kata. Terkadang aku menyelinginya dengan sketsa ala kadarnya atau emoticon yang kugambar sendiri untuk mewakili perasaan. Pulpen yang kupakai pun standar warna hitam. Kalau dilihat sekilas, ini tak ubahnya seperti menulis biasa, ya. Sekarang aku lebih memberanikan diri berekspresi saat menulis diary. Kalau yang terbiasa journaling pasti paham, tuh. Printilahnya sekarang banyak bangat, bentuknya beragam dan lucu-lucu. Ada kertas warna-warni, stiker lucu, washi tape dengan aneka gambar dan warna. Belum juga berbagai spidol dan pulpen warna. Semua bisa kamu pakai untuk memperindah diary-mu.
  • Tulis kapan saja. Nulis diary tuh lebih enak kalau saat persaan itu muncul. Emosi -bukan marah lho, ya- dan suasana hatinya tuh dapet. Biasanya di situasi seperti ini menulis diary akan lebih mudah dan mengalir. Etapi kalau memang tidak sempat, kamu bisa menulisnya kapan saja. Bisa fleksibel, kok.
  • Cari tempat nyaman. Pilih tempat ternyaman untuk menulis diary. Tidak harus di rumah, di kamar, atau di atas kasur. Kamu bisa menulis diary saat di sekolah, mampir sebentar di coffee shop, dll. Atau kamu bisa mengkombinasikan keduanya. Selang seling, gitu. Intinya, pilih tempat ternyaman buatmu mengungkapkan perasaan dan isi pikiranmu.
  • Tulis di buku yang kamu suka. Sekarang pilihan buku untuk menulis diary atau pun journal itu banyak dan beragam. Ada yang model polos sehingga kamu lebih leluasa menulis dan menghias diary-mu. Ada juga yang tampilannya seperti diary zaman dulu. Buku bergaris berukuran A5 dengan warna menarik dan gambar lucu. Ada yang terbuat dari kertas biasa, ada juga yang terbuat dari kertas dengan aroma parfum yang wangi. Bahkan masih ada lho yang dilengkapi dengan gembok. Mungkin ini dimaksudkan agar apa yang sudah tertulis di dalamnya tidak bisa dibaca oleh sembarang orang, ya. Semacam dokumen rahasia, gitu, hehe … Ada yang pernah punya diary semacam ini?


Baca juga >>> Saat Buku Melecut Semangatku

 

Review Buku Nulis Diary, Yuk!

Membaca buku Menulis Diary, Yuk! karya Ummu Harits ini mengingatkanku bahwa diary itu bukan hanya tempat berkeluh kesah. Kita juga bisa menuliskan ide dan rencana di diary kita juga. Target pencapaian tahunan atau bulanan, misalnya. Semacam resolusi hidup, gitu.

Diary bisa menjadi catatan perjalanan hidup. Saat membaca kembali diary yang kita tulis, kita bisa mengevaluasi kembali perjalanan hidup yang sudah kita lalui hingga di titik sekarang ini.

Ini Menulis Diary, Yuk! adalah buku saku yang enak ditenteng kemana saja dan dibaca kapan saja. Kamu bisa menyelipkannya di antara barang bawaan dalam tasmu. Sangking mungilnya, aku bisa membaca buku ini dalam sekali duduk.

Selain temanya yang menarik, buku ini juga ditulis dengan narasi yang mengalir. Bahasa yang digunakan juga ringan dan mudah dipahami, menjadikan buku ini bisa dibaca segala usia, baik remaja atau juga dewasa.

Buku ini ditulis dalam 5 bab besar. Masing-masing bab memiliki pembahasan yang berbeda. Mulai dari dari pengertian diary, manfaat menulis diary, beragam cara yang bisa kamu gunakan untuk menulis diary, hingga tips menulis diary.

Aku suka cover buku ini. Bagian depannya terlihat lucu dengan gambar dan kombinasi warnanya hingga terlihat menarik di mataku. Hanya saja aku kurang suka tampilan bagian dalamnya yang kurang menarik baik dari segi cetakan maupun layout-nya.

Aku tadinya berharap akan menemukan ilustrasi lucu semisal kartun, atau meme yang mendukung tema buku, yaitu menulis diary. Nyatanya, buku ini hanya berisi tulisan saja, meski ada bagian Note di setiap akhir babnya. Meski demikian, secara keseluruhan buku ini menarik terutama isi dan pembahasan buku ini yang sangat bermanfaat.


Baca juga >>> Mengenal Self Love lewat Buku Semeleh

 

Skor

🌠4/5

 

~ Hana Aina ~

 

Baca juga, ya ...






 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^