Data Buku
Judul : Menulis Diary, yuk!
Penulis : Ummu Harist
Penerbit : Ziyad
Tebal : 94 halaman
Tahun :
2005.
Siapa nih yang suka nulis buku harian? Cung!
Berhubung aku salah satunya, maka aku akan mengacung
tinggi, hihi. BTW, kalau dengar kata diary tuh terasa masih di zaman dulu gitu,
ya. Kalau zaman now mungkin seperti jurnal kali, ya. Perbedaan nama ini secara
tidak langsung memberitahu kelahiran tahun berapa yang menyebutkan ini. Ops!
Aku mulai menulis diary saat duduk di sekolah dasar. Etapi
aku kurang begitu ingat siapa yang memperkenalkanku dengan diary. Yang kuingat,
aku mulai beli beberapa book note cakep dengan gambar lucu dan warna
warni cantik, lalu mulai menulis.
Biasanya yang kutulis adalah kisah keseharian hidupku.
Sebenarnya ini tuh curhatan, tapi dengan kata yang diperhalus, hihi. Aku bisa
menulis diary setiap hari. Biasanya sih aku melakukannya sebelum tidur. Tempat
favoritku nulis diary, tentu saja di atas tempat tidur.
Dulu, aku menulis diary tuh ya nulis aja. Semacam
menulis tugas Bahasa Indonesia, bab mengarang indah. Di awali dengan kalimat dear
diary, di akhiri dengan bye kalau gak see you tomorrow. Kamu
gini juga, gak?
Ada yang bilang kalau diary tuh seperti sahabat
sejati. Bagaimana gak? Diary adalah sosok yang menerimamu apa adanya : kelebihan
dan kekuranganmu. Dia pendengar yang baik, semua uneg-unegmu hingga perasaan
bahagiamu, termasuk amarahmu. Diary gak pernah ngeluh menampung semuanya. Lah,
ngeri juga ya kalau dia bisa ngeluh, haha.
Baca
juga >>> Pelajaran Berharga untuk Belang dan Manis
Cara Asyik Nulis Diary
Menulis diary itu asyik. Aku bisa curhat habis-habisan,
dan setelahnya aku jadi merasa lega. Semacam stress realease gitu.
Mungkin itu juga sebabnya, menulis diary atau jurnal digunakan sebagai salah
satu terapi dalam kejiwaan.
Bagiku diary bisa sebagai penyimpan memori. Semacam
album kehidupan. Saat aku membaca lagi diary-ku beberapa tahun kemudian, aku
bisa ketawa-ketiwi sendiri saat membaca hal-hal konyol yang kutulis saat
bahagia, ketemu gebetan misal. Atau saat aku berusaha mendapatkan sesuatu dan
berhasil, ada terbesit rasa bangga pastinya, lalu berkata dalam hati, ternyata
aku bisa mendapatkan atau meraihnya.
Pun demikian saat aku mengalami hal sedih atau
terpuruk. Diary mengingatklanku akan perjuangan jatuh bangun yang kulalui
hingga berada di titik kuberdiri sekarang. Ini jatuhnya jadi seperti pelajaran
hidup. Semacam pembuktian kalau aku bisa bangkit dan melewati semua itu.
Diary juga sebagai sumber inspirasi, lho. Saat aku ingin
menulis atau menggambar sesiatu, lalu buntu dengan ide, aku bisa membaca
kembali diary-ku. Akan ada saja ide yang muncul dari tulisan yang sudah aku
tulis di sana. Kalau pengalaman aku sendiri sih, terutama saat akan menulis
fiksi. Pengalaman yang kutuliskan di dairy bisa menjadi tema yang kemudian aku
kembangkan menjadi sebuah cerita.
Beberapa waktu lalu laku sedang membersihkan almari
buku dan menemukan buku Nulis Dary, Yuk! Sebenarnya ini buku lama. Bisa
jadi aku pernah membacanya lalu aku lupa. Tidak ada salahnya aku kembali
membaca buku mungil ini. Ternyata isinya menarik.
Buku bersampul warna biru telur asin ini membahas tentang
diary. Aku mendapatkan cara-cara asyik menulis diary dalam buku
ini. Beberapa di antaranya sudah sering kulakukan. Mungkin kamu yang sudah
terbiasa atau pemula yang ingin mencoba menulis diary, bisa juga mencoba
cara-cara berikut:
- Tulis secara spontan dan mendalam. Menulis diary tuh gak perlu bikin outline
atau sinopsis. Ini bukan naskah, ya. Jadi nulis spontan aja. Begitu kamu
merasakan perasaan yang kurang nyaman atau juga ingin mengungkapkan sesuatu,
langsung tulis aja.
- Ungkapkan perasaanmu dengan kata, gambar, tanda. Saat kamu bingung mengungkapkan kata-kata atau pun
perasaan, kamu bisa mewakilkannya dengan gambar. Kamu bisa ambil dari internet,
majalah, atau manapun yang bisa mewakili perasaan dan pikiranmu. Kamu juga bisa
mengkombinasikan juga tanda-tanda tertentu yang bisa kamu bubuhkan pada tulisan.
- Perindah dengan warna, gambar, stiker, kertas warna
warni, emotikon. Dulu aku
menulis diary hanya berupa deretan kata. Terkadang aku menyelinginya
dengan sketsa ala kadarnya atau emoticon yang kugambar sendiri untuk mewakili
perasaan. Pulpen yang kupakai pun standar warna hitam. Kalau dilihat sekilas,
ini tak ubahnya seperti menulis biasa, ya. Sekarang aku lebih memberanikan diri
berekspresi saat menulis diary. Kalau yang terbiasa journaling
pasti paham, tuh. Printilahnya sekarang banyak bangat, bentuknya beragam dan
lucu-lucu. Ada kertas warna-warni, stiker lucu, washi tape dengan aneka
gambar dan warna. Belum juga berbagai spidol dan pulpen warna. Semua bisa kamu
pakai untuk memperindah diary-mu.
- Tulis kapan saja. Nulis diary tuh lebih enak kalau saat persaan
itu muncul. Emosi -bukan marah lho, ya- dan suasana hatinya tuh dapet. Biasanya
di situasi seperti ini menulis diary akan lebih mudah dan mengalir.
Etapi kalau memang tidak sempat, kamu bisa menulisnya kapan saja. Bisa fleksibel,
kok.
- Cari tempat nyaman. Pilih tempat ternyaman untuk menulis diary. Tidak
harus di rumah, di kamar, atau di atas kasur. Kamu bisa menulis diary saat di sekolah,
mampir sebentar di coffee shop, dll. Atau kamu bisa mengkombinasikan
keduanya. Selang seling, gitu. Intinya, pilih tempat ternyaman buatmu
mengungkapkan perasaan dan isi pikiranmu.
- Tulis di buku yang kamu suka. Sekarang pilihan buku untuk menulis diary
atau pun journal itu banyak dan beragam. Ada yang model polos sehingga kamu
lebih leluasa menulis dan menghias diary-mu. Ada juga yang tampilannya
seperti diary zaman dulu. Buku bergaris berukuran A5 dengan warna menarik
dan gambar lucu. Ada yang terbuat dari kertas biasa, ada juga yang terbuat dari
kertas dengan aroma parfum yang wangi. Bahkan masih ada lho yang dilengkapi
dengan gembok. Mungkin ini dimaksudkan agar apa yang sudah tertulis di dalamnya
tidak bisa dibaca oleh sembarang orang, ya. Semacam dokumen rahasia, gitu, hehe
… Ada yang pernah punya diary semacam ini?
Baca
juga >>> Saat Buku Melecut Semangatku
Review Buku Nulis Diary, Yuk!
Membaca buku Menulis
Diary, Yuk! karya Ummu Harits ini mengingatkanku bahwa diary itu
bukan hanya tempat berkeluh kesah. Kita juga bisa menuliskan ide dan rencana di
diary kita juga. Target pencapaian tahunan atau bulanan, misalnya.
Semacam resolusi hidup, gitu.
Diary bisa menjadi catatan
perjalanan hidup. Saat membaca kembali diary yang kita tulis, kita bisa
mengevaluasi kembali perjalanan hidup yang sudah kita lalui hingga di titik
sekarang ini.
Ini Menulis Diary, Yuk!
adalah buku saku yang enak ditenteng kemana saja dan dibaca kapan saja. Kamu
bisa menyelipkannya di antara barang bawaan dalam tasmu. Sangking mungilnya,
aku bisa membaca buku ini dalam sekali duduk.
Selain temanya yang menarik,
buku ini juga ditulis dengan narasi yang mengalir. Bahasa yang digunakan juga
ringan dan mudah dipahami, menjadikan buku ini bisa dibaca segala usia, baik remaja
atau juga dewasa.
Buku ini ditulis dalam 5 bab
besar. Masing-masing bab memiliki pembahasan yang berbeda. Mulai dari dari pengertian
diary, manfaat menulis diary, beragam cara yang bisa kamu gunakan
untuk menulis diary, hingga tips menulis diary.
Aku suka cover buku
ini. Bagian depannya terlihat lucu dengan gambar dan kombinasi warnanya hingga
terlihat menarik di mataku. Hanya saja aku kurang suka tampilan bagian dalamnya
yang kurang menarik baik dari segi cetakan maupun layout-nya.
Aku tadinya berharap akan
menemukan ilustrasi lucu semisal kartun, atau meme yang mendukung tema buku,
yaitu menulis diary. Nyatanya, buku ini hanya berisi tulisan saja, meski ada
bagian Note di setiap akhir babnya. Meski demikian, secara keseluruhan
buku ini menarik terutama isi dan pembahasan buku ini yang sangat bermanfaat.
Baca juga >>> Mengenal Self Love lewat Buku Semeleh
Skor
🌠4/5
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^