Sabtu, 12 Desember 2015

TENTANG GERIMIS YANG MANIS (SEBUAH PUISI)



Antara Kau, Aku, dan Embun

Kita terdiam
Memberi jeda pada denting jarum jam

Kopimu utuh, panasnya tak kau sentuh
Hingga baranya mendentum runtuh
Lalu kususun lagi, kebisuan menjadi elegi
Namun hening tetaplah 
Menghitung wujud bayangmu yang kian rebah

Di luar, langit masih basah
Mengembunkan kaca dengan bulir kata
Di sana, kita mengeja resah
Seolah tak ada esok, lalu kita pisah

Solo, 121215



Suatu Pagi yang Basah

Suatu pagi
Saat mentari meninggi
Kau menangis, mengadu pada bumi

Semalam telah kau puaskan dahaga
Pada kisah yang tak lagi sempurna
Waktu membuatmu terjaga
Menamatkan aksara tanpa kata

“Ini bukan tangis. Ini hanya gerimis.”
Katamu, seolah tak ada lagi rindu
Kau sematkan pada ragu

Solo, 121215


Masih Tentang Gerimis

Gerimis turun sepanjang waktu
Dan kau hitung tajam rintiknya
: satu satu
Tak ada suara
Hanya katak kegirangan karena hujan tiba

Aku suka gerimis, katamu
Di sanalah aku mampu menyembunyikan tangis
Lalu perkabungan yang sempurna
Bahkan kehilangan di antara rintiknya tanpa jeda

Gerimis pun makin menderu
Meluruh rasamu dalam gigil tanpa seru
Lalu kau menjelma basah
Seolah mampu memendam harumu rendah

Solo, 121215

12 komentar:

Terimakasih telah berbagi komentar ^^