Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu
Keysha
melihat ayahnya di kastil, bertarung melawan Namba, raja kegelapan yang
berhasil mencuri belahan kristal merah dari negeri Selatan. Dia mengincar
belahan kristal yang tersimpan di negeri Utara dimana Curius, ayah Keysha
berkuasa. Jika kedua belahan kristal jatuh ke tangan Namba, maka kedamaian
dunia akan terancam.
Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Curius
memberikan perlawanan sengit. Dia nampak kelelahan. Keysha berlari mendekat
namun terlambat. Saat melihat Keysha mendekat, Curius memberinya isyarat untuk
menjauh. Namba memanfaatkan keadaan Curius yang lengah. Dia mengayunkan
pedangnya hingga menusuk perut Curius hingga dia roboh.
Dan semua keindahan yang telah memudar
Atau cinta yang telah hilang
“Ayaaah!”
Mata Keysha terbelalak. Dia berlari menghampiri ayahnya. Bulir bening di sudur
matanya tak terbendung. Ayahnya terkapar di depannya bersimbah darah. “Tidak!”
Untuk terakhir kalinya Keysha melihat wajah ayahnya tersenyum sebelum kemudian
menutup mata untuk selamanya. Keysha menangis keras, mencoba menolak kenyataan
yang ada di depannya.
Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi
Namba
berdiri di depan Keysha. Manusia setengah iblis itu berkata, “Menyerah?!” Dia
berjalan perlahan mengitari Keysha. “Lihatlah! Tidak ada yang tersisa. Termasuk
ayahmu.”
Keysha
berdiri, melihat sekitarnya. Istananya tidak lagi utuh. Api dimana-mana. Banyak
rakyatnya gugur dalam pertempuran itu termasuk teman-temannya dan ayahnya
sendiri.
“Mereka
berkorban demi negeri Utara,” kata Keysha lalu tersenyum sinis. “Takkan aku
sia-siakan pengorbanan mereka.”
Oh... Biarkan aku bernafas sejenak sebelum
hilang
Keysha
mengangkat pedangnya dan siap berduel dengan Namba. Namba maju dengan
mengayunkan pedangnya, namun Keysha mampu mengangkisnya. Pedang mereka beradu
menghasilkan denting mengerikan. Tubuh Keysha tidak sebesar Namba. Dengan
sekali pukul, Keysha terpental ke belakang lalu mencoba bangkit. Dia mencoba
menyerang lagi, namun Namba berhasil menghindar.
Takkan selamanya tanganku mendekapmu
Takkan selamanya raga ini menjagamu
Namba
mengerang. Tubuhnya bergetar, membelah menjadi bayangan-bayangan hitam. Keysha
menelan ludah dengan susah. Nafasnya terengah. Dia terkepung. Keysha mengambil
pedangnya lalu fokus mengeluarkan kekuatan. Pedang itu bersinar. Dengan penuh
amarah Keysha merangsek maju, mengayunkan pedangnya dengan cepat.
Bayangan-bayangan itu terbelah lalu memudar menjadi abu. Beberapa kali Keysha
terkena pukul, bahkan satu sayatan mendarat di lengannya. Keysah tak peduli.
Darah yang mengalir di lengannya tidak sebanding dengan darah yang dikorban
rakyatnya. Perih yang dirasakan, tak seperih kehilangan ayahnya.
Jiwa yang lama segera pergi
Bersiaplah para pengganti
Setelah
semua bayangan itu kalah, Namba turun tangan. Dia menyerang Keysha. Keysha
dapat menangkisnya. Tanpa di duga, Namba melayangkan tendangan tepat ke perut
Keysha. Keysha terpental menghantam pilar dan terjatuh. Namba menghampiri
Keysha, lalu mencekik leher Keysha dengan lengannya yang kekar. Keysha
tercekat, namun tangannya masih bisa meraba baju perangnya dan mengeluarkan
belati kecil. Dengan cepat dia menancapkan belati itu ke dada Namba. Namba
mengeram dan Keysha dapat bebas. Sekali lagi Keysha menusuknya. Tusukan
mematikan.
Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi
Namba
binasa. Itulah senja terakhir saat Keysha melihat ayahnya. Di depan jasadnya,
Keysha berjanji mengembalikan belahan kristal merah ke Selatan, dan menjaga
belahan kristal yang lainnya dengan nyawanya, demi perdamaian manusia dan
negeri Utara.
THE END
Solo, 12
Juli 2014, jam 20.00
------------------------------------------
Lolos
dalam antologi FF lagi tahap 2 Group Pedas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^