Kamis, 10 September 2015

SENJA TERAKHIR



Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu

Keysha melihat ayahnya di kastil, bertarung melawan Namba, raja kegelapan yang berhasil mencuri belahan kristal merah dari negeri Selatan. Dia mengincar belahan kristal yang tersimpan di negeri Utara dimana Curius, ayah Keysha berkuasa. Jika kedua belahan kristal jatuh ke tangan Namba, maka kedamaian dunia akan terancam.

Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu

Curius memberikan perlawanan sengit. Dia nampak kelelahan. Keysha berlari mendekat namun terlambat. Saat melihat Keysha mendekat, Curius memberinya isyarat untuk menjauh. Namba memanfaatkan keadaan Curius yang lengah. Dia mengayunkan pedangnya hingga menusuk perut Curius hingga dia roboh.

Dan semua keindahan yang telah memudar
Atau cinta yang telah hilang

“Ayaaah!” Mata Keysha terbelalak. Dia berlari menghampiri ayahnya. Bulir bening di sudur matanya tak terbendung. Ayahnya terkapar di depannya bersimbah darah. “Tidak!” Untuk terakhir kalinya Keysha melihat wajah ayahnya tersenyum sebelum kemudian menutup mata untuk selamanya. Keysha menangis keras, mencoba menolak kenyataan yang ada di depannya.

Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi

Namba berdiri di depan Keysha. Manusia setengah iblis itu berkata, “Menyerah?!” Dia berjalan perlahan mengitari Keysha. “Lihatlah! Tidak ada yang tersisa. Termasuk ayahmu.”
Keysha berdiri, melihat sekitarnya. Istananya tidak lagi utuh. Api dimana-mana. Banyak rakyatnya gugur dalam pertempuran itu termasuk teman-temannya dan ayahnya sendiri.
 “Mereka berkorban demi negeri Utara,” kata Keysha lalu tersenyum sinis. “Takkan aku sia-siakan pengorbanan mereka.”

Oh... Biarkan aku bernafas sejenak sebelum hilang

Keysha mengangkat pedangnya dan siap berduel dengan Namba. Namba maju dengan mengayunkan pedangnya, namun Keysha mampu mengangkisnya. Pedang mereka beradu menghasilkan denting mengerikan. Tubuh Keysha tidak sebesar Namba. Dengan sekali pukul, Keysha terpental ke belakang lalu mencoba bangkit. Dia mencoba menyerang lagi, namun Namba berhasil menghindar.

Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu

Namba mengerang. Tubuhnya bergetar, membelah menjadi bayangan-bayangan hitam. Keysha menelan ludah dengan susah. Nafasnya terengah. Dia terkepung. Keysha mengambil pedangnya lalu fokus mengeluarkan kekuatan. Pedang itu bersinar. Dengan penuh amarah Keysha merangsek maju, mengayunkan pedangnya dengan cepat. Bayangan-bayangan itu terbelah lalu memudar menjadi abu. Beberapa kali Keysha terkena pukul, bahkan satu sayatan mendarat di lengannya. Keysah tak peduli. Darah yang mengalir di lengannya tidak sebanding dengan darah yang dikorban rakyatnya. Perih yang dirasakan, tak seperih kehilangan ayahnya.

Jiwa yang lama segera pergi
Bersiaplah para pengganti

Setelah semua bayangan itu kalah, Namba turun tangan. Dia menyerang Keysha. Keysha dapat menangkisnya. Tanpa di duga, Namba melayangkan tendangan tepat ke perut Keysha. Keysha terpental menghantam pilar dan terjatuh. Namba menghampiri Keysha, lalu mencekik leher Keysha dengan lengannya yang kekar. Keysha tercekat, namun tangannya masih bisa meraba baju perangnya dan mengeluarkan belati kecil. Dengan cepat dia menancapkan belati itu ke dada Namba. Namba mengeram dan Keysha dapat bebas. Sekali lagi Keysha menusuknya. Tusukan mematikan.

Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi

Namba binasa. Itulah senja terakhir saat Keysha melihat ayahnya. Di depan jasadnya, Keysha berjanji mengembalikan belahan kristal merah ke Selatan, dan menjaga belahan kristal yang lainnya dengan nyawanya, demi perdamaian manusia dan negeri Utara.

THE END

Solo, 12 Juli 2014, jam 20.00
------------------------------------------
Lolos dalam antologi FF lagi tahap 2 Group Pedas


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berbagi komentar ^^