Sinopsis
Jenie, seorang dokter anak, didakwa
atas kegitan kriminal menghilangkan lima nyawa. Semua korban adalah
perempuan sosialita dengan posisi penting, dari pengusaha hingga istri pejabat.
Nahasnya, salah satu korban adalah ibu angkatnya sendiri. Semua korban
ditemukan tidak bernyawa dengan kondisi jasad yang penuh luka penyiksaan.
Masalahnya, Jenie tidak merasa
melakukan kejahatan tersebut. Bahkan dia tidak ingat sama sekali kajadian hari
itu.
Jenie dijebloskan ke penjara. Nasib
malangnya berlanjut dengan perlakuan teman-teman satu selnya yang menjadikan
perempuan itu bulan-bulanan. Jenie sering babak belur dihajar. Semua rasa sakit
yang dirasakannya itu belum seberapa dianding dengan pecahnya persahabatan
Jenie, Viktor, dan Dariel. Viktor yang seorang pengacara menjadi pembela Jenie.
Namun Dariel yang seorang jaksa penuntut berada berseberangan dengan kedua
sahabatnya.
Penyelidikan terus dilakukan tapi
bukti-bukti yang terkumpul malah memberatkan Jenie. Perempuan itu benar-benar
berada pada titik nadir. Kasusnya berlanjut hungga dia dijatuhi hukuman mati.
Dalam penantian eksekusi, perlahan Jenie mulai mengingat kejadian malam itu.
Hubungannya dengan Darel pun membaik. Bahkan dengan bantuan lelaki itu, Jenie
mampu mengungkap satu persatu misteri kasusnya hingga menemukan pelaku
sekaligus dalang dari semua kejahatan ini.
Baca juga >>> [Book Review] - Mission D'Amore
Review
Hai, BESTie. Siapa yang suka baca cerita Misteri - Kriminal? Yuk, sini kumpul! Kali ini aku bakal review salah satu cerita kriminal penuh misteri yang ditulis oleh salah satu penulis perempuan Indonesia, Irishanna, berjudul The Woman in Cell 13. Aku membaca kisah ini di aplikasi Rakata, ya. Kisah ini menghadirkan konflik berlapis. Selain konflik utama berupa pengungkapan misteri pembunuhan beberapa korban, ada juga konflik keluarga hingga konflik antar sahabat.
Konflik pertama dimulai saat Jenie
yang sedang berdamai dengan masa lalunya. Tentang keluarga, terutama hubungan
kedua orangtuanya yang sangat tidak harmonis.
Kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan ayahnya, tidak hanya membuat nyawa ibunya melayang tapi juga
membuat Jenie trauma berkepanjangan.
Konflik kedua
yang disuguhkan dalam cerita ini adalah saat Jenie
mendapat teror dari orang tidak dikenal. Dia mengirim bunga, hadiah, yang
dibarengi dengan foto-fotonya yang
diambil secara diam-diam. Dia dikuntit dan itu
membuat Jenie tidak nyaman. Setelah ditelusuri, Jenie menduga semua itu berasal
dari orang dari masa lalunya.
Konflik barikutnya
saat terjadi pembunuhan kepada 5 orang perempuan yang mendudukkan Jenie sebagai tersangka utama.
Para korban bukan orang
sembarangan. Ada pengusaha hingga istri penguasa. Mayat kelimanya ditemukan
penuh luka. Terjadi penyiksaan sebelum mereka dilenyapkan. Setelah dilakukan
investigasi, semua bukti mengarah pada Jenie sebagai tersangka. Anehnya, metode
pembunuhan itu
sama persis dengan yang digunakan ayah
Jenie puluhan tahun lalu hingga membawanya mendekam di penjara.
Konflik berikutnya, antara Jenie
dengan ayahnya, Hans. Lelaki itu temperamen,
suka main tangan pada keluarganya. Setelah terjadi tragedi dalam keluarganya,
Hans dipenjara. Kehilangan ibu yang menyayangi dan melindunginya dari kekasaran
ayahnya membuat jenie membenci Hans. Selama dipenjara, tak pernah sekalipun
Jenie menjenguknya. Saat lelaki itu keluar penjara, membuat rasa takut dan benci
dalam diri Jenie kembali menguasai dirinya. Di sisi lain, Hans selalui
menghantuinya dan mengganggu hidup
putrinya.
Bukan yang
terakhir, konflik persahabatan antara Jenie, dengan
Darel, dan Viktor yang terancam
bubar karena kasus pembunuhan ini. Bersahabat sejak
kecil, tumbuh bersama,
masing-masing sudah menggapai
cita-cita. Jenie sebagai dokter anak, Darel sebagai jaksa, Victor sebagai pengacara. Mereka sudah seperti saudara, bahkan
Jenie menaruh hati pada
Darel yang lebih perhatian
dengannya. Namun semua ambyar saat terjadi pembunuhan 5 perempuan yang
mendudukkan Jenie sebagai tersangka. Persahabatan mereka hampir hancur. Victor menjadi
pembela Jenie, tapi Darel menjadi penuntut kasus Jenie. Mereka berada di kubu yang berseberangan.
Berikutnya, konflik
antara Jenie dengan teman-teman satu selnya di penjara. Sebagai anak baru di penjara, Jenie
diplonco oleh orang-orang lama. Belum lagi pesanan dari musuh Jenie yang diam-diam menyewa
orang dalam untuk melakukan kekerasan ke Jenie. Di saat inilah Jenie benar-benar babak belur dan mati-matian bertahan hidup.
Terakhir, konflik pribadi antara Jenie dengan
Darel. Setelah melakukan penyelidikan lebih jauh, Darel baru tahu kalau
ternyata Jenie, perempuan yang disayanginya, ternyata adalah anak pembunuh
orangtuanya. Ini membuat Darel kecewa dan marah.
Dari penjabaran
konflik di atas tentu membuat cerita thriller misteri kriminal ini bisa masuk ke
daftar bacamu, bukan?
Jenie digambarkan sebagai perempuan
pintar hingga bisa menempeh pendidikan menjadi dokter spesialis anak. Latar
belakang keluarga yang rumit dengan
tragedi kekerasan yang membuatnya trauma. Setelahnya, Jenie besar di panti asuhan.
Darel digambarkan lelaki yang
perhatian, pintar, teliti hingga mengantarkannya menjadi jaksa. Yatim piatu
sejak kecil. Kedua orangtuanya meninggal karena dibunuh. Sama seperti Jenie, Darel juga tumbuh di panti asuhan.
Salah satu misinya, mencari pembunuh orangtuanya.
Viktor digambarkan sebagai lelaki yang rajin
tapi cuek. Dia memiliki jiwa seni
menggambar tapi berusaha disembunyikannya. Sejak kecil yatim piatu dan besar di
panti asuhan. Ketika dewasa, dia menjadi seorang pengacara.
Baca juga >>> [Book Review] - Perfect Fling
Disela-sela
ketegangan selama membaca cerita ini, aku mendapat beberapa kutipan dialog maupun
narasi bagus yang akan aku spill di bawah, ya.
Menyangkal
hanya akan menunda lebih banyak penderitaan."
[Chap :
30]
"Tumpukan
emosi itu dapat menjadi bumerang yang dapat mencelakakan dirimu sendiri. Ketika
kita terlalu menekan emosi, membiarkannya terbengkalai tanpa adanya penerimaan,
mereka akan berontak, memaksa untuk keluar. Semakin lama, semakin membesar, dan
seperti gunung berapi yang memuntahkan isinya, semuanya akan meledak, tanpa
bisa dikendalikan lagi. Kita harus berani menghadapinya dan harus memiliki
tekad kuat untuk menyelesaikannya."
[Chap :
30]
Nak kamu hanya
perlu belajar menerimanya. Menyangkal hanya akan menunda lebih banyak
penderitaan."
[Chap :
30]
Kamu hanya
perlu belajar menerimanya. Menyangkal hanya akan menunda lebih banyak
penderitaan."
[Chap :
27]
"Kita
memang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Tapi, kita juga tidak bisa
selalu bergantung pada orang lain. Kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri,
kamu harus percaya bahwa kamu bisa melewati semuanya tanpa perlu menunggu orang
lain untuk menyelesaikan masalahmu. Kalau kamu terlalu mengandalkan orang lain,
kamu akan kelimpungan saat orang itu pergi,"
[Chap :
27]
Kita perlu
menghadapi hidup ini dengan lebih berani dan mengisi hari-hari dengan keyakinan
bahwa segala yang menimpa kita memiliki tujuan yang baik.
[Chap :
27]
Satu-satunya
hal yang bisa kita jadikan sekutu adalah waktu. Kita harus bisa berdamai
dengannya meski terkadang dia suka bertindak semena-mena saat kita menderita.
Dia akan berjalan lebih lambat saat kita sibuk meratapi nasib buruk.
[Chap :
27]
Terima kasih
sudah bertahan sampai sekarang, Nak. Kamu hebat"
[Chap :
27]
Tidak ada
orang di dunia ini yang hanya menjadi penonton saja, setiap manusia pasti akan
menjalankan perannya masing-masing, dan setiap peran itu memiliki tantangan
yang berbeda-beda.
[Chap : 27]
Kasih sayang
seorang ibu ke anak adalah kasih sayang tak terbatas.
[Chap :
27]
Tidak ada
perpisahan yang lebih menyakitkan dari kematian.
[Chap :
27]
“Jangan pernah
mendahului takdir Tuhan. Jangan pernah merenggut nyawamu sendiri sebelum Tuhan
yang melakukannya."
[Chap :
27]
Jenie, kalau
Ibu sudah nggak bisa bersamamu lagi, atau sudah nggak ada di dunia ini,
ingatlah bahwa ada dirimu sendiri yang akan selalu bisa kamu andalkan dan akan
selalu menemanimu, ke mana pun kamu pergi. Peluklah dirimu, sayangi dirimu,
karena nggak ada orang lain yang bisa kamu percaya selain dirimu sendiri."
[Chap :
27]
"Orang
yang paling kamu percaya bisa saja adalah orang yang paling berbahaya
untukmu."
[Chap :
24]
Orang baik
akan tetap baik dalam segala keadaannya,
[Chap :
24]
"Aku
telah berhasil mengubahmu. Kamu adalah karya pertama dan terbaik yang pernah
kubuat. Berterima kasihlah padaku karena aku akan menyelamatkanmu."
[Chap :
21]
Hal paling
menyiksa adalah ketika kamu memiliki hak untuk berbicara, menyampaikan pendapat
dengan bebas, tetapi dibungkam oleh aturan yang dibuat untuk menguntungkan
sejumlah orang saja.
[Chap :
20]
Terkadang
manusia hanya ingin memberi makan ego mereka dengan cara menyakiti orang lain.
Baik secara fisik maupun verbal. Mereka baru al lebih menderita. merasa puas
saat ada orang lain yang
[Chap :
10]
Masalah nggak
akan selesai kalau kamu terus menghindar. Kamu harus menghadapinya. Menyangkal
memang cara terbaik untuk melarikan diri dari penderitaan. Tapi, terus-menerus
bersembunyi di dalam cangkang nggak akan pernah menjadikanmu sekuat karang.
Kamu akan tetap menjadi siput yang lambat berjalan."
[Chap :
10]
Perang yang
paling sulit dimenangkan adalah perang dengan diri sendiri. Bagaimana diri kita
bisa melawan segala ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan. Lantas mengubahnya
menjadi keberanian. "Kita harus berani bertindak dan mencari solusi atas
masalah kita sendiri. Kita nggak bisa selalu bergantung ke orang lain Daripada
terus meratapi nasib buruk, merasa jadi orang yang paling menderita, lebih baik
kita mengisi waktu dengan keyakinan bahwa setiap perjalanan akan menemukan
akhir yang baik. Fokus sama tujuan yang ingin kita capai. Karena waktu adalah
musuh terbesarmu dalam perang ini. Waktu akan berjalan terasa sangat lambat dan
dapat membunuhmu perlahan, kalau kamu terus-terusan meratapi nasib. Sedangkan
dia akan menjadi sekutu kalau kamu mengisinya dengan tujuan dan kebiasaan baru
yang positif,
[Chap :
10]
Apa yang ada
di dalam sini (Meinar menunjuk kepala) nggak selalu nyata. Ada hal-hal yang
cuma berupa asumsi, spekulasi, atau bahkan kata-kata intimidasi yang sering
kita tujukan ke diri sendiri. Jadi, walaupun tanpa jeruji besi, sebenarnya
manusia sudah terpenjara dengan pikirannya sendiri tanpa mereka sadari."
[Chap : 10]
Pelajaran yang kudapat dari cerita yang beberapa kali membuat aku sempat menahan
napas ini dia antaranya …
- Kekerasan tidak pernah dibenar.
Termasuk saat terjadi di sebuah keluarga, apalagi dilakukan
oleh kepala keluarga. Akibatnya, bukan hanya fisik
yang tersakiti, tapi juga menimbulkan
trauma
bagi seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak.
- Persahabatan bukan hanya dalam suka tapi juga duka. Sahabat akan saling memberi dukungan pada sahabatnya yang lain. Meski kasus Jenie mengancam persahabatan ketiganya, tapi mereka tetap saling memberi perhatian satu sama lain.
- Terkadang mengalah bukan karena
kalah, tapi ada saat mengalah untuk meredam masalah. Inilah yang
terjadi pada Jenie. Saat dia melawan orang-orang yang menyakitinya di penjara,
dia malah mendapatkan kekerasan yang semakin membabi buta. Hingga akhirnya dia
putuskan untuk lebih kalem yang ternyata bisa meredam kekerasan mereka.
- Perlunya mengecek kebenaran atas
suatu kabar atau isu. Jangan buru-biri mempercayai sebuah kabar apalagi jika
itu sesuatu yang kurang baik. Alangkah bijaknya jika kabar itu dikroscek dahulu
kebenarannya.
- Setiap orang punya masa lalu. Bisa jadi
masa lalu itu buruk. Namun dalam hidup ini akan selalu ada kesempatan untuk
memperbaiki diri.
Cerita ini penuh
adegan kekerasan. Selama membaca cerita ini, terkadang aku sudah tidak bisa
membayangkan kekerasan, terutama yang diterima Jenie saat berada di penjara.
Ngilu banget rasanya. Buat kamu yang tidak tahan, bisa skip. Menurutku, cerita
ini juga hanya bisa dibaca oleh pembaca 18+, ya.
Kisah ini ditulis dengan POV orang
ketiga tunggal dengan beberapa chapter
yang ditulis dengan POV orang pertama tunggal, mengambil setting di Bandung dan Jakarta dengan pacenya sedang dan alur maju mundur.
Baca juga >>> [Book Review] - Trio Detektif : Misteri Kaca-kaca Remuk
Data Buku
Judul
:
The Woman in Cell 13
Penulis
:
Irishanna
Penerbit
:
Aplikasi Rakata
Tebal
:
42 chapter
Tahun
:
2024
Baca juga >>> [Book Review] - Misteri 3 Sekawan
Skor
🌠 4/5
~ Hana Aina ~
Baca juga, ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berbagi komentar ^^