Menjarak
Kenangan
Ia mengukur
waktu
Menjarakkannya
dengan masa lalu
Langit belumlah basah saat ia menengadahMencengkeram hatinya agar tetap melangkahAh, jalan ituSetajam rumput yang menjarumMeninggalkan luka menganga di rongga dadanya
Di antara
denting kelopak bunga
Tetiba langit
murung, menghantarkan mendung
Bukan, bukan
air mata
Hanya desiran
darah yang membuncah
Barang kali
kenangan telah membenci hingga
Tak mau
kembali, pikirnya
Tapi
lampu-lampu itu masih menyala
Memberinya terang,
di antara gerombolan orang
Menyapanya dalam
kidung-kidung duka
Solo, 081215
Dalam
Kereta
Di antara
lorong dan bangku-bangku kosong
Beberapa
orang duduk, tertunduk
: menyerah
pada lelah
Kesunyian
pecah menjelma gundah
: desah
nafas, detak jantung, dan denting arloji
Saling
menyahut tak mau mengalah
Dan kereta
masih melaju
Meski buta
arah kau tuju
Solo, 081215
Denting Kematian
Mata itu
Memindai
wajah-wajah dalam bingkai
Aku tak
mengenalnya, katanya
Dalam isyarat
dan raut duka
Ia ada di sana , malam itu
Memintal
waktu
Di luar,
siluet kematian
: menunggu
Hingga saat
berikutnya
Adalah sepi
mencekat suara, gerak dan rasa
Lalu detik
tak berbekas
Hingga
nyawanya hilang, lepas
Solo, 081215
nice
BalasHapusTerimakasih, Mbak
HapusDitunggu kritik dan sarannya :))
Dalam kereta, cerita tentang perjalanan pulang setelah seharian bekerja *mungkin bisa diartikan seperti itu ya mbak?* :D
BalasHapusIya, Mbak. Benar :D :D
Hapuskenangan masa lalu yang tak mungkin akan kembali
BalasHapushanya mata dan hati yang tau tentang kenangan itu ...puisi yang bagus dan menggores jiwa
Teri,akasih. Mbak. Kenangan masa lalau itu kadang mengganggu, hahay ... :D :D
Hapus