“Terima kasih. Kau
telah mempermudah jalanku,” suara David disusul tawa yang membahana.
Aku merasa bodoh
sekarang. Pesona David telah memperdayaiku. Seharusnya aku tidak menghiraukan
ajakan David untuk bersekongkol menjatuhkan kakakku, mengalahkannya dalam
pencalonan ketua OSIS. Sikap licik David telah berhasil membuatnya kalah telak
dengan suara hanya 181. Itu sangat jauh dibanding suara yang didapat David, 419
suara.
“Maafkan aku,” pintaku
pada Kak Irfan yang duduk di depanku. Ia hanya tediam, menahan marah. “Aku tak
bermaksud menjelek-jelekkan kakak,”
“Aku hanya kesal pada
kakak karena tidak memasukkan aku sebagai tim sukses,”
“Kau tidak masuk saja
telah berhasil membuat semuanya jadi berantakan, bagaimana kalau masuk, pasti
semua hancur.”